cover
Contact Name
Nanang Wiyono
Contact Email
smjfkuns@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
smjfkuns@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Smart Medical Journal
ISSN : 26211408     EISSN : 26210916     DOI : -
Core Subject : Health,
Smart Medical Journal (SmedJour) is published by Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret. SMedJour publishes original research articles or article review in the basic medical sciences, clinic medical sciences, medical education and public health.
Arjuna Subject : -
Articles 7 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal" : 7 Documents clear
Manifestasi Gastrointestinal dan Peran Swab Anal pada COVID-19: Laporan Kasus dari Rumah Sakit Rujukan Tersier, Jakarta Muhamad Rizqy Fadhillah; Jamal Zaini; Andika Chandra Putra; Fathiyah isbaniah; Muammar Emir Ananta; Ginindha Izzati Sabila
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.54197

Abstract

Introduksi: Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksius yang masih menjadi permasalahan serius di dunia. Meskipun presentasi klinis utama COVID-19 adalah gejala respirasi, manifestasi gastrointestinal seperti nyeri perut dan diare dapat ditemukan sebagai satu-satunya presentasi dari penyakit ini. Swab anal dapat dilakukan untuk penegakkan diagnosis COVID-19 dengan presentasi gastrointestinal. Namun perananya dalam diagnosis COVID-19 masih belum diketahui secara pasti.Laporan kasus: Laporan kasus ini membahas seorang pasien dewasa yang datang dengan keluhan gastrointestinal tanpa adanya gejala respirasi. Pasien ini kemudian terkonfirmasi COVID-19 melalui pemeriksaan polymerase chain reaction (PCR) pada sampel swab nasofaring dan swab anal.Diskusi: COVID-19 dapat ditandai dengan berbagai gejala dari organ tubuh manapun, salah satunya adalah gejala gastrointestinal. Swab anal menjadi sampel yang cukup representatif dalam membantu penegakkan diagnosis COVID-19 dengan gejala gastrointestinal.  Kesimpulan: Di tengah pandemi ini, presentasi gastrointestinal tanpa gejala respirasi perlu dipertimbangkan sebagai presentasi klinis atipikal dari COVID-19. Hal ini menuntut kehati-hatian tenaga kesehatan untuk menghindari misdiagnosis COVID-19 dengan menggunakan pengambilan sampel dari organ lain seperti swab anal.
Analisis Tingkat Kepatuhan Masyarakat terhadap Protokol Kesehatan COVID-19 dengan Pendekatan Health Belief Model Arianti Maisyaroh; Arifin Arifin; Evi Nurhayatun
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.54670

Abstract

Pendahuluan: Munculnya virus SARS CoV-2 yang memiliki daya penularan tinggi telah menyebabkan terjadinya pandemi COVID-19 di seluruh dunia. Akibat belum ditemukannya pengobatan definitif dan belum meratanya vaksin untuk seluruh penduduk, maka menerapkan protokol kesehatan sebagai upaya pencegahan sejauh ini merupakan langkah ideal untuk menekan angka kejadian COVID-19. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor yang berpengaruh terhadap kepatuhan dalam menerapkan protokol kesehatan melalui pendekatan Health Belief Model (HBM).Metode: Penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik dengan desain studi cross sectional. Pengambilan data dilakukan melalui survei kuesioner yang diberikan langsung kepada responden. Subjek penelitian ini adalah penduduk Kecamatan Banjarsari berjumlah 100 responden. Penelitian dilakukan pada bulan Mei 2021. Teknik analisis dalam penelitian ini menggunakan uji chi-square (α=0,05) dengan software SPSS versi 21.Hasil: Pada uji chi-square, didapatkan hasil bahwa persepsi keparahan (p=0,012), persepsi hambatan (p=0,001), persepsi manfaat (p=0,031), dan isyarat untuk bertindak (p=0,003) berhubungan secara statistik terhadap kepatuhan protokol kesehatan. Sementara persepsi kerentanan (p=0,164) dan efikasi diri (p=0,120) tidak berhubungan secara statistik terhadap kepatuhan protokol kesehatan.Kesimpulan: Terdapat hubungan antara persepsi keparahan, persepsi hambatan, persepsi manfaat, dan isyarat untuk bertindak terhadap kepatuhan protokol kesehatan.Kata Kunci: COVID-19, Health Belief Model, Kepatuhan, Protokol Kesehatan.
Diagnosis and Management of Dilated Cardiomyopathy: a Systematic Review Sidhi Laksono; Heramitha Azahra
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.55123

Abstract

Pendahuluan: Kardiomiopati dilatasi merupakan salah satu penyebab gagal jantung, patogenesisnya sangat bervariasi, mulai dari genetik, infeksi, autoimun, dan kardiotoksin. Melakukan pemeriksaan diagnostik mengenai penyebab yang mendasari akan lebih memahami bagaimana kardiomiopati berkembang. Manajemen juga bervariasi secara signifikan sesuai dengan individu. Tujuan dari studi ini adalah untuk membahas strategi diagnosis dan manajemen penyebab yang mendasari dalam memperbaiki kardiomiopati dilatasi untuk mencapai hasil yang lebih baik dan pengobatan yang optimal.Metode: Proses pencarian artikel diakses pada tiga database elektronik, PubMed, PLOS ONE, dan Google Scholar. Data pada artikel sebelumnya terkait dengan teori dasar diagnosis dan manajemen kardiomiopati dilatasi. Kata kunci yang digunakan dalam pencarian artikel jurnal adalah kardiomiopati dilatasi, gagal jantung, diagnosis, manajemen, dan genetik. Kriteria penulisan artikel ini adalah tahun publikasi dalam 2011 hingga 2021, dalam bahasa Inggris, artikel teks lengkap, dan membahas diagnosis dan manajemen kardiomiopati dilatasi.Hasil: Diperoleh dua puluh tujuh artikel sesuai dengan kriteria inklusi dan dibahas lebih lanjut dalam diagnosis dan pengelolaan kardiomiopati dilatasi.Kesimpulan: Kardiomiopati dilatasi merupakan penyakit progresif pada otot jantung, terutama pembesaran dan pelebaran ventrikel. Proses penyakit ini dominan dikarenakan faktor genetik. Diagnosis kardiomiopati dilatasi tidak hanya dapat dilihat dari manifestasinya, tetapi memerlukan pencitraan dalam ekokardiografi, elektrokardiogram, resonansi magnetik kardio, pengujian genetik, dan biopsi endomiokardial. Mencapai manajemen yang optimal diperlukan untuk mencegah penurunan tingkat fraksi ejeksi, mengurangi perawatan pada pasien gagal jantung, dan mengurangi risiko kematian kardiovaskular.
Hubungan Fungsi Kognitif Berdasarkan Skor MMSE dengan Hasil CT Scan Kepala Pasien Lansia Damiana Nirmala Mukti Handayani; Rachmi Fauziah Rahayu; Nanang Wiyono
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.57246

Abstract

Pendahuluan: Penurunan fungsi kognitif merupakan penyebab utama disabilitas dan ketergantungan akan perawatan lansia. Pemeriksaan dengan pencitraan memungkinkan kita untuk mengetahui perubahan struktural otak yang dapat menjadi prediktor munculnya demensia. Penelitian mengenai topik ini masih jarang dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan untuk mempelajari hubungan antara hasil penilaian fungsi kognitif dengan mini mental state examination (MMSE) dan hasil CT scan kepala pasien lansia, yang distandarisasi dengan kriteria penilaian skala global cortical atrophy (GCA).Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode observasi. Populasi yang diteliti merupakan pasien yang berusia ≥60 tahun, menjalani pemeriksaan CT scan kepala pada tahun 2021, dan mampu menjalani pemeriksaan MMSE selama periode pengambilan data penelitian. Sampel diambil dengan the rule of thumb sebanyak 30 orang. Analisis data dilakukan dengan uji korelasi Rank Spearman.Hasil: Penelitian ini diikuti oleh 18 pasien perempuan dan 12 pasien laki-laki. Sebagian besar pasien memiliki fungsi kognitif yang normal dengan rata-rata skor MMSE 26 (±3,42) dan skala GCA 1 - 2. Terdapat korelasi negatif yang signifikan secara statistik (r=-0,546/p<0,002) antara fungsi kognitif berdasarkan skor MMSE dengan hasil pemeriksaan CT scan kepala pasien lansia.Kesimpulan: Terdapat hubungan negatif berkekuatan moderat antara fungsi kognitif berdasarkan skor MMSE dengan hasil pemeriksaan CT scan kepala pasien lansia.
Pengaruh Lama Terpapar Cahaya Smartphone Terhadap Ketajaman Penglihatan dan Mata Kering pada Siswa/i Sekolah Dasar Al-Irsyad Kota Surakarta Windy Patadungan; Senyum Indrakila; Raharjo Kuntoyo
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.47926

Abstract

 Pendahuluan: Meningkatnya  pengguna smartphone di era sekarang ini menimbulkan kekuatiran akan efek radiasi sinar smartphone terhadap kesehatan mata. Pada anak usia sekolah, hal ini merupakan salah satu masalah yang paling sering terjadi terhadap tingkat ketajaman penglihatan dan mata kering.  Secara Global, hampir 18,9 juta anak di bawah usia 15 tahun mengalami gangguan tajam penglihatan dan mata kering. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama terpapar cahaya smartphone terhadap ketajaman penglihatan dan mata kering pada siswa/i SD Al-Irsyad Kota Surakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh lama terpapar cahaya smartphone terhadap ketajaman penglihatan dan mata kering pada siswa/i SD Al-Irsyad Kota Surakarta dalam jangka waktu yang lama.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan menggunakan pendekatan cross sectional yang dilakukan pada bulan Oktober-November 2020 di SD Al-Irsyad Kota Surakarta. Populasi penelitian adalah siswa/i kelas VI SD.  yang memiliki smartphone. Pengambilan sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Besar sampel penelitian ini adalah 53 siswa/i SD Al-Irsyad Kelas VI yang memenuhi kriteria inklusi dan tidak termasuk kriteria eksklusi. Data dianalisis menggunakan teknik analisis bivariat. Kedua variabel diuji untuk mengetahui pengaruh antara variabel bebas dan variabel terikat dengan metode Fisher Test menggunakan aplikasi IBM SPSS Statitik 25 For Windows.Hasil: Hasil uji statistik menggunakan uji Fisher test antara lama paparan cahaya smartphone yang diakumulasikan ke dalam tahun terhadap ketajaman penglihatan atau visus  didapatkan nilai signifikan sebesar 0,043 (P<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik dan  lama paparan cahaya smartphone >3 tahun memiliki risiko 8,526 kali lebih besar untuk mengalami ketajaman penglihatan tidak normal (<6/6). Hasil uji Fisher test antara intensitas paparan cahaya smartphone (jam) dalam sehari terhadap mata kering didapatkan nilai signifikan sebesar 0,008 (p<0,05) yang menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik dan  individu yang memiliki intensitas terpapar cahaya smartphone >4 jam per hari memiliki resiko 7,7 kali lebih besar untuk mengalami mata kering. Hasil uji Fisher test antara lama paparan cahaya smartphone yang diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata kering di dapatkan nilai yang tidak siginfikan sebesar 0,604 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik antara lama paparan cahaya smartphone yang diakumulasikan ke dalam tahun dengan mata kering yang telah dikategorikan menjadi dua hasil ukur. Demikian juga dengan hasil Fisher test antara intensitas paparan cahaya smartphone dalam sehari (jam) terhadap ketajaman penglihatan (visus) di dapatkan nilai yang tidak siginfikan sebesar 0,769 (p>0,05) yang menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang bermakna secara statistik antara intensitas paparan cahaya smartphone dalam sehari (jam) dengan ketajaman penglihatan atau visus yang telah di kategorikan menjadi dua hasil ukur.Kesimpulan: Terdapat pengaruh lama paparan cahaya smartphone yang diakumulasikan ke tahun terhadap ketajaman penglihatan atau visus dan tidak terdapat pengaruh intensitas paparan cahaya smartphone (jam) dalam sehari terhadap ketajaman penglihatan atau visus. Terdapat pengaruh intensitas paparan cahaya smartphone (jam) dalam sehari terhadap mata kering dan tidak terdapat pengaruh yang signifikan lama paparan cahaya smartphone (tahun) yang diakumulasikan ke dalam tahun terhadap mata kering.
Gejala Gastrointestinal sebagai Faktor Prognostik Keparahan dan Kematian pada Pasien COVID-19: Sebuah Meta-Analisis Global Taufik Ridwan Hadi Kusuma; Mentari Maratus Sholihah; Muhammad Ifham Hanif
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.54584

Abstract

Pendahuluan: Coronavirus disease 2019 (COVID-19) merupakan pandemi global yang menimbulkan manifestasi klinis yang luas termasuk gejala gastrointestinal. Beberapa studi telah meneliti tingkat keparahan dan mortalitas COVID-19 dengan manifestasi gastrointestinal, tetapi hanya di tingkat regional. Penelitian ini bertujuan untuk menggabungkan beberapa literatur tentang keparahan dan mortalitas akibat COVID-19 dengan manifestasi gastrointestinal di beberapa pusat studi dari berbagai negara.Metode: Studi ini merupakan studi meta-analisis. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari proses pencarian dan pemilihan data dari studi klinis di seluruh dunia. Pencarian artikel melalui database yang sistematik dan komprehensif dari PubMed, ScienceDirect, Google Scholar, ProQuest, dan Springer Link. Artikel dikumpulkan dengan diagram PRISMA, dilakukan telaah kritis menggunakan PRISMA checklist dan analisis PICO kemudian data dianalisis dengan menggunakan perangkat Review Manager 5.4.1 dengan Random Effect Model (REM). Hasil analisis yang didapatkan berupa besarnya efek, heterogenitas dan model studi.Hasil: Berdasarkan analisis data dari berbagai studi di beberapa negara, hasil menunjukkan bahwa gejala gastrointestinal tidak memiliki hubungan signifikan terhadap peningkatan keparahan (aOR 0.77; 95% CI 0.35-1.70; I2=0.73; p=0.52) dan mortalitas  (aOR 0.87; 95% CI 0.34-2.21; I2=0.63; p=0.77) COVID-19.Kesimpulan: Pasien COVID-19 dengan gejala gastrointestinal lebih kecil kemungkinannya untuk mengalami penyakit yang parah serta mortalitas dibandingkan pasien tanpa gejala gastrointestinal.Kata Kunci: Gejala Gastrointestinal, COVID-19, Faktor Prognosis, Keparahan, Kematian.
Potensi Terapi Mesenchymal Stem Cells (MSCs) Untuk Gagal Hati Kronis Eksaserbasi Akut Akibat Infeksi Virus Hepatitis B: Tinjauan Sistematis dan Meta-analisis Terhadap Studi Uji Acak Terkontrol Yehuda Tri Nugroho Supranoto; Dini Cynthia Dewi Tanuwijaya
Smart Medical Journal Vol 4, No 3 (2021): Smart Medical Journal
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Sebelas Maret

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.13057/smj.v4i3.54185

Abstract

Pendahuluan: Gagal hati kronis eksaserbasi akut merupakan dekompensasi penyakit hati kronis yang sering berkaitan dengan infeksi virus hepatitis B (HBV). Terapi Mesenchymal stem cells (MSCs) telah menunjukkan hasil yang menjanjikan untuk meningkatkan fungsi hati secara in vivo. Kajian ini bertujuan untuk menilai potensi MSCs pada pasien dengan gagal hati kronis eksaserbasi akut terkait infeksi HBV.Metode: Meta-analisis ini dibuat berdasarkan pedoman PRISMA. Pencarian literatur dilakukan dengan beberapa database elektronik, yakni PubMed, ScienceDirect, PMC, Google Scholar, dan Cochrane Library. Risk ratio (RR) dan standardized mean difference (SMD) dengan standar deviasi (SD) digunakan untuk membandingkan risiko mortalitas, skor model for end-stage liver disease (MELD), dan total bilirubin (TBIL) dari pemberian MSCs dan standard medical therapy (SMT).Hasil: Kajian ini menunjukkan bahwa risiko mortalitas cenderung lebih tinggi pada kelompok SMT (pooled RR= 0.52, 95%CI (0.40,0,69), p<0.00001, I2=0%). Skor MELD juga cenderung lebih tinggi pada kelompok SMT sampai 12 bulan setelah pengobatan (pooled SMD 0.36, 95%CI (0.07, 0.65), p= 0.00002, I2=65%). Perubahan TBIL lebih besar pada kelompok MSCs sampai dengan 4 minggu (pooled SMD= 0.20, 95%CI (-0.11,0.52), p=0.3, I2=16%) dan perubahan TBIL secara keseluruhan sampai 12 bulan menunjukkan adanya perbedaan antara intervensi MSCs dan SMT (pooled SMD= -0.07, 95%CI (-0.23,0.08), p=0.05, I2= 42%).Kesimpulan: Kajian ini memberikan bukti kuat yang menunjukkan terapi MSCs memiliki potensi yang bermanfaat untuk meningkatkan fungsi hati pada pasien dengan gagal hati kronis eksaserbasi akut terkait infeksi HBV.

Page 1 of 1 | Total Record : 7