cover
Contact Name
Ahmadi Riyanto
Contact Email
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Phone
+628111166998
Journal Mail Official
masyarakat.iktiologi@gmail.com
Editorial Address
Gedung Widyasatwaloka, Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI Jl. Raya Jakarta-Bogor Km 46, Cibinong 16911
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology)
ISSN : 16930339     EISSN : 25798634     DOI : https://doi.org/10.32491
Aims and Scope Aims: Jurnal Iktiologi Indonesia (Indonesian Journal of Ichthyology) aims to publish original research results on fishes (pisces) in fresh, brackish and sea waters including biology, physiology, and ecology, and their application in the fields of fishing, aquaculture, fisheries management, and conservation. Scope: This journal publishes high-quality articles dedicated to all aspects Aquaculture, Fish biodiversity, Fisheries management, Fish diseases, Fishery biotecnology, Moleculer genetics, Fish health management, Fish biodiversity.
Articles 420 Documents
Otolith shape indices of skipjack tuna, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) from the Indian Ocean Arief Wujdi; Maya Agustina; Irwan Jatmiko
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i2.312

Abstract

Skipjack tuna, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) plays an important role in terms of the marine ecosystems as preyed-upon by shark, billfish, and larger tunas. In order to determine food chain system, there was a gap information as digested skipjack tuna difficult to be identified. This study aimed to determine shape indices to describe the otolith shape of skipjack. The morphometry data were collected from 253 pairs of skipjack tuna’s otolith during February, April, August, and September 2016 from four fishing ports namely Binuangeun, Sadeng, Prigi, and Labuhan Lombok. The data normality and homogenity also determined using Kolmogorov-Smirnov and Levene test respectively. In addition, right and left otolith morphometry were investigated using paired T-test. The shape indices were calculated using six descriptors including form factor (FF), roundness (RO), circularity or compactness (C), rectangularity (Rt), ellipticity (E), and aspect ratio (AR). Multivariate test using MANOVA and Tuckey test also implemented to investi-gate variation among locations. The results showed that the data were distributed normally and homogenly. There were also not significantly difference on otolith morphometry between left and right side (P>0,05). Shape indices also pro-vided in this paper. Skipjack tuna’s otolith has performed as non-rounded, closed to oval, elongated, and irregular surface. Abstrak Ikan cakalang, Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) berperan penting dalam ekosistem perairan laut, yaitu mangsa bagi jenis hiu, kelompok billfish, dan tuna berukuran besar lainnya. Dalam hal mengungkap hubungan pemangsa dan mangsa dalam suatu rantai makanan, seringkali terjadi kekosongan informasi karena sulitnya mengidentifikasi ikan yang telah tercerna. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan bentuk morfologi otolit ikan cakalang berdasarkan nilai indeks bentuk. Data morfometri dikumpulkan dari 253 pasang otolit ikan cakalang pada bulan Februari, April, Agustus, dan September tahun 2016 di empat tempat pendaratan ikan, yaitu: Binuangeun, Sadeng, Prigi, dan Labuhan Lombok. Data morfometri otolit diuji normalitas dan homogenitasnya masing-masing menggunakan uji Kolmogorof-Smirnov dan Levene. Uji T berpasangan juga diterapkan untuk memastikan signifikansi perbedaan antara morfometrik otolit kanan dan kiri. Penghitungan indeks bentuk menggunakan enam deksriptor, yang meliputi form factor (FF), roundness (RO), circularity atau compactness (C), rectangularity (Rt), ellipticity (E), dan aspect ratio (AR). Analisis multivariat menggu-nakan MANOVA dan uji Tuckey juga diterapkan untuk menentukan perbedaan morfometri otolit dari masing-masing lokasi. Hasil menunjukkan bahwa data tersebar normal dan homogen serta tidak terdapat perbedaan yang signi-fikan pada morfometri otolit kanan dan kiri (P>0,05). Penelitian ini juga menyajikan nilai indeks bentuk yang menjelas-kan bentuk morfologi otolit ikan cakalang, yaitu memiliki karakteristik cenderung oval, memanjang, dan memiliki per-mukaan yang tidak beraturan.
Reproductive biology of kawakawa, Euthynnus affinis (Cantor, 1849) in Eastern Indian Ocean Rani Ekawaty; Irwan Jatmiko
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.313

Abstract

Kawakawa (Euthynnus affinis) is one of the economically important fish species for fishermen in Denpasar, Bali. The objective of this study was to analyze the reproductive biology of kawakawa such as the gonadal maturity level (GML), gonad maturity index (GMI) and the length proportion of the mature gonads 50% (L50) and 95% (L95) of kawakawa in the Eastern Indian Ocean. Fish samples were collected from the fishermen catch landed at Kedonganan Fishing Port (PPI), Bali from May to September 2016. The total of fish samples collected were 168 individual. Each individual species was measured their fork length (FL), individual weight, gonad weight and determination of gonadal maturity level. The data obtained were analyzed to determine GML, GMI and proportions of gonads mature. The results showed that the fork length ranged from 26-55 cm with an average of 38 cm and dominated by a 28 cm. The maturity level of fish gonads was dominated by GML III (38%), followed by GML II (26%), GML I (22%) and GML IV (14%), respectively. The average gonad maturity index was 0.558 with a range of 0.009-5.075. The length of gonad matured in proportion 50% and 95% was 48.4 cm and 55.7 cm, respectively. It is suggested to regulating in fishing capture of kawakawa so that 50% of the fish caught have spawned. Abstrak Tongkol komo (Euthynnus affinis) merupakan salah satu jenis ikan ekonomis penting bagi nelayan di Denpasar, Bali. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis biologi reproduksi ikan tongkol komo seperti tingkat kematangan gonad (TKG), indeks kematangan gonad (IKG) dan panjang proporsi matang gonad 50% (L50) dan 95% (L95) tongkol komo di Samudra Hindia Bagian Timur. Contoh ikan dikumpulkan dari hasil tangkapan nelayan yang didaratkan di Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Kedonganan, Bali dari bulan Mei hingga September 2016. Jumlah contoh ikan yang dikumpulkan sebanyak 168 ekor, masing-masing diukur panjang cagak, bobot individu, bobot gonad dan penetapan TKG. Data yang diperoleh dianalisis untuk menentukan TKG, IKG dan proporsi matang gonad. Hasil penelitian diperoleh panjang cagak berkisar antara 26-55 cm dengan rata-rata 38 cm dan didominasi kelas panjang 28 cm. Tingkat kematangan gonad ikan didominasi oleh TKG III (38%), kemudian diikuti oleh TKG II (26%), TKG I (22%) dan TKG IV (14%). Rata-rata indeks kematangan gonad sebesar 0,558 dengan kisaran 0,009-5,075. Proporsi Panjang matang gonad 50% dan 95% berturut-turut adalah 48,4 cm dan 55,7 cm. Perlu dilakukan pengaturan penangkapan sehingga 50% ikan yang tertangkap sudah pernah memijah.
Composition and digestibility values of Indigofera zollingeriana leaf meal on hoven’s carp seed Leptobarbus hoevenii which fermented with sheep rumen liquor Dwinda Pangentasari; Mia Setiawati; Nur Bambang Priyo Utomo; Mas Tri Djoko Sunarno
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i2.314

Abstract

The aim of this study was to evaluate the nutritional content of fermented tarum leaf meal and its nutrient digestibility on hoven’s carp juvenile. This study consisted of two steps namely fermentation and determination of nutrient digesti-bility of tarum leaf meal. Sheep’s rumen fluids used as fermentator of tarum leaf, fermentation was performed for 24 hours with several levels at 0, 200, 400 and 600 mL kg-1, then dried and analyzed for proximate. Digestibility trial was carried out for fermented and non-fermented tarum leaf meal. Digestibility trial was conducted by adding Cr2O3 as the indicator and faecal collection through siphoning. Hoven’s carp (2,31± 0,02 g) were cultured for 30 days using 60 cm x 50 cm x 40 cm aquarium with a density of 25 fishes aquarium-1. Fish were fed three times daily ad satiation. Feces were collected one hour after feeding, dried and analyzed. Fermentation test showed that the nutrient content of fer-mented tarum leaf meal using 600 mL kg-1 dose was better and significantly than other doses in crude fiber and nitrogen free extract were 9,32±0,53and 49,23±1,11. The decrease of crude fiber were 36%. Digestibility test showed that the raw material digestibility, protein digestibility, fat digestibility and energy digestibility in use tarum meal was better and significantly different than non-fermented tarum leaf meal. The results showed that fermented tarum leaf meal at 600 mL kg-1 increase quality of nutrients and digestibility of hoven’s carp seed. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kandungan nutrisi dari fermentasi tepung daun tarum dan kecernaannya terhadap benih ikan jelawat. Penelitian terdiri atas dua tahap yaitu fermentasi dan uji kecernaan bahan dari tepung daun tarum. Fermentasi tepung daun tarum menggunakan cairan rumen domba sebagai fermentator. Fermentasi dilakukan selama 24 jam dengan dosis 0 (kontrol), 200, 400, dan 600 mL kg-1, kemudian dikeringkan dan dianalisis proksimat. Uji kecernaan menggunakan tepung daun tarum yang difermentasi dan tanpa fermentasi. Uji kecernaan bahan dilakukan dengan menambahkan Cr2O3 pada pakan sebagai indikator dengan metode penyifonan feses. Ikan jelawat (2,31± 0,02 g) dipelihara dalam wadah akuarium ukuran 60 cm x 50 cm x 40 cm dengan kepadatan 25 ekor akuarium-1 selama 30 hari. Ikan diberi pakan tiga kali sehari secara satiasi. Feses diambil satu jam setelah pemberian pakan, dikeringkan dan dianalisis kimia. Uji fermentasi menunjukkan bahwa kandungan nutrien tepung daun tarum yang difermentasi menggu-nakan dosis 600 mL kg-1 lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dosis lainnya pada kandungan serat kasar dan ba-han ekstrak tanpa nitrogen yaitu 9,32±0,53dan 49,23±1,11. Penurunan serat kasar terjadi sebanyak 36%. Uji kecernaan menunjukkan bahwa kecernaan bahan, kecernaan protein, kecernaan lemak, dan kecernaan energi pada penggunaan tepung daun tarum yang difermentasi lebih baik dan berbeda nyata dibandingkan dengan tepung daun tarum tanpa fer-mentasi. Hasil tersebut menunjukkan bahwa fermentasi tepung daun tarum dengan dosis 600 mL kg-1 meningkatkan kualitas nutrisi bahan dan kecernaan terhadap benih ikan jelawat.
Diversity of Demersal Fish Resources in Ambon Island Waters Friesland Tuapetel; Delly DP Matrutty; Welem Waileruny
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.315

Abstract

The waters surrounding Ambon Island is a potential fishing gound for demersal fish resources, yet information regarding species diversity is still slightly understood. This research aimed to analyze the diversity of species and size of demersal fish around Ambon Island oceans. Data was collected based on experimental fishing using fish trap at two locations, in northern and southern waters of Ambon Island. The data were collected by experimental capture using fishing gear at two locations, namely northern waters (March-April 2015) and south of Ambon Island (July-October 2016). Methods of demersal resource diversity analysis are several ecological indexes i.e. Shannon-Wiener diversity index, Pielou uniformity index, and Simpson's dominance index. The result showed that 21 family and 57 species with details of 35 species in the northern waters and 32 species in the southern water. Species diversity based on Shannon-Wiener Index (H´) ranged between 1,61-3,10 while species evenness index (E) was around 0,83-0,95. The abundance of demersal fish was not dominated by any fish species, showed by the average Simpson index of dominant (D) around 0,05-0,26. Abstrak Perairan Pulau Ambon termasuk daerah penangkapan sumber daya ikan demersal yang potensial, namun informasi ke-anekaragamannya masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kekayaan jenis dan keanekara-gaman ikan demersal di perairan Pulau Ambon. Pengambilan data dilakukan dengan cara penangkapan eksperimental dengan menggunakan alat tangkap bubu pada dua lokasi yakni perairan utara (Maret-April 2015) dan perairan selatan Pulau Ambon (Juli-Oktober 2016). Metode analisis keanekaragaman sumber daya ikan demersal menggunakan bebe-rapa indeks ekologi yakni indeks keanekaragaman Shannon-Wiener, indeks keseragaman Pielou, dan indeks dominansi Simpson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di perairan Pulau Ambon teridentifikasi 21 famili dan 57 spesies de-ngan rincian 35 spesies di perairan utara dan 32 spesies di perairan selatan. Status keanekaragaman jenis indeks Shannon-Wiener (H´) berkisar 1,61-3,10 sedangkan indeks keseragaman jenis (E) sebesar 0,83-0,95. Kelimpahan ikan demersal tidak ada yang dominan, ditunjukkan oleh indeks dominan Simpson (D) sebesar 0,05-0,26.
The morphology of Thai mahseer’s Tor tambroides (Bleeker, 1854) axial skeleton (ossa vertebrae) Ilham Zulfahmi; Yusrizal Akmal; Agung Setia Batubara
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 2 (2018): June 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i2.329

Abstract

This study aims to describe the axial skeleton morphology (ossa vertebrae) of Thai mahseer’s,Tor tambroides (Bleeker 1854). A 5 kg of 65 cm fish sample were obtained from fish trader in the Tangse River area of Pidie district.. The axial skeleton preparations processed at the Laboratory of Mathematics and Natural Sciences, Al Muslim University, Bireuen district. The identification of terminology was done at Integrated Biology Laboratory, Biology Department, Faculty of Science and Technology, Ar-Raniry Islamic State University. The keureling’s axial skeleton processed by physically and chemically.. Axial skeleton was arranged into a single piece to analyze every part of it. Every part of axial skeleton documented by using Canon EOS 700D camera and processed by Adobe Photoshop CS3. The labeling of each part of the axial skeleton was done by comparing the similarity of the shape and location of each part of the fish axial skeleton that has been studied previously, either from the same family or from the different family.The results showed that Keureling had four axial vertebrae bones belonging to the weberian apparatus, 19 ossa abdominal vertebrae, 18 pairs ossa costales, 16 ossa caudal vertebrae and one os urostyles vertebrae. Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan morfologi tulang belakang (ossa vertebrae) ikan keureling, Tor tam-broides (Bleeker, 1854). Contoh ikan diperoleh dari pedagang ikan di wilayah sungai Tangse Kabupaten Pidie dengan bobot 5 kg dan panjang 65 cm. Tahapan pembuatan preparat tulang belakang dilakukan di Laboratorium Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Al Muslim Kabupaten Bireuen. Identifikasi terminologi tulang belakang ikan dilakukan di Laboratorium Terpadu Biologi, Program studi Biologi, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. Pembuatan preparat tulang belakang dilakukan secara fisik dan kimiawi. Tulang belakang yang telah bersih dirangkai menjadi satu kesatuan untuk dianalisis setiap bagian-bagiannya. Pemotretan setiap bagian tulang bela-kang dilakukan dengan menggunakan kamera Canon EOS 700D dan diolah dengan menggunakan Adobe Photoshop CS3. Penamaan setiap bagian tulang belakang dilakukan dengan cara membandingkan kemiripan bentuk dan letak dari setiap bagian tulang belakang ikan yang telah diteliti sebelumnya, baik dari famili yang sama maupun dari famili yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan ikan keureling memiliki empat buah tulang axial vertebrae yang termasuk da-lam tulang Weber (Weberian apparatus), 19 ossa abdminal vertebrae, 18 pasang ossa costae, 16 ossa caudal vertebrae dan satu os urostyles vertebrae.
Acute toxicity test of carbamate insecticide on common carp, Cyprinus carpio Linnaeus, 1758 Cathrine Ferlianova Leuwol; Djamar Tumpal Floranthus Lumban Batu; Ridwan Affandi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.340

Abstract

Carbamate is a highly toxic pollutant for animal, even though this insecticide is biodegradable in nature and in the food chain. The purpose of this research was to find the LC50-96 of carbamate insecticide (Marshall 200 EC) on test organism. The test organism used common carps (Cyprinus carpio L.) with 6-8 cm of length and 5,5-9 g of weight. This study used an experimental method by divided into two steps i.e. preliminary test and acute toxicity (LC50-96) tests. Preliminary test was done without repetition and twice repetition for acute toxicity. Acute toxicity test data were analyzed by probit analysis. The result showed that LC50-96of carbamate insecticide (Marshal 200 EC) on Cyprinus carpio L. was 1,68 mgL-1. Abstrak Pestisida golongan karbamat merupakan sumber pencemar yang sangat toksik bagi hewan, meskipun insektisida go-longan karbamat ini mudah terurai di alam baik pada media air maupun pada organisme dalam rantai makanan. Tujuan penelitian ini ialah mengukur nilai LC50-96 insektisida karbamat (Marshal 200 EC) terhadap hewan uji. Hewan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan mas (Cyprinus carpio L.) dengan panjang 6-8 cm dan bobot 5,5-9 g. Metode yang digunakan pada penelitian ini ialah metode eksperimental dengan dua tahapan penelitian, yaitu uji pendahuluan dan uji toksisitas akut (LC50-96). Uji pendahuluan dilakukan tanpa ulangan dan uji toksisitas akut dilakukan ulangan sebanyak dua kali. Data uji toksisitas akut dianalisis dengan analisis probit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai LC50-96 insektisida karbamat (Marshal 200 EC) terhadap ikan mas adalah 1,68 mgL-1.
The growth and survival rate of Nile tilapia, Oreochromis niloticus (Linnaeus, 1758) in the aquaponic system with different vetiver (Vetiveria zizanioides L. Nash) plant density Widyatmoko Widyatmoko; Hefni Effendi; Niken TM Pratiwi
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.346

Abstract

Tilapia fish farming with the aquaponic is a system of cultivation that can save land use and increase the efficiency of nutrient utilization of residual feed and fish metabolism by the plant. This research aimed to analyze the influence of different plant densities on growth, survival and the comparison of length and weight of tilapia (Oreochromis niloticus) in aquaponic system with dense plant. The experimental design used was Completely Randomized Design in time with three treatments and three replications with the level of density of vetiver (Vetiveria zizanioides) tested in this study was 400 g, 800 g and without vetiver. Nile tilapia (Oreochromis niloticus) was used with weight of 14 g, average length of 8-9 cm, and the experiment lasted for 42 days. The observed parameters was the growth of length and weight, length-weight relationship, and the survival rate. The results showed that the highest increase was in the treatment of 800 g vetiver plants with the growth of 19 g, the length increase of 2.64 cm and the survival rate of 100 ± 0.00 %. The lowest value was in the control. The use of aquaponic system in nile tilapia management with vetiver and control treatment had significant effect (P <0.05) on weight gain, length increase, and survival rate of tilapia. Water quality in all treatments generally reflected a range within tolerable limits and not harmful to tilapia growth. Abstrak Budi daya ikan nila dengan sistem akuaponik merupakan sistem budi daya yang dapat menghemat penggunaan lahan dan meningkatkan efisiensi pemanfaatan hara dari sisa pakan serta metabolisme ikan oleh tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh padat tanaman yang berbeda terhadap pertumbuhan, sintasan dan perbanding-an panjang dan bobot ikan nila (Oreochromis niloticus) pada sistem akuaponik dengan padat tanaman yang berbeda. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap dengan tiga perlakuan dan tiga kali ulangan dengan tingkat kepadatan vetiver yang diuji dalam penelitian ini adalah 400 g, 800 g dan tanpa vetiver. Ikan yang digunakan adalah ikan nila dengan bobot 14 g, panjang rata-rata 8-9 cm, dan dipelihara selama 42 hari. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan bobot, hubungan panjang-bobot, pertambahan panjang dan sintasan. Hasil peneli-tian menunjukkan bahwa peningkatan nilai tertinggi terdapat pada perlakuan tanaman vetiver 800 g dengan pertam-bahan bobot sebesar 19 g, pertambahan panjang sebesar 2,64 cm dan sintasan ikan sebesar 100±0,00 %. Nilai teren-dah terdapat pada kontrol. Penggunaan sistem akuaponik pada pemeliharaan ikan nila dengan perlakuan vetiver dan kontrol berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap pertambahan bobot, pertambahan panjang, dan sintasan ikan nila. Kua-litas air pada semua perlakuan secara umum menggambarkan kisaran yang masih berada dalam batas toleransi dan tidak membahayakan bagi pertumbuhan ikan nila.
Genetic analisys of cytochrome oxidase sub unit 1 gene fragment from Cirrhilabrus cf. ryukyuensis (Labridae) from Cenderawasih Bay and Raja Ampat Muhammad Dailami; Darma Santi; . Murtihapsari; Hermawaty Abubakar; Abdul Hamid A. Toha
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.347

Abstract

Cirrhilabrus cf. ryukyuensis from Cenderawasih Bay and Raja Ampat have different colormorphs with Cirrhilabrus ryukyuensis. This study was conducted to determine the phylogenetic relationship, evolution and genetic diversity of Cirrhilabrus cf. ryukyuensis based on Cytochrome oxidase sub unit 1 (COI) gene. Mitochondrial DNA extracted by using chelex 10%. FISH-BCH and BCL primers were used to amplify COI gene fragment and sequencing. Data analysis conducted by using software Sequencher 4.1 and MEGA 5. COI genes from six samples of C. cf rykyuensis from Cenderawasih Bay and Raja Ampat have total 613 base pairs. The average compositions of nucleotides are T 32.8%, C 26.3%, A 23.2% and G 17.7%. There is six positions of polymorphism that caused by transition. Conversion of nucleotides to amino acid sequence resulted in 204 amino acid with the same sequence. The phylogenetic tree from six sample showed that all in one clade, but different clade from Cirrhilabrus cyanopleura from GenBank Abstrak Cirrhilabrus cf. ryukyuensis asal Teluk Cenderawasih dan Raja Ampat secara morfologi memiliki perbedaan warna dengan Cirrhilabrus ryukyuensis. Penelitian ini bertujuan menentukan hubungan filogenetik, evolusi, dan keragaman genetik Cirrhilabrus cf. ryukyuensis berdasarkan gen Sitokrom Oksidase sub Unit I (COI). Genom DNA mitokondria diekstrak menggunakan larutan chelex 10%. Primer FISH-BCH dan BCL digunakan untuk mengamplifikasi fragmen Gen COI dan sekuensing. Analisis data dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak Sequencher 4.1 dan MEGA 5. Gen COI dari enam sampel C. cf. rykyuensis asal Teluk Cenderawasih dan Raja Ampat, memiliki panjang basa men-capai 613 bp. Komposisi rata-rata nukleotida T 32,8%, C 26,3%, A 23,2% dan G 17,7%. Terdapat enam posisi poli-morfisme yang kesemuanya disebabkan oleh mutasi transition. Hasil penerjemahan nukleotida, diperoleh asam amino dengan panjang 204 asam amino dengan urutan yang sama. Pohon filogenetik menunjukkan keenam sampel berada dalam satu clade yang sama dan berbeda dari clade Cirrhilabrus cyanopleura data Gene Bank.
Ichthyofauna in Keliling and Pangelang Protected Lakes in Kapuas Hulu Regency Sri Endah Purnamaningtyas
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 18 No 3 (2018): October 2018
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v18i3.348

Abstract

Ichthyological diversity of the Pangelang and Keliling protected lakes are scarce. The study aimed to analyze the diver-sity of fish species in both lacustrine ecosystems. Sample collection was made by stratification sampling method in the core, buffer and free zones of lakes. All samples obtained by using fishing gears such as traps, gill nets and seine nets. The study successfully collected and identified 30 species (11 families) from the Lake Keliling and 21 species (9 fami-lies) from the Lake Pangelang. The most dominant species found in the Lake Keliling was Pseudeutropius brachypo-pterus (52.08%), and followed by Helostoma temminkii (29.53%). The dominance of species in Lake Pangelang was Thynnichthys polylepis (44.55%), and followed by Helostoma temminckii (15.17%). Abstrak Data iktiofauna ikan Danau Lindung Pangelang dan Keliling masih sangat minim. Penelitian ini bertujuan untuk meng-analisis keanekaragaman jenis ikan di kedua ekosistem lakustrin tersebut. Koleksi sampel dilakukan dengan stratifikasi sampling, di zona inti, zona penyangga, dan zona bebas. Sampel didapatkan dengan menggunakan alat tangkap seperti bubu dan jaring insang dan jala. Penelitian berhasil mengoleksi dan mengidentifikasi 30 spesies (11 famili) ikan dari Danau Lindung Keliling dan 21 spesies (9 famili) dari Danau Lindung Pangelang. Spesies yang paling dominan dite-mukan di Danau Lindung Keliling adalah Pseudeutropius brachypopterus (52,08%), disusul Helostoma temminkii (29,53%), sedangkan dominansi spesies di Danau Lindung Pangelang adalah Thynnichthys polylepis (44,55%), disusul Helostoma temminckii (15,17%).
Biological aspects of pink ear emperor, Lethrinus lentjan (Lacepede, 1802) in Bangka and adjacent waters Yoke Hany Restiangsih; Nur’ainun Muchlis
Jurnal Iktiologi Indonesia Vol 19 No 1 (2019): February 2019
Publisher : Masyarakat Iktiologi Indonesia (Indonesian Ichthyological Society)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32491/jii.v19i1.349

Abstract

Coral fish is the one of the important fish resources in Indonesian waters, but the potential and exploitation rate needs to be obtained. Pink ear emperor is one of coral fish that many caught in Bangka. Research was conducted to determine biological aspect of pink ear emperor caught by fish traps, that includes length distribution, length-weight relationship, sex ratio, maturity stage, food habits, and length at first mature. This research was conducted from February 2014 to November 2015 with sampling location in Sungailiat fishing port. The observed aspects included fork length, weight, sex, gonad maturity and fish stomach contents was done monthly. The results showed the growth pattern are allometric negative, folk length ranged from 12 to 58 cm. The condition of sex ratio of males to females was 1:2,06. The gonade maturity stage of males and females were stage I, II, III, and IV for all months of observation. Stomach contained was shellfish, crap, shrimp and fish. Length at first capture(Lc) was 28 cm and length at first maturity(Lm) was 26 cm. Size length at first capture was bigger than the size length at first maturity, so the pink ear emperor at Sungailiat available to maintained the balance of fish stock on population. Abstrak Ikan karang merupakan salah satu sumber daya yang penting di perairan Indonesia, namun tingkat potensi dan tingkat pemanfaatannya masih perlu untuk dikaji. Ikan lencam merupakan salah satu ikan karang yang banyak tertangkap di perairan Bangka. Tujuan penelitian ini mengkaji beberapa aspek biologi ikan lencam hasil tangkapan bubu, meliputi sebaran ukuran panjang, pola pertumbuhan, nisbah kelamin, dan ukuran rata-rata pertama kali matang gonad dan kebiasaan makan. Penelitian ini dilaksanankan di PPN Sungailiat pada bulan Februari 2014 – November 2015. Aspek yang diamati meliputi panjang cagak, bobot tubuh ikan, jenis kelamin, kematangan gonad, dan isi lambung ikan. Hasil penelitian menunjukkan pola pertumbuhan ikan lencam bersifat allometrik negatif. Sebaran ukuran panjang berkisar antara 12 – 58 cm. Nisbah kelamin jantan terhadap betina sebagai 1 : 2,06. Pada setiap bulan pengamatan tingkat kematangan gonad jantan dan betina berada pada stadia I, II, III, dan IV. Isi lambung ikan lencam selama pengamatan terdiri dari kerang-kerangan, kepiting, udang, dan hancuran ikan. Panjang pertama kali ikan tertangkap (Lc) sebesar 28 cm dan pertama kali matang gonad (Lm) sebesar 26 cm. Rata-rata ukuran pertama kali tertangkap lebih besar dbandingkan dengan ukuran pertama kali matang gonad sehingga ikan lencam di Perairan Bangka masih dapat mempertahankan keseimbangan stok dalam suatu populasi.

Page 1 of 42 | Total Record : 420


Filter by Year

2001 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 22 No 2 (2022): June 2022 Vol 22 No 1 (2022): February 2022 Vol 21 No 3 (2021): October 2021 Vol 21 No 2 (2021): June 2021 Vol 21 No 1 (2021): February 2021 Vol 20 No 3 (2020): October 2020 Vol 20 No 2 (2020): June 2020 Vol 20 No 1 (2020): February 2020 Vol 19 No 3 (2019): October 2019 Vol 19 No 2 (2019): June 2019 Vol 19 No 1 (2019): February 2019 Vol 18 No 3 (2018): October 2018 Vol 18 No 2 (2018): June 2018 Vol 18 No 1 (2018): February 2018 Vol 17 No 3 (2017): October 2017 Vol 17 No 2 (2017): June 2017 Vol 17 No 1 (2017): February 2017 Vol 16 No 3 (2016): October 2016 Vol 16 No 2 (2016): June 2016 Vol 16 No 1 (2016): February 2016 Vol 15 No 3 (2015): October 2015 Vol 15 No 2 (2015): June 2015 Vol 15 No 1 (2015): Februari 2015 Vol 14 No 3 (2014): Oktober 2014 Vol 14 No 2 (2014): Juni 2014 Vol 14 No 1 (2014): Februari 2014 Vol 13 No 2 (2013): Desember 2013 Vol 13 No 1 (2013): Juni 2013 Vol 12 No 2 (2012): Desember 2012 Vol 12 No 1 (2012): Juni 2012 Vol 11 No 2 (2011): Desember 2011 Vol 11 No 1 (2011): Juni 2011 Vol 10 No 2 (2010): Desember 2010 Vol 10 No 1 (2010): Juni 2010 Vol 9 No 2 (2009): Desember 2009 Vol 9 No 1 (2009): Juni 2009 Vol 8 No 2 (2008): Desember 2008 Vol 8 No 1 (2008): Juni 2008 Vol 7 No 2 (2007): Desember 2007 Vol 7 No 1 (2007): Juni 2007 Vol 6 No 2 (2006): Desember 2006 Vol 6 No 1 (2006): Juni 2006 Vol 5 No 2 (2005): Desember 2005 Vol 5 No 1 (2005): Juni 2005 Vol 4 No 2 (2004): Desember 2004 Vol 4 No 1 (2004): Juni 2004 Vol 3 No 2 (2003): Desember 2003 Vol 3 No 1 (2003): Juni 2003 Vol 2 No 2 (2002): Desember 2002 Vol 2 No 1 (2002): Juni 2002 Vol 1 No 2 (2001): Desember 2001 Vol 1 No 1 (2001): Juni 2001 More Issue