cover
Contact Name
Joseph Christ Santo
Contact Email
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal@sttberitahidup.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kab. karanganyar,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Teologi Berita Hidup
ISSN : 26564904     EISSN : 26545691     DOI : https://doi.org/10.38189
Jurnal Teologi Berita Hidup merupakan wadah publikasi hasil penelitian teologi yang berkaitan dengan kepemimpinan dan pelayanan Kristiani, yang diterbitkan oleh Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup Surakarta. Focus dan Scope penelitian Jurnal Teologi Berita Hidup adalah: Teologi Biblikal, Teologi Sistematika, Teologi Pastoral, Etika Pelayanan Kontemporer, Kepemimpinan Kristen, Pendidikan Agama Kristen.
Arjuna Subject : -
Articles 20 Documents
Search results for , issue "Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023" : 20 Documents clear
Pengaruh Rasa Memiliki, Spiritualitas Dan Pendampingan Pastoral Terhadap Keterlibatan Dalam Pelayanan GMAHK Di Batam Sandy Hasudungan Tambunan; Stimson Hutagalung; Rolyana Ferinia
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.410

Abstract

The goal of this research is to describe, first, the sense of ownership variable affects involvement in service. The second is the influence of the spirituality variable on involvement in service. The third is the effect of pastoral care on involvement in ministry. Fourth, whether the variables of belonging, spirituality and pastoral assistance have an influence on involvement in service. This study uses a stratified random sampling technique with 110 correspondent the Seventh Day Adventist congregation in Batam. The data that was successfully filtered through the validity test and the classical assumption test were processed to make the regression analysis equation as follows: Y =  0.249 X1 + 0.135 X2 + 0.132 X3 + 10.866. Where variable Y is involvement in ministry, variable X1 is sense of belonging, variable X2 is spirituality, and variable X3 is pastoral care. Hypothesis testing using the t-test proves that separately and simultaneously the sense of belonging, spirituality and pastoral care that have been studied have an effect on the involvement of church members in ministry. Hypothesis testing using the F test also proves that the variables of belonging, spirituality and pastoral assistance to the service involvement variable are 46.8%, and the rest there are other factors that influence 53.2% which were not examined. Keywords: Sense of belonging, Spirituality, Pastoral care, Church minister
Kinerja Pendidik Dalam Upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran David Priyo Susilo; Kalis Stevanus; Tantri Yulia
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.398

Abstract

Proses pembelajaran yang dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik perlu diciptakan. Pembahasan ini bertujuan untuk mendeskripsikan kinerja pendidikan dalam upaya peningkatkan mutu pembelajaran. Untuk menjawab tujuan tersebut, penulis memilih metode kuatif deskriptif dengan memanfaatkan kepustakaan yang relevan dengan pembahasan. Hasil analisis kajian pustakan didapati bahwa kinerja pendidik sangat dominan menentukan kualitas pembelajaran, dan memengaruhi hasil belajar peserta didik. Upaya peningkatan mutu pembelajaran dapat dicapai melalui tahap pertama adalah merencanakan pembelajaran; kedua adalah pengembangan strategi pembelajaran; ketiga adalah pengembangan media pembelajaran, dan keempat adalah pengembangan metode pembelajaran Melalui tahapan tersebut diharapkan dapat menciptakan atmosfir pembelajaran yang bermakna dan berkualitas demi menjaga mutu pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang dapat mendorong peserta didik bukan saja menikmati proses pembelajaran yang berkualitas, tetapi peserta didik dapat melakukan aktualisasi diri dalam pembelajaran. 
Transformasi Pendidikan Futuristik Melalui Konstruksi Masyarakat Pancasila sebagai Implementasi Pendidikan Multikultural: Sebuah Perspektif Kristiani Swandriyani Hudianto; Kalis Stevanus; Carolina Etnasari Anjaya
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.375

Abstract

Kepesatan teknologi informasi saat ini membuka peluang selebar-lebarnya bagi pengadopsian nilai-nilai, pengajaran, dan ideologi yang tidak sesuai dengan kultur bangsa. Dampak sangat kuat terjadi pada kaum muda sebagai generasi yang sangat terbuka terhadap hal-hal baru. Mengatasi hal ini peran dunia pendidikan sangat dibutuhkan agar dapat mengantisipasi dan mengembalikan nilai-nilai yang sesuai dengan kepribadian bangsa. Riset ini disusun dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi literatur. Tujuan dari riset ini adalah memberikan deskripsi dan analisa tentang transformasi pendidikan yang futuristik melalui pembangunan masyarakat Pancasila. Hasil riset menunjukkan bahwa transformasi pendidikan futuristik dalam perspektif kristiani perlu mengedepankan pengembangan soft skills. Internalisasi nilai-nilai luhur Pancasila dapat dikontekstualisasikan dalam konteks pendidikan Kristen. Aktualisasi pembangunan masyarakat Pancasila dapat dilakukan dengan metode pembelajaran role play, berbasis proyek dan riset serta pembentukan kelompok atau komunitas sosial lintas agama, suku, budaya, status sosial dan generasi.
Analisis Bibliometrik untuk Memetakan Diskursus Teologi dalam Percakapan Krisis Ekologis di Indonesia Bayu Kaesarea Ginting; Rinto Fransiskus Pangaribuan; Albungkari Albungkari
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.231

Abstract

Terdapat knowledge voids atau kekosongan pengetahuan tentang pemetaan produk ekoteologi di Indonesia. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk memetakan diskursus ekoteologi di Indonesia. Pemetaan ini berguna agar mengetahui tingkat produktivitas, efisiensi, dan efektivitas karya teologi dalam menjawab tantangan krisis ekologis. Variabel pemetaan meliputi model, pendekatan, jenis konstruksi, dan produk akhir dari ekoteologi. Penelitian ini menggunakan metode bibliometrik, yaitu pendekatan yang menggabungkan analisis kuantitatif dan kualitatif terhadap media komunikasi ilmiah (literatur), seperti, jurnal, artikel, dan buku. Penelitian ini membatasi bahan literatur berdasarkan artikel yang diterbitkan oleh institusi pendidikan tinggi teologi yang terdaftar SINTA dalam kurun waktu 2016-2021. Hasilnya model konstruktif dan listening merupakan dua model dominan dalam ekoteologi. Pada bagian pendekatan, penggunaan pendekatan dengan motif spiritualitas tampak berimbang dengan motif ekologis. Dalam hal konstruksi teologi, biblika dan teologi konstektual menjadi metode yang terbanyak digunakan. Sementara, produk akhir ekoteologi menyebar secara merata pada isu etika, praktika dan spiritualitas. Kami menyimpulkan respons teologi terhadap problem kerusakan lingkungan mengalami tren naik selama lima tahun terakhir. Walau demikian, produk ekoteologi di Indonesia masih memiliki beberapa kekurangan karena proporsi yang belum berimbang dalam mempercakapkan persoalan ekoteologi di Indonesia. Kami juga merekomendasikan agar studi ekoteologi di Indonesia mau membicarakan problem kontemporer yang dekat dengan persoalan masyarakat Indonesia.
Pelayanan Pencegahan dan Penyembuhan Penyakit di Gereja Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 Sony Kristiantoro
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.302

Abstract

So far, one form of service that is usually carried out by the Pentecostal-Charismatic Church (GP-K) is the Healing Ministry, although it still feels a bit foreign to the Mainstream Church (GM). Between the two, there are still quite sharp differences in understanding and practice, which often lead to serious problems. This was seen before and during the Covid-19 pandemic that hit Indonesia. The author will describe a comparison of understanding and practice that occurs in terms of healing services in between the two churches. In addition to conflicts that surfaced, through the Covid-19 Pandemic, churches were also taught to carry out a more complete and integrative type of service in the context of preventing and curing infectious diseases such as Covid-19. So far, in churches, this type of service in the health sector in the form of prevention and healing has not yet become a complete form of service and has not been well integrated. The church can make a good and planned Preventive Service, create or develop a responsible healing theology, form a Team and empower the talents of all members of the congregation to be involved, and how the church becomes a healing community. These things are believed to be an effective means for witnessing and strengthening each other among the congregation during the Covid-19 Pandemic and beyond.ABSTRAKSelama ini satu bentuk pelayanan yang biasa dilakukan oleh Gereja Pentakostal-Kharismatik (GP-K) adalah Pelayanan Penyembuhan (Healing Ministry), walaupun masih agak terasa asing bagi Gereja Mainstream (GM). Di antara keduanya, masih terjadi perbedaan pemahaman dan praktik yang cukup tajam, yang tidak jarang menimbulkan persoalan serius. Hal ini nampak sebelum dan saat Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Penulis memaparkan perbandingan pemahaman dan praktik yang terjadi dalam hal pelayanan penyembuhan di di antara kedua gereja. Selain pertentangan yang muncul ke permukaan, melalui Pandemi Covid-19, gereja juga diajar untuk melakukan jenis pelayanan yang lebih utuh dan integratif dalam rangka pencegahan dan penyembuhan penyakit menular seperti Covid-19 ini. Selama ini di gereja-gereja, jenis pelayanan dalam bidang kesehatan berupa pencegahan dan penyembuhan ini belum menjadi sebuah bentuk pelayanan yang utuh dan belum terintegrasi secara baik. Gereja bisa membuat Pelayanan Pencegahan yang baik dan terencana, membuat atau menyusun teologi penyembuhan yang bertanggungjawab, membentuk Tim dan memberdayakan talenta semua warga jemaat untuk terlibat, dan bagaimana gereja menjadi komunitas penyembuh. Hal-hal tersebut diyakini bisa menjadi sarana efektif bagi kesaksian dan saling menguatkan di antara jemaat pada masa Pandemi Covid-19 dan sesudahnya.
Challenges and Required Competencies toward Effective Academic Leadership in Indonesian Theological Institution Bakhoh Jatmiko; Sherly Ester Kawengian
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.235

Abstract

Law No. 20 of 2003 concerning the National Education System is the ground of conveying a professional and accountable education model system in Indonesia. This also applies to higher theological education institutions (THEI) that want to get recognition and accreditation from the government. The obligation to comply with this regulation presents its own challenges for theological institutions which are generally established as one of the ministry training entities for the church. Therefore, this study was conducted to obtain information related to particular challenges and competencies of an academic leader in THEI in Indonesia. The study employs a qualitative, systematic grounded theory approach to explore leadership challenges and characteristics in Theological institutions. This study found that factors contributing to effective leadership in dealing with legal and accreditation issues are personal, managerial, practical, administrative, and relational skills. This finding shows that in general, leadership at THEI still needs strengthening in various areas.
Studi Mengenai Karakteristik Budaya dan Multi Wajah Model Teologi Kontekstualisasi Injil Marde Christian Stenly Mawikere; Sudiria Hura
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.342

Abstract

AbstractThis research is a conceptual study of the discourse on cultural characteristics for the contextualization of the evangelism and the multifaceted model of contextual theology. The research was carried out with a qualitative approach that was built through a literature review that was relevant to the matters being discussed. This study describes a discussion that will enrich the evangelist to identify and analyze the characteristics or traits of human culture as well as to consider the various models or styles/forms of contextual theology that are relevant in preaching the Gospel to humans and the multi-context society. In the end, the results of the study indicate that the contextualization process needs to pay attention to efforts to identify, analyze and empower culture and its characteristics as a potential for an evangelist to preach the gospel and renew society with gospel values where the gospel is an incomparable culture. Likewise, the contextualization process will be effective if the evangelist considers various models of contextual theology that are relevant in preaching the gospel, and can even be developed for a holistic ministry that touches humans and society from a spiritual, economic, political and social perspective.AbstrakPenelitian ini merupakan studi konseptual mengenai diskursus karakteristik budaya bagi Kontekstualisasi Injil dan multi wajah model teologi kontekstual. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan model kualitatif yang dibangun berdasarkan telaah literatur yang relevan dengan hal-hal yang menjadi pembahasan. Penelitian ini menguraikan pembahasan yang akan memperkaya pemberita Injil untuk mengidentifikasi dan menganalisis karakteristik atau sifat-sifat budaya manusia maupun mempertimbangkan ragam model atau corak/bentuk teologi kontekstual yang relevan dalam pemberitaan Injil kepada manusia dan masyarakat multi-konteks tersebut. Pada akhirnya, hasil penelitian menyatakan bahwa proses kontekstualisasi perlu member perhatian bagi upaya mengidentifikasi, menganalisis dan memberdayakan budaya dan karakteristiknya sebagai potensi bagi seorang penginjil untuk memberitakan Injil serta membaharui masyarakat dengan nilai-nilai Injil yang mana Injil adalah budaya yang tak tertandingi. Demikian pula proses kontekstualisasi akan efektif pula jikalau pemberita Injil mempertimbangkan ragam model teologi kontekstual yang relevan dalam pemberitaan Injil, bahkan dapat dikembangkan kepada pelayanan holistik yang menyentuh manusia dan masyarakat dari sisi spiritual, ekonomi, politik dan sosial. 
Telaah Teologis Pelayanan Diakonia Berdasarkan Kisah Para Rasul 6:1-7 Serta Relevansinya Bagi Pelayanan Gereja di Era Disrupsi Andreas Budi Setyobekti
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.274

Abstract

Masalah kemiskinan di Indonesia hingga saat ini belum menemukan jalan keluarnya. Berbagai faktor menjadi penyebab masalah ini, antara lain sosial, pendidikan, dan sumber daya permodalan. Masalah kemiskinan menjadi tanggung jawab semua pihak, termasuk gereja. Selama ini gereja mencari bentuk bagaimana agar pelayanan diakonia relevan di era disrupsi? Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis konsep pelayanan diakonia berdasarkan Kisah Para Rasul 6:2 dan relevansinya dengan pelayanan gereja di era disrupsi. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif implementatif dari eksegesis Kisah Para Rasul 6:2 sebagai prinsip dan formula. Hasil penelitian menyatakan bahwa pelayanan diakonia memiliki hubungan dengan pertumbuhan jemaat jika pelayan dipenuhi dengan Roh Kudus. Oleh karena itu, perlu dipilih seorang diaken yang fungsinya membantu pelayanan, terutama bagi jemaat yang kurang mampu secara ekonomi. Model yang diterapkan adalah diakonia karikatif, reformatif dan transformatif. Bentuk relevansi layanan diakonia pada era disrupsi adalah layanan digital, seperti transfer e-banking, grab food dan gofood, dan diakonia non-digital yaitu pengiriman melalui jasa kurir seperti Jalur Nugraha Ekakurir (JNE), Titipan Kilat, Sicepat, Pos Kilat. Kajian ini memberikan konsep pelayanan gereja yang berorientasi pada tingkat ekonomi seseorang. Melalui penelaahan Kisah Para Rasul 6:2, gereja dapat mengambil tanggung jawab untuk memecahkan masalah ekonomi jemaat.
Nilai Diri Disabilitas terhadap Dirinya Sendiri dalam Model Disabilitas Imanuel Teguh Harisantoso
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.372

Abstract

The study's objective is to explore the self-value of disability from a disability perspective. The model as an approach to disability studies has been categorically stigmatic. Looking at disability only at the model level, it falls into an understanding that tends to bring disability into categories, victims who deserve to be pitied (Charity model), the sick (medical model), not potential (social model), and stigmatized by negative identification by cultural models. The disability approach descriptively becomes an analytical knife to unravel the existence of disability problems, thus generating a new perspective on seeing disability. The study's results show that other new constructions of disability models that go beyond internal (self-medical) and external (socio-cultural) problems show that disability is not viewed from a negative perspective but from a different point of view. The relational model will bring disability in the I-Thou Buber relation and philosophically-theologically in the perichoresis relation. The relation is built on the principle of trinitarian relations: Father, Son, and Holly Spirit.
Alkitab di Era Society 5.0: Soft Copy atau Hard Copy Melvin Berlianno Setiawan; Suhadi Suhadi
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 5, No 2 (2023): Maret 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v5i2.365

Abstract

AbstractPeople is currently in the era of society 5.0, which makes human life inseparable from digital technology. The influence of digitalization also occurs in the use of the Bible, which makes people less likely to bring physical Bible to church. Even Church’s Preachers also began to preach using gadgets rather than the physical Bible. Although the use of the digital Bible dates back decades, it is still a matter of debate among Christians today. Some people think that the hard copy Bible is holier than the soft copy Bible. This research is a library research of the sanctity of the Bible in relation to the medium of writing the Bible which is seen from a historical perspective. The soft copy Bible is the latest technological development, just as the hard copy Bible is also the development of modern printing technology. The sanctity of the Bible is not judged by the medium used, because both use a different medium from the original Bible which in its writing uses the medium of stone, clay, ostraca, papyrus, parchment and vellum. Rather it is the authority of the Bible that comes from the inspiration of God (theopneustos) that determines the sanctity of the Bible.Keywords: softcopy Bible; hardcopy Bible; Bible’s sanctityAbstrakMasyarakat saat ini sedang berada di era society 5.0, yang membuat kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan teknologi digital. Pengaruh digitalisasi juga terjadi dalam penggunaan Alkitab, yang membuat masyarakat cenderung tidak lagi membawa buku Alkitab ke gereja. Bahkan Pemberita Firman di gereja juga mulai meninggalkan Alkitab berbentuk buku dan menggunakan gawai (gadget) untuk berkhotbah. Walaupun penggunaan Alkitab digital sudah dimulai sejak beberapa dekade yang lalu, tetapi hingga saat ini hal ini masih menjadi perdebatan di kalangan Kristen. Sebagian orang menganggap bahwa Alkitab dalam bentuk buku (Alkitab hard copy) lebih suci dibandingkan dengan Alkitab digital (Alkitab soft copy). Penelitian ini merupakan studi kepustakaan mengenai kesucian Alkitab dalam kaitannya dengan media penulisan Alkitab yang dilihat dari aspek sejarah. Alkitab soft copy merupakan perkembangan teknologi mutakhir, demikian pula Alkitab hard copy juga merupakan perkembangan teknologi percetakan modern. Kesucian Alkitab tidak dinilai dari media yang digunakan, karena keduanya menggunakan media yang berbeda dengan Alkitab aslinya yang dalam penulisannya menggunakan media batu, tanah liat, ostraka, papirus, perkamen dan vellum. Melainkan otoritas Alkitab yang berasal dari ilham Allah (theopneustos) yang menentukan kesucian Alkitab.Kata-kata kunci: Alkitab softcopy; Alkitab hardcopy; kesucian Alkitab

Page 1 of 2 | Total Record : 20