cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 13 Documents
Search results for , issue "Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020" : 13 Documents clear
Analisis Teologi Pendidikan Agama Kristen Berdasarkan Kitab Filemon Arozatulo Telaumbanua
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.30

Abstract

Abstract: The Theology of Christian Religious Education in the Book of Philemon teaches about true love, forgiveness and brotherhood. The Book of Philemon contains an educational element that teaches us about effective, creative teaching in educating students. The attitude of educators like the Apostle Paul did is effective teaching to change the attitudes and behavior of students. Partnership is a good collaboration between one another. In collaboration education is very important for the success of learning. This collaboration can take place between students and students, teacher and teacher and teacher and student, so as to create a good learning. In writing this scientific work the writer uses the method of analysis, namely the method of literature that traces and exegetes the book. The success of learning is supported by good and effective learning methods and, above all, is the work of the Holy Spirit.Abstrak: Teologi Pendidikan Agama Kristen dalam Kitab Filemon mengajarkan tentang kasih, pengampunan dan persaudaraan yang sejati. Kitab Filemon mengandung unsur pendidikan yang mengajarkan kita tentang pengajaran yang efektif, kreatif dalam mendidik murid. Sikap pendidik seperti yang Rasul Paulus lakukan merupakan pengajaran yang efektif untuk mengubah sikap dan perilaku para murid. Kemitraan merupakan kerjasama yang baik antara satu dengan yang lain. Di dalam pendidikan kerjasama sangat penting untuk kesuksesan pembelajaran. Kerjasama ini dapat berlangsung antara murid dengan murid, guru dengan guru dan guru dengan siswa, sehingga tercipta satu pembelajaran yang baik. Dalam penulisan karya ilmiah ini penulis menggunakan metode analisis, yaitu metode perspustakaan yang menelusuri dan mengeksegesis kitab. Berhasilnya pembelajaran didukung oleh metode pembelajaran yang baik dan efektif dan yang paling utama merupakan pekerjaan Roh Kudus.  
Taurat dan Nubuat Palsu: Kajian Sudut Pandang Taurat Terhadap Nubuat Palsu Kosma Manurung
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.31

Abstract

Abstract: The purpose of this research is to present the Torah's view of false prophecy. The methodology used in this article uses text analysis and literature review. This article describes how false prophecy occurred in the Torah, the source of false prophecy, the entrance of false prophecy, and its consequences to mankind. Based on the results of this study in the Torah's view, false prophecies originated by the devil as the father of all liars who entered through the human desire and then resulted in the destruction of the relationship between God and man resulting in prolonged sin and suffering for humanity.Abstrak: Adapun tujuan penelitian artikel ini adalah ingin memaparkan sudut pandang Taurat terhadap nubuat palsu. Metodologi yang digunakan dalam artikel ini menggunakan analisis teks dan kajian literatur. Artikel ini menggambarkan bagaimana nubuat palsu dalam Taurat, sumber nubuat palsu, jalan masuk nubuat palsu, dan akibatnya bagi manusia. Berdasarkan hasil penelitian ini dalam pandangan Taurat, nubuat palsu berasal dari iblis sebagai bapak segala pendusta yang masuk melalui keinginan daging manusia yang kemudian mengakibatkan hancurannya hubungan antara Allah dan manusia sehingga mengakibatkan dosa dan penderitaan yang berkepanjangan bagi manusia.
Memahami Tugas Utama Hamba Tuhan Berdasarkan Surat II Timotius 4:1-5 Dan Aplikasinya Pada Masa Kini Kejar Hidup Laia
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.35

Abstract

Abstract: The passages 2 Timothy 4: 1-5 describes the task of a servant of God. The intended form of duty and calling  included the task and call to always preach the gospel, in all situation good or not. Reprimand and advise the wrong and provide healthy teaching. The task of preaching the gospel is the task of calling for service for all believers. This task must be carried out seriously and with patience. God's servant must have courage to reveal the truth to anyone, including the rulers. But before carrying out that task, the Servant of God must equipted himself first with the Word of God and always give a place to the Holy Spirit to dwell in him because by the Holy Spirit  a person can able to control himself, suffer patiently and carry out his ministry to the end. Being a Servant of God has qualifications in 1 Tim. 3: 2 Paul says that as a servant of God it must be "blameless." The blameless nature comes from the word anepilhmpton  (anepilemton) which implies the fact that a servant should be someone who is no doubt about the character and sound knowledge of the Bible.Abstrak: Nas 2 Timotius 4: 1-5 menjelaskan tugas seorang hamba Tuhan. Bentuk tugas dan panggilan yang dimaksudkan adalah meliputi tugas dan panggilan untuk selalu memberitakan Injil, baik atau tidak baik waktunya, menegur dan menasihati yang sala,h serta memberikan pengajaran yang sehat. Tugas pemberitaan Injil merupakan tugas panggilan pelayanan bagi semua orang percaya. Tugas ini harus dilaksanakan dengan sungguh-sungguh dan dengan penuh kesabaran.  Hamba Tuhan harus berani menyatakan kebenaran kepada siapapun termasuk kepada para penguasa.  Tetapi sebelum melaksanakan tugas itu hamba Tuhan harus terlebih dahulu membekali diri dengan Firman Tuhan dan senantiasa memberi tempat kepada Roh Kudus untuk berdiam dalam dirinya sebab oleh Roh Kuduslah seseorang mampu menguasai diri, sabar menderita dan  dapat menunaikan tugas pelayanan sampai akhir. Menjadi hamba Tuhan memiliki kualifikasi dalam  1 Tim. 3:2 Paulus mengatakan bahwa sebagai pelayan Tuhan itu harus “tidak bercacat.” Sifat yang tak bercacat berasal dari kata anepilhmpton (anepilemton) yang menyiratkan fakta bahwa seorang pelayan seharusnya adalah seorang yang tidak lagi diragukan karakter serta pengetahuan Alkitab yang sehat.
Aplikasi Prinsip Mazmur 2:11-12 dalam Peribadahan Kristen Wisnu Prabowo
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.34

Abstract

Abstract: Worship and service are things that are very well known to Christians. In conducting worship and service there are several things that should be used as a basis for guidance. In Psalm 2: 11-12, written instructions for Christians in worship. This article examines the meaning of the sentence in Psalm 2: 11-12, which is, "Serve the Lord with fear, and rejoice with trembling. Kiss the Son, lest he be angry. And ye perish from the way, when his wrath is kindled but a little. Blessed are all they that put their trust in him. " This study is a qualitative study using descriptive methods of literature and text analysis. The study results obtained are: First, worship must be performed with an attitude of fear and respect for the holiness and glory of God. Worship must also be performed with joy, but the attitude of that joy must also be done with fear and respect for the holiness and glory of God. Second, happiness will be found for every Christian who takes refuge in God. Christians take refuge in God as proof that they believe and surrender completely to God.Abstrak: Ibadah dan melayani adalah hal yang sangat dikenal oleh orang Kristen. Di dalam melakukan ibadah dan pelayanan tersebut ada beberapa hal yang harus dijadikan dasar panduan. Di dalam Mazmur 2:11-12, tertulis tentang petunjuk bagi orang Kristen di dalam melakukan ibadah. Artikel ini mengkaji arti dari kalimat yang ada di dalam Mazmur 2:11-12 tersebut yaitu, “Beribadahlah kepada Tuhan dengan takut dan ciumlah kaki-Nya dengan gemetar, supaya Ia jangan murka dan kamu binasa di jalan, sebab mudah sekali murka-Nya menyala. Berbahagialah semua orang yang berlindung pada-Nya!”. Kajian ini merupakan penelitian kualitatif yang menggunakan metode deskriptif literatur dan analisis teks. Hasil kajian yang diperoleh adalah: Pertama,  ibadah harus dilakukan dengan sikap takut dan hormat akan kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Ibadah juga harus dilakukan dengan sukacita, tetapi sikap sukacita itupun harus dilakukan dengan rasa takut dan hormat akan kekudusan dan kemuliaan Tuhan. Kedua, kebahagiaan akan di dapatkan bagi setiap orang Kristen yang berlindung kepada Tuhan. Orang Kristen berlindung kepada Tuhan sebagai bukti bahwa mereka percaya dan berserah sepenuhnya kepada Tuhan.
Keteladanan Kepemimpinan Rasul Paulus sebagai Role Model dalam Pengembangan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Efesus 4:1-16 di Gereja Bahagian Bahasa Melayu di Negara Brunei Darussalam Render Luwis
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.36

Abstract

Abstract: The leader is the person who carries out the process, behavior or relationship. In this case the leader must have leadership qualities that are based on the based on the universal characteristics of a leader, for example, having this research is a literature study or literature review using reference books that contain a discussion about the leadership of the Apostle Paul as a role model in human resources development based on Ephesian 4:1-16 by applying descriptive methods. The leadership model of the Apostal Paul based on Ephesians 4:1-16 as the Role of the Gereja Bahagian Bahasa Melayu Human Resource Development Model in the State of Brunei Darussalam as follows: First the character of Christ-likeness. Second, the unity of believers because God is one which is the doctrinal expected by God to be the basis of theology of believers is that the believer must be able to maintain the unity of the Spirit by the bond of peace, not letting or even confounding. Third, unity of service by sharing gifts is God’s gift to believers to serve Him. Forth, the unity of being the perfect body or Christ is a process of believers throughout life continuously tirelessly focused to grow to be perfect.Abstrak: Pemimpin adalah orang yang melaksanakan proses, perilaku atau hubungan. Dalam hal ini pemimpin harus mempunyai kualitas kepemimpinan yang berbasiskan ciri universal seorang pemimpin, misalnya mempunyai Penelitian ini merupakan kajian literatur atau kajian pustaka dengan menggunakan buku-buku referensi yang memuat bahasan mengenai kepemimpinan Rasul Paulus sebagai role model dalam pengembangan Sumber Daya Manusia berdasarkan Efesus 4:1-16 dengan menerapkan metode deskriptif. Kesimpulan: Keteladanan Kepemimpinan Rasul Paulus berdasarkan Efesus 4: 1-16  sebagai Role  Model Pengembangan Sumber Daya Manusia Gereja Bahagian Bahasa Melayu di Negara  Brunei Darussalam sebagai berikut berikut: Pertama, karakter seperti Kristus. Kedua, kesatuan orang percaya karena Allah adalah satu adalah doctrinal yang diharapkan oleh Tuhan menjadi dasar teologi orang percaya adalah bahwa orang percaya wajib mampu memelihara kesatuan Roh oleh ikatan damai sejahtera, bukan membiarkan atau bahkan mengacaukan. Ketiga, kesatuan melayani dengan berbagai karunia  merupakan  pemberian Allah  kepada orang percaya agar mereka melayani-Nya. Keempat,  kesatuan menjadi tubuh Kristus yang sempurna merpakan proses orang percaya sepanjang hidup terus-menerus tanpa mengenal lelah  fokus untuk bertumbuh menjadi sempurna
Etika Berpakaian bagi Kaum Perempuan Dalam Ibadah Menurut I Timotius 2:9-10 dan Aplikasinya Masa Kini Asni Darmayanti Duha
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.32

Abstract

Abstract: Ethics are important things in human life, and clothing is a human need that cannot be ignored. Dress ethics shows the character of life and a good way of life in the midst of an increasingly secular and uncontralized world. Of course Christians cannot be influenced by the development of the times. Christians must live according to the truth of God's Word. Good and polite dress ethics are the wealth and glory of women. In worship there are many ways to dress that are not polite. A woman who is good and takes care of her honor keeps her dress code. In this case, the writer uses the method of literature and ecegesis based on the text which becomes the author's reference to reveal the truth about dressing.Abstrak: Etika merupakan hal penting di dalam kehidupan manusia, dan pakaian adalah kebutuhan manusia yang tidak bisa diabaikan. Etika berpakaian menunjukkan karakter hidup dan cara hidup yang baik di tengah dunia yang semakin sekular dan tidak terkontral ini. Tentu orang Kristen tidak dapat terpengaruh dengan perkembangan zaman yang ada. Orang Kristen harus hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Etika berpakain yang baik dan sopan merupakan harta dan kemuliaan perempuan. Dalam kebaktian ada banyak cara berpakaian yang tidak sopan. Perempuan yang baik dan menjaga kehormatannya menjaga etika berpakaiannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan ekegesis berdasarkan nas yang menjadi acuan penulis untuk mengungkapkan kebenaran tentang berpakaian.  
Model Pertumbuhan Gereja Yang Utuh dalam Kisah Para Rasul 2: 42-47 Yusuf L.M.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.33

Abstract

Abstract: Church growth is an important essence that needs to be considered in carrying out the mission of the Great Commission of Jesus Christ. The church growth model that needs to be applied is not only inward but needs outward growth. The church can be called ideal and whole if it is serious about these two aspects. Conversely, if the church ignores one of these aspects, then the church can be called as not growing. This growth model can be seen from the context of Acts 2: 42-47. This study uses a data collection system from the literature relating to text and context with an exegetical analysis approach to each word, phrase in this context to find the meaning of whole church growth. The results of this analysis will give an impetus to the church to build unity of the congregation in Christ.Abstrak: Pertumbuhan gereja adalah esensi penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan misi Amanat Agung Yesus Kristus. Model pertumbuhan gereja yang perlu diterapkan tidak hanya yang bersifat ke dalam tetapi perlu adanya pertumbuhan keluar. Gereja dapat disebut ideal dan utuh jika serius memperhatikan kedua aspek ini. Sebaliknya, jika gereja mengabaikan salah satu aspek tersebut, maka gereja itu dapat disebut sedang tidak bertumbuh. Model pertumbuhan seperti ini dapat dilihat dari konteks Kisah Para Rasul 2:42-47. Penelitian ini menggunakan system pengumpulan data dari literatur yang berkaitan dengan teks dan konteks dengan pendekatan analisis eksegesis terhadap setiap kata, frasa dalam konteks ini untuk menemukan arti pertumbuhan gereja yang utuh. Hasil analisis ini akan memberi dorongan kepada gereja untuk membangun persekutuan jemaat yang utuh di dalam Kristus.
Etika Berpakaian bagi Kaum Perempuan Dalam Ibadah Menurut I Timotius 2:9-10 dan Aplikasinya Masa Kini Asni Darmayanti Duha
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.32

Abstract

Abstract: Ethics are important things in human life, and clothing is a human need that cannot be ignored. Dress ethics shows the character of life and a good way of life in the midst of an increasingly secular and uncontralized world. Of course Christians cannot be influenced by the development of the times. Christians must live according to the truth of God's Word. Good and polite dress ethics are the wealth and glory of women. In worship there are many ways to dress that are not polite. A woman who is good and takes care of her honor keeps her dress code. In this case, the writer uses the method of literature and ecegesis based on the text which becomes the author's reference to reveal the truth about dressing.Abstrak: Etika merupakan hal penting di dalam kehidupan manusia, dan pakaian adalah kebutuhan manusia yang tidak bisa diabaikan. Etika berpakaian menunjukkan karakter hidup dan cara hidup yang baik di tengah dunia yang semakin sekular dan tidak terkontral ini. Tentu orang Kristen tidak dapat terpengaruh dengan perkembangan zaman yang ada. Orang Kristen harus hidup sesuai dengan kebenaran Firman Tuhan. Etika berpakain yang baik dan sopan merupakan harta dan kemuliaan perempuan. Dalam kebaktian ada banyak cara berpakaian yang tidak sopan. Perempuan yang baik dan menjaga kehormatannya menjaga etika berpakaiannya. Dalam hal ini, penulis menggunakan metode kepustakaan dan ekegesis berdasarkan nas yang menjadi acuan penulis untuk mengungkapkan kebenaran tentang berpakaian.  
Model Pertumbuhan Gereja Yang Utuh dalam Kisah Para Rasul 2: 42-47 Yusuf L.M.
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.33

Abstract

Abstract: Church growth is an important essence that needs to be considered in carrying out the mission of the Great Commission of Jesus Christ. The church growth model that needs to be applied is not only inward but needs outward growth. The church can be called ideal and whole if it is serious about these two aspects. Conversely, if the church ignores one of these aspects, then the church can be called as not growing. This growth model can be seen from the context of Acts 2: 42-47. This study uses a data collection system from the literature relating to text and context with an exegetical analysis approach to each word, phrase in this context to find the meaning of whole church growth. The results of this analysis will give an impetus to the church to build unity of the congregation in Christ.Abstrak: Pertumbuhan gereja adalah esensi penting yang perlu diperhatikan dalam menjalankan misi Amanat Agung Yesus Kristus. Model pertumbuhan gereja yang perlu diterapkan tidak hanya yang bersifat ke dalam tetapi perlu adanya pertumbuhan keluar. Gereja dapat disebut ideal dan utuh jika serius memperhatikan kedua aspek ini. Sebaliknya, jika gereja mengabaikan salah satu aspek tersebut, maka gereja itu dapat disebut sedang tidak bertumbuh. Model pertumbuhan seperti ini dapat dilihat dari konteks Kisah Para Rasul 2:42-47. Penelitian ini menggunakan system pengumpulan data dari literatur yang berkaitan dengan teks dan konteks dengan pendekatan analisis eksegesis terhadap setiap kata, frasa dalam konteks ini untuk menemukan arti pertumbuhan gereja yang utuh. Hasil analisis ini akan memberi dorongan kepada gereja untuk membangun persekutuan jemaat yang utuh di dalam Kristus.
Taurat dan Nubuat Palsu: Kajian Sudut Pandang Taurat Terhadap Nubuat Palsu Kosma Manurung
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 2, No 2 (2020): Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v2i2.31

Abstract

Abstract: The purpose of this research is to present the Torah's view of false prophecy. The methodology used in this article uses text analysis and literature review. This article describes how false prophecy occurred in the Torah, the source of false prophecy, the entrance of false prophecy, and its consequences to mankind. Based on the results of this study in the Torah's view, false prophecies originated by the devil as the father of all liars who entered through the human desire and then resulted in the destruction of the relationship between God and man resulting in prolonged sin and suffering for humanity.Abstrak: Adapun tujuan penelitian artikel ini adalah ingin memaparkan sudut pandang Taurat terhadap nubuat palsu. Metodologi yang digunakan dalam artikel ini menggunakan analisis teks dan kajian literatur. Artikel ini menggambarkan bagaimana nubuat palsu dalam Taurat, sumber nubuat palsu, jalan masuk nubuat palsu, dan akibatnya bagi manusia. Berdasarkan hasil penelitian ini dalam pandangan Taurat, nubuat palsu berasal dari iblis sebagai bapak segala pendusta yang masuk melalui keinginan daging manusia yang kemudian mengakibatkan hancurannya hubungan antara Allah dan manusia sehingga mengakibatkan dosa dan penderitaan yang berkepanjangan bagi manusia.

Page 1 of 2 | Total Record : 13