cover
Contact Name
Nanang Wiyono
Contact Email
smjfkuns@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
smjfkuns@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Smart Medical Journal
ISSN : 26211408     EISSN : 26210916     DOI : -
Core Subject : Health,
Smart Medical Journal (SmedJour) is published by Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret. SMedJour publishes original research articles or article review in the basic medical sciences, clinic medical sciences, medical education and public health.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal" : 7 Documents clear
Profil Laboratorium Ibu Hamil dengan COVID-19 di Rumah Sakit UNS Hafi Nurinasari; Nurhasan Agung Prabowo; Asih Anggraeni; Syahrini Wisdayanti; Sri Sulistyowati
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.49249

Abstract

Pendahuluan: Kasus ibu hamil dengan kondisi COVID-19 terjadi perubahan sistem imun dan luaran kehamilan. Pasien kehamilan dengan COVID-19 membutuhkan tatalaksana yang khusus. Tujuan penelitian untuk mengetahui profil laboratorium ibu hamil dengan COVID-19  di Rumah Sakit UNS.Metode: Penelitian yang dilakukan bersifat observasional analitik. Rancangan penelitian yang digunakan adalah cohort retrospektif. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit UNS Sukoharjo mulai dari bulan Januari sampai Februari  2021. Kriteria inklusi adalah ibu hamil dengan suspek COVID-19. Data klinis dan laboratorium dibandingkan antara kelompok COVID-19 dan non COVID-19. Uji statistik menggunakan uji t independent dan uji chi square. P bermakna jika p <0,05.Hasil: Dari  32 pasien ibu hamil suspek COVID-19, 18 terdiagnosis Non COVID-19 dan 14 pasien COVID-19. Rerata usia adalah Non COVID-19 adalah 30,33+6,62 tahun, pasien COVID-19 31,36+6,57. Peningkatan leukosit lebih banyak didapatkan pada pasien Non COVID-19 (p=0,01), sedangkan neutrofil (p=0,01), NLR (p=0,03) dan lama rawat inap (p=0,01) lebih banyak pada pasien COVID-19 dibandingkan pasien COVID-19..Kesimpulan: Leukosit, neutrofil, NLR dan lama rawat inap berbeda antara pasien hamil dengan COVID-19 dan Non COVID-19.Kata Kunci: COVID-19, Kehamilan, leukosit, netrofil, NLR, lama rawat inap.ABSTRACTIntroduction: In cases of pregnant women with COVID-19 conditions, changes in the immune system and pregnancy outcomes occur. Pregnant patients with COVID-19 need exceptional management. The research objective was to determine the Laboratory Profile for Pregnant Women with COVID-19 at the UNS Hospital.Method: This research is analytic observational. The research design used was a retrospective cohort. This research was conducted at the UNS Hospital from January to February 2021. The inclusion criteria were pregnant women with suspected COVID-19. We compare Demographic and laboratory data between the COVID-19 and non-COVID-19 groups. Statistical test using independent t-test and chi-square test. P is significant if p <0.05.Result: Of the 32 pregnant women patients with suspected COVID-19, 18 were diagnosed with Non-COVID-19 and 14 were COVID-19 patients. The mean age was Non COVID-19 was 30.33 + 6.62 years, for COVID-19 patients 31.36 + 6.57. The increase in leukocytes was more found in Non COVID-19 patients (p = 0.01), while neutrophils (p = 0.01), NLR (p = 0.03) and length of stay (p = 0.01) were more in COVID-19 patients versus COVID-19 patients ..Conclusion: Leukocytes, Neutrophils, NLR, and length of stay differed between pregnant patients  COVID-19 and non-COVID-19.Keywords: COVID-19, Pregnancy, Leukosit, Netrofil, Neutrophils to lymphocyte ratio, length of stay
Hubungan Derajat Berat Disfagia dengan Perbaikan Derajat Stroke pada Pasien Stroke Iskemik Akut di RSUD Dr. Moewardi Surakarta Ira Ristinawati; OS Hartanto; Hari Wujoso; Subandi Subandi
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.42116

Abstract

Pendahuluan: Stroke masih merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas yang tinggi di seluruh dunia. Pasien stroke sering mengalami disfagia terutama pada fase akut. Prosedur penilaian yang mudah diterapkan untuk menilai disfagia pada pasien stroke penting dilakukan untuk mencegah komplikasi yang bisa terjadi akibat disfagia, yaitu dengan menggunakan skor GUSS (Gugging Swalowing Screen).Metode: Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi sampel pasien stroke iskemik akut yang rawat inap pada periode bulan Januari-Maret 2020, didapatkan jumlah subjek penelitian 33 yang sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi yang telah ditentukan. Uji korelasi pearson dan spearman digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini.Hasil: Terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara disfagia dengan perbaikan derajat stroke pada pasien stroke iskemik akut dengan nilai p=0,002 (p<0.05) yang mempunyai korelasi sedang (r=0,530) di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Selain itu juga terdapat hubungan yang signifikan secara statistik antara keparahan disfagia dengan pneumonia dengan nilai p=0.001 (p<0.005)Kesimpulan: Terdapat hubungan antara disfagia dengan perbaikan derajat stroke pada pasien stroke iskemik akut di RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Kata Kunci: stroke iskemik akut, disfagia, NIHSS, skor GUSS, perbaikan derajat stroke.Introduction: Stroke has high mortality and morbidity rates in the world. Stroke patients often experience dysphagia, especially in the acute phase. An easy assessment procedure applied to assess dysphagia in stroke patients is important to prevent complications that can occur due to dysphagia, namely by using a GUSS (Gugging Swalowing Screen) score.Methods: This study was a quantitative observational analytic study with a cross sectional design, with a sample population of acute ischemic stroke patients who were hospitalized in the period January-March 2020, obtained the number of subjects 33 in accordance with the specified inclusion and exclusion criteria. Pearson and Spearman correlation tests were used to analyze the data in this study.Results: There was a statistically significant relationship between dysphagia and stroke improvement in patients with acute ischemic stroke with p value = 0.002 (p <0.05) which had a moderate correlation (r = 0.530) in Dr.Moewardi Hospital Surakarta. There was also a statistically significant relationship between the severity of dysphagia and pneumonia with p value = 0.001 (p <0.005)Conclusion: There is a relationship between dysphagia and improvement in the degree of stroke in patients with acute ischemic stroke in RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Keywords: acute ischemic stroke, dysphagia, NIHSS, GUSS score, stroke improvement.
Analisis Infeksi Soil Transmitted Helminths (STH), Status Gizi, dan Prestasi Belajar Siswa SDN Sibela Timur Sya&#039;irul Tandi Alla Rukmanawati; Yusuf Ari Mashuri; Yulia Sari
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.38994

Abstract

ABSTRAK Latar Belakang: Soil Transmitted Helmiths (STH) merupakan nematoda intestinal yang sering menyebabkan infeksi pada manusia. Gejala klinis infeksi STH yang seringkali tidak terlihat mengakibatkan infeksi ini sering terabaikan. Malnutrisi yang terjadi pada infeksi STH menyebabkan perubahan bentuk dan fungsi tubuh. Infeksi STH dapat mengakibatkan anemia, gangguan pertumbuhan dan gangguan kognitif. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian infeksi Soil Transmitted Helminths (STH), status gizi, dan prestasi belajar pada SDN Sibela Timur.Metode: Penelitian menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling dengan subjek penelitian 100 siswa SDN Sibela Timur, Mojosongo, Surakarta. Data diperoleh dari sampel feses yang diperiksa dengan Teknik Kato Katz, pengukuran berat dan tinggi badan, kuesioner, serta nilai pencapaian tengah semester (PTS). Hasil: Tidak ditemukan infeksi STH pada seluruh subjek penelitian. Berdasarkan Uji Koefisien Kontingensi tidak didapatkan hubungan yang signifikan antara kebersihan pribadi dengan status gizi (p=0,532) dan status gizi dengan prestasi belajar (p=0,108). Uji One Way Anova terhadap status gizi dan prestasi belajar juga tidak menunjukkan adanya berbedaan signifikan pada tiga kelompok status gizi (p=0,179). Uji Chi Square menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan kebersihan pribadi dan prestasi belajar (p=0,566).Simpulan:Tidak ditemukan infeksi STH pada siswa SDN Sibela Timurdan tidak ditemukan adanya hubungan yang signifikan antara kebersihan pribadi, status gizi, dan prestasi belajar.Kata Kunci: Soil Transmitted Helmith;, Status Gizi; Prestasi Belajar; Siswa Sekolah DasarABSTRACTBackground: Soil Transmitted Helmiths (STH) are intestinal nematodes that often cause infections in humans. Clinical symptoms of STH infections that are often not visible resulting in these infections are often ignored. Malnutrition that occurs in STH infections causes changes in body shape and function. STH infection can result in anemia, growth disturbance and cognitive impairment. This study aimed to analyze the incidence of Soil Transmitted Helminths (STH) infections,  nutritional status, and learning achievement in SDN Sibela Timur.Methods: This was an observational analytic study using a cross sectional approach. A simple random sampling method was used. A total of 100 students of SDN Sibela Timur, Mojosongo, Surakarta was recruit as a respondent. Data were obtained from collected faecal samples that were examined using Kato-Katz technique, weight and height measurements, questionnaires, and midterm scores (PTS).Results: No STH infection was found in all study subjects. There was no significant relationship between personal hygiene with nutritional status (p = 0.532) and nutritional status with learning achievement (p = 0.108) in Contingency Coefficient Test. There was also no significant difference in the three groups of nutritional status (p = 0.179) in  One Way Anova test. Chi Square Test results between personal hygiene and learning achievement also did not show significant relationship (p = 0.566).Conclusion:  No STH infection was found in SDN Sibela Timur students and no significant relationship was found between personal hygiene, nutritional status, and learning achievement..Keywords: Soil Transmitted Helmiths; Nutrition Status; Learning Achievement; Elementary School Students
Acquired Hemophilia A induced by Clopidogrel : A Case Report Chofi Qolbi NA; Ibnu Purwanto; Vita Yanti Anggraeni
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.45329

Abstract

ABSTRACT                                                   ABSTRACTIntroduction: Acquired hemophilia A (AHA) is a rare bleeding disorder caused by intervention of factor VIII by autoantibody. Most AHA cases arise from underlying medical conditions such as autoimmune disorders, cancers, drug/allergic reaction, with 50% cases are idiopathic.Case Presentation: 60-year old Asian male complained weakness worsened in the last two days accompanied by fatigue and pallor. Patients has history of percutaneous coronary intervention in proximal and distal of left anterior descending artery. Patient’s aPTT mixed with normal plasma before incubation is 41 seconds and after incubation became 59 seconds, it can be concluded that patient has time dependent FVIII antibody and his diagnosis became Acquired Hemophilia A. Methylprednisolone 0,5 mg/kg/day was added to his treatment following his diagnosisDiscussion and Conclusions : Drug induced AHA can be caused by several medications, including antibiotics (penicillin, sulfonamides, chloramphenicol), anticonvulsants (phenytoin), methyldopa, interferon-α, clopidogrel, fludarabine . In this case, patient has a history of percutaneus intervention with routine consumption of clopidogrel and aspirin for 3 months. Clopidogrel therapy for 3 months is suspected as a cause of AHA emergence in this patient. Short-term, high-dose immunosuppressive treatment with oral prednisone (1 mg/kg for 10 days, 0.5 mg/kg for 20 days, and 0.25 mg/kg for 15 days) can reduce the incidence of angiographic restenosis with minor secondary effects such as gastric pain, water and salt retention, and worsened hypertension in nearly 10% patients.Keywords: Acquired, Hemophilia, Clopidogrel, Coronary, Artery, Disesase ABSTRAKPendahuluan : Acquired hemophilia A (AHA) adalah kelainan perdarahan langka yang disebabkan oleh intervensi faktor VIII oleh autoantibodi. Sebagian besar kasus AHA timbul dari kondisi medis yang mendasari seperti gangguan autoimun, kanker, reaksi alergi / obat, dengan 50% kasus bersifat idiopatik.Persentasi Kasus : Laki-laki berusia 60 tahun mengeluh lemas memberat dalam dua hari terakhir disertai kelelahan dan pucat. Pasien memiliki riwayat percutaneuos coronary intervention di bagian proksimal dan distal arteri desenden anterior kiri. APTT pasien mixed dengan plasma normal sebelum inkubasi adalah 41 detik dan setelah inkubasi menjadi 59 detik, dapat disimpulkan bahwa pasien memiliki antibodi FVIII yang tergantung waktu dan diagnosisnya menjadi Acquired Hemophilia A. Methylprednisolone 0,5 mg / kg / hari ditambahkan pada pengobatan setelah diagnosis AHA tegak.Diskusi dan Kesimpulan : AHA yang diinduksi obat dapat disebabkan oleh beberapa obat, termasuk antibiotik (penisilin, sulfonamida, kloramfenikol), antikonvulsan (fenitoin), metildopa, interferon-α, clopidogrel, fludarabine. Dalam kasus ini, pasien memiliki riwayat percutaneous coronary intervention dengan konsumsi rutin clopidogrel dan aspirin selama 3 bulan. Terapi klopidogrel selama 3 bulan diduga sebagai penyebab munculnya AHA pada pasien tersebut. Pengobatan imunosupresif dosis tinggi jangka pendek dengan prednison oral (1 mg / kg selama 10 hari, 0,5 mg / kg selama 20 hari, dan 0,25 mg / kg selama 15 hari) dapat mengurangi kejadian restenosis angiografik dengan efek sekunder minor seperti sebagai nyeri lambung, retensi air dan garam, dan hipertensi yang memburuk pada hampir 10% pasien. Kata Kunci : Hemofilia yang di Dapat, Clopidogrel, Penyakit Jantung Koroner
Hubungan Kontrasepsi dengan Infeksi Menular Seksual dan Infeksi HIV Pada Wanita Pekerja Seks Komersial di Surakarta Ambar Aliwardani; Putti Fatiharani Dewi; Rini Hastuti; Mardiana Mardiana; Fiska Rosita; Endra Yustin Ellistasari
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.42136

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Pencegahan dan pengendalian Infeksi Menular Seksual (IMS) dan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) masih menjadi tantangan terutama di negara berkembang. Salah satu kelompok risiko tinggi yang dapat meningkatkan penyebaran IMS dan infeksi HIV adalah kelompok Wanita Pekerja Seks (WPS). Salah satu metode kontrasepsi yang dapat digunakan untuk mencegah penularan infeksi HIV dan IMS adalah kondom, sedangkan metode kontrasepsi oral (KO) dan injeksi dapat meningkatkan risiko infeksi HIV dan IMS. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara penggunaan kontrasepsi dengan kejadian infeksi HIV dan IMS pada WPS di Surakarta.Metode: Penelitian cross sectional terhadap WPS di beberapa daerah di Surakarta. Total 75 WPS mengisi kuisioner yang berisi pertanyaan mengenai sosiodemografi subjek. Selanjutnya dilakukan pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan HIV dan sifilis dengan metode rapid test serta pemeriksaan swab vagina dan endoserviks untuk pemeriksaan IMS. Hasil pemeriksaan dianalisis menggunakan uji Chi Square dengan nilai signifikansi p < 0,05.Hasil: Infeksi menular seksual ditemukan pada total 40 WPS (53,55%) di kelompok pengguna maupun non pengguna kontrasepsi. IMS terdiri atas bakterial vaginosis (18,67%), sifilis (14,67%), kandidiasis vulvovaginalis (9,3%), trikomoniasis (5,3%), infeksi genital non spesifik (2,6%), servisitis gonore (1,3%) dan kondiloma akuminata (1,3%). Sebanyak 20 WPS (26,7%) pada kelompok pengguna kontrasepsi menderita IMS. Kejadian HIV sebesar 4% dari total seluruh sampel terdiri dari 2 WPS (2,7%) pengguna kontrasepsi dan 1 (1,3%) tidak menggunakan kontrasepsi. Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi implan dengan kejadian HIV (p<0,04; contingency coefficient (CC) 40,8%).Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi dengan IMS, namun penelitian ini menemukan adanya hubungan yang signifikan antara penggunaan kontrasepsi implan dengan kejadian HIV pada WPS di Surakarta. Kata Kunci: kontrasepsi; wanita pekerja seks; infeksi menular seksual; infeksi HIV
Aktivitas Bilirubin Serum pada Pasien Atresia Bilier Sebelum dan Sesudah Prosedur Kasai Evi Rokhayati; Bagus Setyoboedi; Sjamsul Arief
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.48380

Abstract

Pendahuluan: Atresia bilier merupakan kondisi yang mematikan sampai dengan diperkenalkannya prosedur Kasai. Periode bebas penyakit kuning,  usia pasien saat dilakukan prosedur Kasai, penting karena dapat digunakan untuk prediksi kelangsungan hidup hati asli. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kadar serum bilirubin total dan bilirubin direk sebelum dan sesudah 7 hari prosedur Kasai pada bayi dengan atresia bilier.Metode: Penelitian deskripsi analitik pada anak-anak dengan atresia bilier yang menjalani prosedur Kasai dari Januari 2014 hingga Juli 2020. Data laboratorium yang tidak lengkap dan/atau data klinis, data tindak lanjut setelah Prosedur Kasai tidak ada akan dieksklusi. Perubahan bilirubin sebelum dan sesudah Kasai menggunakan uji pair t test dan uji wilcoxom rank test, data disajikan dalam nilai mean +SD.Hasil: Terdapat 30 pasien atresia bilier yang menjalani prosedur Kasai. Delapan belas (60%) adalah perempuan. Umur pada saat pengobatan Kasai berkisar antara 59 hingga 238 hari dengan median 152,5 hari. Rata-rata bilirubin total, bilirubin serum langsung sebelum Kasai adalah 11.03 +4.57 dan 8.58 +3.23, sedangkan setelah prosedur Kasai masing-masing adalah 12.03 +5.49 dan 9.75 +3.12. Sembilan kasus (30% dari total) mengalami penurunan bilirubin serum total dalam waktu 7 hari setelah prosedur Kasai, tujuh kasus dengan penurunan lebih dari 20%. Perbedaan bilirubin total sebelum dan sesudah prosedur Kasai sebesar 1,00 (95%CI =2.44 s/d -0.44). nilai p=0,082 (p>0,05), sedangkan bilirubin direk 1.18 (95%CI=2,06 s/d 0,29). nilai p=0,011 (p<0,05).Kesimpulan: Penurunan total serum bilirubin sesudah prosedur Kasai pada anak dengan atresia bilier sangat penting untuk melihat periode bebas penyakit kuning. Kata kunci: Bilirubin, prosedur Kasai, atresia bilier
Isolat Biji Mahoni (Swietenia macrophylla King) Memperbaiki Gambaran Histopatologi Hepar Tikus Model DM Tipe 2 Muthmainah Muthmainah; Ida Nurwati; Selfi Handayani; Betty Saptiwi; Siti Marufah
Smart Medical Journal Vol 4, No 2 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i2.48451

Abstract

ABSTRAKPendahuluan: Kasus diabetes mellitus (DM) di dunia terus meningkat, dan sebagian besar merupakan DM tipe 2. Diabetes melitus yang tidak terkontrol dapat menimbulkan berbagai komplikasi, antara lain berupa hepatopati. Komplikasi dapat dicegah dengan pengendalian kadar glukosa darah. Biji mahoni (Swietenia macrophylla King) diketahui mengandung isolat 1,4-bis-(3,4,5-trimetoksi-fenil)-tetrahidro-furo(3,4-c) furan yang dapat menurunkan kadar glukosa darah. Penelitian mengenai pengaruh isolat tersebut terhadap gambaran histopatologi hepar pada kasus DM belum pernah dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh isolat biji mahoni tersebut terhadap gambaran histopatologi hepar tikus model DM tipe 2.Metode: Penelitian eksperimental laboratorium ini menggunakan rancangan post test only control group design. Sampel 36 tikus putih dibagi menjadi 6 kelompok secara random: KN (kontrol normal), K(-) (DM tanpa perlakuan), K(+) (DM+glibenklamid), P1, P2, dan P3 (DM+isolat biji mahoni berturut-turut 10 mg/kg BB, 20 mg/kg BB, dan 40 mg/kg BB). Induksi terjadinya DM menggunakan streptozotosin dan nikotinamid. Setelah 21 hari perlakuan, tikus putih dikorbankan, kemudian organ hepar diambil untuk dibuat preparat histopatologi dengan pengecatan HE. Dengan mikroskop cahaya, jumlah sel-sel hepar yang mengalami kerusakan akibat nekrosis dari tiap 100 sel hepar di sekitar vena sentralis dihitung. Data dianalisis dengan uji Kruskal Wallis, dilanjutkan uji Mann Whitney.Hasil: Uji Kruskal Wallis menunjukkan perbedaan yang signifikan (p=0,000). Uji Mann Whitney menunjukkan rerata sel rusak pada kelompok perlakuan dengan isolat biji mahoni (P1, P2, P3) lebih sedikit secara signifikan dibandingkan kelompok DM tanpa perlakuan (K(-)).Kesimpulan: Isolat 1,4-bis-(3,4,5-trimetoksi-fenil)-tetrahidro-furo(3,4-c) furan dari biji mahoni (Swietenia. macrophylla King) dapat memperbaiki gambaran histopatologi hepar tikus model DM tipe 2. Kata Kunci: Isolat biji mahoni; histopatologi hepar; diabetes melitus 

Page 1 of 1 | Total Record : 7