cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases
ISSN : 25020447     EISSN : 25035134     DOI : -
Core Subject : Health,
JHECDs accept and publish 5 (five) original and review papers within health epidemiology and communicable diseases subject. Any other papers broader than previously mentioned but still related to communicable diseases (e.g economic or policy study related to communicable diseases) are considerable. JHECDs is scheduled publishs twice a year (June and December).
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
Gambaran status gizi dan faktor risiko kecacingan pada anak cacingan di masyarakat Dayak Meratus, Kecamatan Loksado, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Annida Annida; Deni Fakhrizal; Juhairiyah Juhairiyah; Budi Hairani
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 2 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 2, Desember 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.035 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i2.218

Abstract

Helminthiasis is a disease caused by intestinal parasite helminth with a high prevalence and spread throughout Indonesia, not deadly but secretly and slowly affect the health and productivity of patients through the decline in nutritional status. Slow and less symptom-prone effects cause the disease to be neglected among other diseases. This research is descriptive observational with cross sectional design, to know the description of nutritional status and risk factors of helminthiasis at elementary school children suffering from helminth in Meratus Dayak community, conducted in April 2017 at SDN Loksado and SDN Tanuhi, Loksado Subdistrict, Hulu Sungai Selatan Regency, South Kalimantan Province. The results showed 6.5% of helminthiasis occurred in the Dayak community in the Loksado Subdistrict. Helminthiasis consists caused by hookworm (58.33%), Enterobius (16.66), Hymenolepis (8.33%), Trichuris (8.33%), and mix infection of hookworm and enterobius (8.33%). However, this helminthiasis has not had an impact on the patient's nutritional status and progressed without symptoms, indicated by the nutritional status of patients who are mostly in the normal category until the fat. Although helminthiasis is not a deadly disease and is emergency, but the risk factor of helminthiasis in the patient can cause chronic infestation and transmission to other children. Keywords : helminthiasis, nutritional status, risk factors
Pengaruh infeksi hookworm terhadap kadar hemoglobin penambang intan Liestiana Indriyati; Wulan Sari R.G. Sembiring
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 1 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 1, Juni 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (318.951 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i1.313

Abstract

Hookworm adalah salah satu dari Soil Transmitted Helmints (STH) yang merupakan penyakit neglected diseasesterpenting dan penyakit parasit terpenting kedua setelah malaria. Infeksi Hookworm terjadi akibat kontak langsung dengan tanah sehingga para penambang intan khususnya penambang intan tradisional memiliki resiko yang tinggi untuk terserang. Hookworm menyerang mukosa usus dan menghisap darah sehingga dapat menyebabkan anemia yang dapat menurunkan produktifitas kerja. Penelitian kuantitatif observasional dengan desain potong lintang, di Kelurahan Sungai Tiung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru bulan Maret–Oktober 2014. Populasi adalah seluruh pekerja tambang intan di Kelurahan Sungai Tiung Kecamatan Cempaka Kota Banjarbaru sedangkan sampel penelitian adalah pekerja tambang intan tradisional di dua lokasi penambangan intan terbesar di Kelurahan Sungai Tiung Kecamatan Cempaka sebanyak 129 penambang intan. Kegiatan antara lain pembagian pot tinja, pengumpulan sampel feses, pemeriksaan sampel feses menggunakan metode Kato Katz, pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan kadar hemoglobin. Analisis lanjut berupa perhitungan jumlah telur per gram dan per hari dilanjutkan dengan perhitungan jumlah cacing dan perhitungan kehilangan darah akibat Hookworm yang diderita. Ditemukan 6 orang penambang intan yang positif terinfeksi Hookworm(SPR 4,65%) dengan jumlah cacing berkisar 1-4 ekor dan tergolong infeksi ringan. Kehilangan darah pada penambang intan di Desa Sungai Tiung Banjarbaru berkisar 2,2 cc/hari atau 66 cc/bulan atau 803 cc/tahun yang mengakibatkan penurunan kadar Hb menjadi di bawah normal seiring dengan banyaknya jumlah cacing yang diderita. Keberadaan 2 ekor cacing Hookworm telah berimbas pada penurunan kadar Hb di bawah normal sehingga diperlukan suplemen zat besi untuk mengembalikan kadar hemoglobin ke batas normal sesuai tingkat keparahan anemia Abstract. Hookworm is one of Soil Transmitted Helmints (STH) which is the most important neglected diseases and the second most important of parasitic disease after malaria. Hookworm infections occur from direct contact with the ground so that the diamond miners, especially traditional diamond miners have a high risk for infected. Hookworm invade the intestinal mucosa and suck blood so that it can lead to anemia that can reduce work productivity. Quantitative research is observational with cross sectional design, in Sungai Tiung Cempaka subdistrict Banjarbaru was held from March to October 2014. The population is all diamond miners in Sungai Tiung Cempaka subdistrict Banjarbaru while the sample is a traditional diamond mine workers in the two largest diamond mining sites in Sungai Tiung Cempaka subdistrict by 129 diamond miners. The activities include the distribution of pot stool, stool sample collection, examination of stool samples using the Kato Katz, blood sampling for hemoglobin levels examination. Further analysis such as calculation of the number of eggs per gram and per day followed by calculation of the number of worms and calculation of blood loss due to hookworm suffered. The research found 6 diamond miners were positively infected with hookworm (SPR 4.65%) with the number of worms ranging from 1-4 worm and categorized as mild infections. Blood loss on diamond miners in Sungai Tiung Banjarbaru range of 2.2 cc/day or 66 cc/month or 803 cc/year, resulting in a decrease of hemoglobin concentration to below normal due to the large number of worms are suffered. The existence of two Hookworm have impact on the decrease of normal hemoglobin concentration below that required an iron supplement to restore hemoglobin levels to the normal range according to severity of anemia.
Analisis perbedaan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keberadaan jentik Aedes aegypti di kelurahan endemis dan kelurahan sporadis Kota Banjarbaru Rudi Fakhriadi; Asnawati Asnawati
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 1 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 1, Juni 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (492.03 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i1.327

Abstract

Dengue Fever (DF) or Dengue Haemorrahagic Fever (DHF) is one of the few infectious diseases that become health problems in the world especially developing countries. Data obtained from Banjarbaru City Health Office found a trend of increasing the incidence of DHF. Last data of 2015 was recorded as many as 182 cases. Of 20 urban villages in Banjarbaru there are 10 outbreaks that menajdi Endemis dengue disease area and 10 outbreaks that became sporadic areas of dengue disease. Dengue fever prevention has a fairly complex problem. But the best way to prevent this disease is by eradicating mosquito larvae The purpose of this study is to see the factors that affect the presence of larva Aedes aegypti in endemic areas and sporadic dengue areas. The design of this study was observational analytic using cross sectional method with 100 samples of house at endemic and sporadic dengue. Data analysis was bivariate with chi-square and multivariate test with logistic regression test with 95% confidence degree. The result of bivariate and multivariate test showed that in the endemic area the related factors were knowledge and community action regarding EMN with larva Aedes aegypti (p <0,05). In the sporadic area of ​​DHF the corresponding variable was community education with the presence of larvae Aedes aegypti (p <0.05). While other variables are not significantly related to the presence of larva Aedes aegypti in endemic and sporadic dengue areas.
Brugia malayi dan Dirofilaria spp sebagai penyebab Filariasis pada hewan reservoir di daerah endemis di Kalimantan Dicky Andiarsa; Budi Hairani; Abdullah Fadilly
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 1 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 1, Juni 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.946 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i1.367

Abstract

Abstrak. Penyakit limfatik filariasis dan dirofilariasis berpotensi zoonosis di Indonesia. Kurangnya data tentang dirofilariasis pada manusia dan hewan menjadi dasar alasan dilakukannya studi ini menggunakan metode studi observasional dengan desain potong lintang. Sebanyak 201 hewan reservoir digunakan pada penelitian ini, yaitu kucing rumah (Felis catus), lutung (Presbytis cristatus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), kucing hutan (Felis silvestris) dan anjing (Canis familiaris) di dua daerah endemis filariasis, yaitu Kabupaten Hulu Sungai Utara (HSU) dan Kabupaten Kotawaringin Barat (KOBAR), Kalimantan. Pengambilan darah hewan melalui vena dilakukan pada malam hari. Keberadaan mikrofilaria dalam darah dideteksi melalui preparat ulas darah tebal dan tipis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 21% dan 28,7% hewan reservoir di Kabupaten HSU dan KOBAR secara berurutan terinfeksi mikrofilaria. Hewan domestikasi yang terinfeksi mikrofilaria lebih banyak dibandingkan dengan hewan liar. Berdasarkan agen penyebabnya, Dirofilaria spp. (20,89%) lebih dominan menginfeksi hewan reservoir, diikuti dengan Brugia malayi (2,48%). Infeksi campuran diperoleh dari 1,49% hewan reservoir. Hasil ini mengindikasikan bahwa hewan reservoir di kedua kabupaten tersebut berpotensi sebagai sumber penularan filariasis, sekaligus sebagai sumber agen zoonosis pada kasus dirofilariasis. Pemantauan secara rutin dan terintegrasi serta kolaborasi antar stake holder lintas program harus terus dilakukan untuk memutus mata rantai penularan filariasis dan menghambat terjadinya penularan zoonosis dari dirofilariasis.
Gambaran pengetahuan, perilaku dan pencegahan malaria oleh masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya Semuel Sandy; Ivon Ayomi
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 1 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 1, Juni 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.7 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i1.369

Abstract

Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya merupakan salah satu daerah endemis malaria di Provinsi Maluku. Penelitian bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria antara lain pengetahuan, aktifitas masyarakat, keberadaan habitat nyamuk dan pengunaan kelambu. Desain penelitian potong lintang, sampel diambil secara purposive, dan pengambilan data dilakukan dengan wawancara. Analisis data secara deskriptif dan bivariat non parametrik (Uji Chi Square dan Uji Fisher ). Hasil penelitian faktor-faktor yang berhubungan dengan pencegahan malaria pada masyarakat di Kabupaten Maluku Tenggara Barat dan Maluku Barat Daya antara lain: pengetahuan masyarakat tentang gejala penyakit malaria OR=10,523 (p=0,002), informasi tentang malaria dari petugas kesehatan OR=7,302 (p=0,003) dan aktifitas masyarakat di kebun pagi hari (pukul 05.00) dan sore hari (pukul 18.00) OR=3,685 (p=0,007).
An overview of Microfilariae on patients who have received treatment in Batuah Village, Kotawaringin Timur District 2015 Dian Nurmansyah; Muhammad Fahmi; Rifqoh Rifqoh; Puspawati Puspawati; Putri Kartika Sari; Muhammad Arsyad; Aldiana Astuti
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 2 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 2, Desember 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (356.552 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i2.378

Abstract

Filariasis is a chronic infectious disease, caused by filarial worms in the lymph and lymph nodes cause lymphangitis and elephantiasis. Batuah Village is the area in Sampit with the largest percentage of microfilariae compared to the surrounding area. From 196 the number of Batuah villagers examined by the filariasis elimination officer of Kotawaringin Timur District Health Office in 2013 obtained 5 positive cases of filariasis with 2.55% microfilaria number which is dominated by filaria worm Brugia malayi. From the local health center has also conducted a mass drug treatment program with DEC medication, combined with albendazole for 12 days on 14-16 July 2014. The aim of this study was to determine the success rate of treatment conducted by the health officer against filariasis patients in the Batuah village. The method used in this microfilariae examination is a microscopic method. Capillary blood was taken on 4 filarial patients who tested positive on the previous examination who had been given DEC + Albendazole treatment, the result from 4 samples that examined 1 positive sample of 4 patients. The implementation of medication that has been done by public health office was successful because there was a decrease of microfilaria rate which was previously 2.55% to 0,51% (<1%).
Evaluasi program pencegahan dan pengendalian Rabies dalam rangka menuju Sumatera Utara Bebas Rabies 2020 Frans Yosep Sitepu; Elpiani Depari; Afriani Afriani; Christina Sianturi
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 2 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 2, Desember 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.535 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i2.448

Abstract

Rabies merupakan masalah kesehatan masyarakat di Sumatera Utara. Tujuan dari program pencegahan dan pengendalian rabies adalah untuk mencapai Sumatera Utara bebas rabies tahun 2020. Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross sectional dengan mengumpulkan dan menganalisis laporan bulanan dan tahunan kasus rabies di Sumatera Utara sejak tahun 2007-2017. Evaluasi dilakukan terhadap seluruh proses program pencegahan dan pengendalian rabies. Hasil didapatkan bahwa pelaksanaan program pencegahan dan pengendalian rabies di Sumatera Utara belum berjalan optimal, seperti pelaksanaan surveilans epidemiologi, pelacakan kasus, tata laksana kasus di fasilitas pelayanan kesehatan, masih kurangnya partisipasi masyrakat, kurangnya rabies center di kabupaten/kota, serta kurangnya kerja sama antara dinas kesehatan dan dinas peternakan kabupaten/kota. Program pencegahan dan pengendalian rabies di Sumatera Utara belum berhasil dalam menurunkan kasus lyssa, masih terdapat 9 kabupaten/kota yang selama 2 tahun terakhir memiliki kasus lyssa. Disarankan lebih meningkatkan kerja sama lintas sektor dan program untuk mencapai Sumatera Utara bebas rabies 2020.
Korelasi kepadatan nyamuk Anopheles spp. terhadap faktor-faktor meteorologi di Desa Sungai Nyamuk, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara Sugiarto Sugiarto; Upik Kesumawati Hadi; Susi Soviana; Lukman Hakim
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 1 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 1, Juni 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (682.143 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i1.517

Abstract

Korelasi antara angka menggigit Anopheles (man biting rate-MBR) dengan faktor-faktor meteorologi sangat penting untuk mengantisipasi fluktuasi kejadian malaria. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis korelasi kepadatan Anopheles spp. dengan faktor-faktor meteorologi di Desa Sungai Nyamuk, daerah endemis malaria di Kalimantan Utara. Kepadatan nyamuk Anopheles spp. didapatkan dari umpan orang (human landing collection-HLC) (pengamatan 18.00-06.00). Pearson Product Moment Test digunakan untuk menganalisis korelasi antara angka menggigit Anopheles (MBR) dengan faktor-faktor meteorologi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa curah hujan mempunyai hubungan bermakna dengan kepadatan Anopheles (MBR), sedangkan kepadatan Anopheles mempunyai hubungan bermakna dengan kejadian malaria. Suhu udara dan kelembaban tidak mempunyai hubungan bermakna dengan kepadatan Anopheles (MBR). Curah hujan dapat dijadikan sebagai salah satu indikator dalam penerapan sistem kewaspadaan dini untuk mengantisipasi fluktuasi kejadian kasus malaria.
Analisis deskriptif potensi terinfeksi Filariasis pada masyarakat di Kabupaten Aceh Utara Yulidar Yulidar; Andi Zulhaida
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 4 No 2 (2018): JHECDs Vol. 4, No. 2, Desember 2018
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.12 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v4i2.653

Abstract

Analisis potensi terinfeksi filariasis pada masyarakat di Kabupaten Aceh Utara secara deskriptif bertujuan untuk mengetahui besarnya peluang masyarakat terinfeksi oleh filariasis. Penelitian ini merupakan penelitian analisis data sekunder secara deskriptif yang dilakukan selama 1 bulan yaitu pada bulan September 2017. Hasil analisis data menunjukkan bahwa peluang terbesar potensi terinfeksi filariasis dari 300 penduduk yang diperiksa adalah di Kecamatan Baktiya yaitu mencapai 7% (21 penduduk), di kecamatan Nisam yaitu 4,67% (14 penduduk), di Kecamatan Lhok Beuringin dan Lhoksokun yaitu 2,67% (8 penduduk), pada masyarakat di Kecamatan Seunudon yaitu 2,33% (7 penduduk) dan masyarakat di Kecamatan Kuta Makmur yaitu 2,00% (6 penduduk) sedangkan yang lainnya di bawah 2,00%.
Aktivitas nokturnal Aedes (stegomyia) aegypti dan Aedes (stegomyia) albopictus di berbagai daerah di Kalimantan Muhammad Rasyid Ridha; Abdullah Fadilly; Nur Afrida Rosvita
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 3 No 2 (2017): JHECDs Vol. 3, No. 2, Desember 2017
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.266 KB) | DOI: 10.22435/jhecds.v3i2.1715

Abstract

Dengue and chikungunya are increasing global public health concerns due to their rapid geographical spread and increasing disease burden. Knowledge of the activity of sucking blood at night (nocturnal) Ae. aegypti and Ae. albopictus in some areas of Borneo need to be known. Natural population of Aedes was collected by human bait collection and resting collection from 18:00 to 06:00 out door and indoor. The biting activities of Ae. aegypti and Ae. albopictus occurred throughout the night from 18:00 to 05:50 out door and indoor in Dadahup and Mandomai, Kapuas District, Central Kalimantan (2015), Pulau Ku’u, Tabalong district, South Kalimantan (2011), Bangkal Ulu, Kutai Timur district, East Kalimantan (2012), and Antaraya and Karyajadi, Barito Kuala district, South Kalimantan (2016). These results showed that the biting activities of Ae. aegypti dan Ae. albopictus did not only occur diurnally but also nocturnally.