cover
Contact Name
Kuswantoro
Contact Email
kuswantoro@sci.ui.ac.id
Phone
+628159312360
Journal Mail Official
jglitrop@sci.ui.ac.id
Editorial Address
Department of Geography, FMIPA, Universitas Indonesia Building H, Kampus UI Depok
Location
Kota depok,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik (Journal of Geography of Tropical Environments)
Published by Universitas Indonesia
ISSN : -     EISSN : 25979949     DOI : http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop
Core Subject : Science, Social,
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik (JGLITrop) specialized to publish scientific articles that reveal a uniqueness and dynamics of tropical geographic environments, including their physical and human phenomena and interaction between those components. JGLITrop welcomes to articles about physical and human geography development, as well the combination between both and those who highlight environment dynamics from multidisciplinary approaches. Team of editorial board and peer reviewers from Department of Geography University of Indonesia and other distinguished universities and institution (e.g., BPPT, LAPAN, BIG, LIPI) guarantee the scientific quality of the paper issued in the journal.
Articles 43 Documents
Mapping Land Cover Based on Time Series Synthetic Aperture Radar (SAR) Data in Klaten, Indonesia Vidya Nahdhiyatul Fikriyah
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 3, No 2 (2019): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (424.925 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v3i2.67

Abstract

Information on the existing land cover is important for land management and planning because it can represent the intensity, location, and pattern of human activities. However, mapping land cover in tropical regions is not easy when using optical remote sensing due to the scarcity of cloud-free images. Therefore, the objective of this study is to map the land cover in Klaten Regency using a time-series Sentinel-1 data. Sentinel-1 data is one of remote sensing images with Synthetic Aperture Radar (SAR) system which is well known by its capability of cloud penetration and all-weather observation. A time-series Sentinel-1 data of both polarisations, VV and VH were automatically classified using an unsupervised classification technique, ISODATA. The results show that the land cover classifications obtained overall accuracies of 79.26% and 73.79% for VV and VH respectively. It is also found that Klaten is still dominated by the vegetated land (agriculture and non-agricultural land). These results suggest the opportunity of mapping land cover using SAR multi temporal data.Keywords: Land cover; Synthetic Aperture Radar; Time series; Sentinel-1; KlatenDOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v3i2.67
Studi pengaruh perubahan tataguna lahan terhadap karakteristik banjir Kota Bima Goyu Ismoyojati; Joko Sujono; Rachmad Jayadi
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 2, No 2 (2018): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (688.481 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v2i2.46

Abstract

Curah hujan yang tinggi pada tanggal 21 Desember 2016 menyebabkan banjir besar di Kota Bima. Banjir tersebut mengakibatkan rusaknya infrastruktur dan menimbulkan kerugian yang cukup besar. Hujan ekstrim, kondisi daerah aliran sungai (DAS) pada bagian hulu yang mengalami pengurangan luas kawasan hutan dan meningkatnya perkembangan Kota Bima diduga sebagai faktor penyebab utama terjadinya banjir besar tersebut. Perubahan penggunaan lahan yang signifikan berdampak pada perubahan respon DAS terhadap hujan yang terjadi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh dari perubahan penggunaan lahan terhadap karakteristik banjir yang terjadi berbasis model hidrologi alihragam hujan-aliran pada DAS Rontu di Kota Bima. Pada penelitian ini pengaruh perubahan penggunaan lahan dianalisis dengan cara menentukan nilai curve number (CN) DAS tahun 1996, 2006 dan 2016. CN dihitung menggunakan bantuan perangkat lunak HEC-GeoHMS 10.3. Selanjutnya nilai CN digunakan untuk hitungan hujan efektif sebagai masukan hitungan simulasi hidrograf banjir dengan model alihragam hujan-aliran metode hidrograf satuan sintetik Nakayasu. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penyebab banjir selain curah hujan yang sangat lebat atau ekstrim juga dipengaruhi perubahan penggunaan lahan. Pada DAS Rontu selama dua puluh tahun (1996 sampai 2016) terjadi perubahan komposisi penggunaan lahan yaitu pengurangan luas kawasan hutan 28,68%, peningkatan pemukiman 3,10%, peningkatan ladang tegalan 26,83%, peningkatan tanah terbuka 5,82%, peningkatan sawah 3,62%. Akibat perubahan ini pada kondisi basah di sub-DAS Padolo mengalami peningkatan nilai CN 4,55%, debit puncak 10,26% dan volume limpasan 9,82%; pada sub-DAS Malayu mengalami peningkatan nilai CN 6,78%, debit puncak 17,29% dan volume limpasan 18,00%. Kata kunci: genangan, kategori bahaya banjir, bendungan.DOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v2i2.46
Variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen Satria Indratmoko; Djoko Harmantyo; Eko Kusratmoko
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik (Journal of Geography of Tropical Environments) Vol 1, No 1 (2017): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.977 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v1i1.5

Abstract

Curah hujan merupakan unsur iklim yang sangat bervariasi, baik dalam skala ruang maupun waktu. Variasi curah hujan ini akan berdampak pada penentuan awal masa tanam khususnya tanaman padi. Melalui penghitungan statistik dan pemetaan data spasial, penelitian ini akan mengungkapkan pola awal musim tanam sebagai respon terhadap variabilitas curah hujan di Kabupaten Kebumen selama periode tiga puluh tahun, yaitu tahun 1981 – 2010. Analisis spasial yang diperkuat dengan pendekatan statistik mengungkapkan bahwa wilayah pesisir di Kabupaten Kebumen memiliki variabilitas curah hujan yang tinggi dengan rata-rata curah hujan rendah. Semakin tinggi tempat, variabilitas curah hujannya menurun diikuti rata-rata curah hujan tinggi. Selain itu, awal musim tanam padi dimulai pada wilayah dengan variabilitas curah hujan yang rendah (perbukitan) menuju wilayah variabilitas curah hujan tinggi (pesisir). Pada periode 1981 – 2000, awal musim tanam padi dimulai dari utara dan secara berkala menuju selatan Kabupaten Kebumen. Sedangkan pada periode 2001 – 2010, awal musim tanam padi dimulai dari barat laut dan secara berkala menuju tenggara dan selatan Kabupaten Kebumen.
Spatial Distribution Patterns Analysis of Hotspot in Central Kalimantan using FIMRS MODIS Data Adisty Pratamasari; Ni Ketut Feny Permatasari; Tia Pramudiyasari; Masita Dwi Mandini Manessa; Supriatna Supriatna
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 4, No 1 (2020): February
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.511 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v4i1.74

Abstract

One of the ways to observe the hotspot created by forest fires in Indonesia is through Remote sensing imagery, such as MODIS, NOAA AVHRR, etc. Central Kalimantan is one of the areas in Indonesia with the highest hotspot data. In this research, MODIS FIRMS hotspot data in Central Kalimantan collected from 2017 – 2019, covering 13 districts: South Barito, East Barito, North Barito, Mount Mas, Kapuas, Katingan, Palangkaraya City, West Kotawaringin, East Kotawaringin, Lamandau, Murung Raya, Pulang Pisau, Seruyan, and Sukamara. That is four aspects that this research evaluated: 1) evaluating the spatial pattern using the Nearest Neighbor Analysis (NNA); 2) evaluate the hotspot density appearance using Kernel Density; and 3) correlation analysis between rainfall data and MODIS FIRMS. As a result, the hotspot in Central Kalimantan shows a clustered pattern. While the natural breaks KDE algorithm shows the most relevant result to represent the hotspot distribution. Finally, the hotspot is low correlated with rainfall; however, is see that most of the hotspot (~90%) appeared in low rainfall month (less than 3000 mm/month).Keywords: Forest fire, Hotspot, NNA, Kernel density, Central KalimantanDOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v4i1.74
Potensi wilayah terdampak keruntuhan Bendungan Matenggeng di Sungai Cijolang Utomo, Bagus Prio; Rahardjo, Adam Pamudji; Legono, Djoko
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 3, No 1 (2019): February
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1229.363 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v3i1.66

Abstract

Abstrak. Bendungan Matenggeng yang rencana akan dibangun di Sungai Cijolang merupakan bendungan multifungsi yang memiliki banyak manfaat bagi masyarakat diantaranya untuk mengairi lahan irigasi, air baku, pengendalian banjir, pembangkit tenaga listrik, dan pariwisata. Selain memiliki banyak manfaat, pembangunan bendungan juga menyimpan potensi bahaya yang sangat tinggi. Salah satu potensi bahaya yang dapat terjadi adalah keruntuhan bendungan yang diakibatkan adanya rekahan karena limpasan air pada puncak bendungan (overtopping) ataupun rekahan karena adanya rembesan di tubuh bendung (piping). Keruntuhan Bendungan akan menimbulkan banjir bandang yang sangat besar sehingga dapat menyebabkan timbulnya korban jiwa dan kerusakan harta benda. Dengan menggunakan program HEC-RAS 5.0.3, didapatkan hasil bahwa pada skenario keruntuhan overtopping, dimensi pelimpah Bendungan Matenggeng masih mampu untuk melewatkan debit maksimum (QPMF) sebesar 9.067 m3/s sehingga air tidak sampai melimpas ke puncak bendungan. Pada skenario keruntuhan piping, diperkirakan luas genangan mencapai 17.568 ha yang akan menggenangi 92 desa, 416 km jalan, dan 169 fasilitas umum.  Lebih dari separuh luas wilayah yang tergenang masuk kategori bahaya banjir tinggi hingga ekstrim dengan lahan sawah merupakan wilayah yang paling banyak masuk dalam kategori tersebut. Kata kunci: genangan, kategori bahaya banjir, bendungan.DOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v3i1.66
Wilayah Potensi ikan pelagis pada variasi kejadian ENSO dan normal di Selat Sunda Yulianti Nurkhairani; Supriatna Supriatna; Dewi Susiloningtyas
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 2, No 1 (2018): February
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (942.041 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v2i1.32

Abstract

Letak geografis Indonesia mengakibatkan perikanan di Selat Sunda turut terkena dampak dari dinamika iklim global. Salah satunya yaitu fenomena ENSO (El Nino-Southern Oscillation) di Samudera Pasifik yang mempengaruhi musim dan perairan laut di Indonesia. Perikanan di Selat Sunda memiliki komoditi berupa ikan pelagis yang wilayah potensialnya dapat diperkirakan dari parameter-parameter oseanografi berupa suhu permukaan laut (SPL) dan konsentrasi klorofil-a di perairan laut. Dinamika parameter oseanografi secara spasial dan temporal akibat variasi fenomena ENSO dapat diidentifikasi dari citra satelit Aqua yang membawa sensor MODIS. Informasi wilayah potensi ikan pelagis dibutuhkan untuk membantu efektifitas kegiatan perikanan dan menambah produksi perikanan tangkap. Parameter-parameter oseanografi bulanan di Selat Sunda ditampal berdasarkan 4 variasi musim dalam setahun pada setiap variasi fenomena ENSO dan diklasifikasikan berdasarkan kelas potensial sedang, potensial, dan sangat potensial. Hasilnya, wilayah potensi ikan pelagis yang sangat potensial di Selat Sunda pada fenomena La Nina dan El Nino lebih besar dibanding pada kondisi normal dan terjadi pada musim timur hingga peralihan II. Sebarannya berada di Samudera Hindia di sebelah barat Selat Sunda. Kata kunci: Pelagis, Potensial, La Nina, El Nino, Selat Sunda
Pemodelan aliran lahar Gunung Api Merapi untuk perhitungan risiko kerugian pada penggunaan lahan terdampak di bantaran Sungai Boyong, Pakem, Sleman, D.I. Yogyakarta Verry Octa Kurniawan; Estuning yas Wulan Mei; Danang Sri Hadmoko
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 3, No 2 (2019): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (5521.029 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v3i2.64

Abstract

Abstrak. Penelitian ini bertujuan untuk membuat pemodelan aliran lahar Gunung Merapi di Sungai Boyong. Selain itu penelitian ini juga mengidentifikasi penggunaan lahan yang terdampak dari model tersebut, serta menganalisis risiko kerugiannya menjadi fokus penelitian ini. Pemodelan aliran lahar dibuat menggunakan aplikasi LAHARZ dengan menggunakan data DEMNAS 2018 dan 3 skenario volume lahar bedasarkan kejadian erupsi Gunung Merapi tahun 1994. Identifikasi penggunaan lahan terdampak dilakukan menggunakan interpretasi citra sentinel 2B 2018 dengan metode Maximum Likelihood Area (MLA) yang dilanjutkan verifikasi dengan metode purposive sampling di lapangan. Analisis resiko kerugian dilakukan dengan menentukan penggunaan lahan yang memiliki nilai ekonomi, yang selanjutnya diklasifikasikan berdasarkan tingkat kerusakannya berdasarkan tingkat bahaya aliran lahar. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh dari volume lahar dan kelerengan Gunung Merapi terhadap penggunaan lahan di sekitarnya. Proses generalisasi pada data DEM tidak memiliki perbedaan yang signifikan terhadap model aliran lahar. Morfologi sungai sangat berpengaruh dalam output pemodelan. Citra Sentinel-2B sesuai untuk identifikasi penggunaan lahan eksisting dengan skala yang digunakan adalah 1:10.000. Penggunaan lahan terdampak terklasifikasikan menjadi 6 dan 3 diantaranya memiliki nilai ekonomi yaitu permukiman, bangunan, dan sawah. Terdapat 16 Dusun yang terdampak bahaya aliran lahar dengan penggunaan lahan permukiman yang paling besar total kerugiannya, sedangkan penggunaan lahan sawah paling luas area terdampaknya.Keywords: Lahar, Merapi, Penggunaan Lahan, Risiko Abstract. This study aims to conduct lahar of Mount Merapi on the Boyong River modeling. In addition, this study also to identificate the affected land use of the model, and analyze the risk of loss which are the focus of this study. Lahar modeling was made by using the LAHARZ application from DEMNAS 2018 data and 3 lahar volume scenarios based on the eruption of Mount Merapi in 1994. Identification of affected land use was carried out by using Sentinel-2B 2018 image interpretation with Maximum Likelihood Area (MLA) method, continued by verification using purposive sampling method in the field. Loss risk analysis was done by determining land use that has an economic value, which followed by classifying the level of damage based on the hazard level of lahar. The results of this study showed the effect of volcanic lahar volume and slope of Mount Merapi on surrounding land use. The generalization process in the DEM data did not have a significant difference to the lahar model. River morphology is very influential in this modeling output. Citra Sentinel-2B is suitable for identifying existing land use with the scale used is 1:10.000. The use of affected land was classified into 6 and 3 of which have economic values, namely settlements, buildings, and rice fields. There are 16 hamlets that are affected by the danger of lahar with residential land use which has the greatest total loss, while the use of wetland areas is the most extensive area of this danger.Keywords: Lahar, Landuse, Merapi, RiskDOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v3i2.64
Strategi pengembangan desa wisata di Kelurahan Jelekong, Kabupaten Bandung Diaz Sumantri
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 2, No 2 (2018): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (590.614 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v2i2.47

Abstract

Pariwisata merupakan salah satu prioritas Pembangunan Nasional dalam bidang ekonomi, bentuk pengembangan pariwisata diantaranya adalah desa wisata. Berdasarkan Surat Keputusan Bupati Bandung Nomor 556.42/Kop.71-Dispopar/2011, Kelurahan Jelekong merupakan salah satu yang ditetapkan sebagai desa wisata, karena dinilai memiliki karakteristik pola kehidupan sosial budaya yang unik berupa masyarakat pedalangan dan pengrajin seni lukis serta wayang. Untuk mengembangkan daerah tersebut menjadi desa wisata, diperlukan suatu strategi yang tepat berdasarkan potensi sumberdaya yang dimiliki. Pendekatan yang penulis gunakan yaitu penelitian deskriptif, melalui metode survei dengan variabel penelitian tunggal yaitu potensi pengembangan desa wisata, dimana aspek yang menjadi indikatornya yaitu aspek fisik, sosial, tata ruang, bangunan, budaya, kerajinan dan upacara, serta indikator penunjang pariwisata lain seperti aksesibilitas, akomodasi, masyarakat, wisatawan dan pengelola pariwisata. Adapun hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi Kelurahan Jelekong berdasarkan kriteria perwujudan desa wisata, tergolong kedalam kelas II yaitu cukup potensial untuk dikembangkan. Sikap dan partisipasi masyarakat menunjukan nilai positif dalam mendukung pengembangannya. Berdasarkan hasil analisis SWOT, strategi yang dapat digunakan dalam pengembangan desa wisata Jelekong yaitu mengembangkan dan menata potensi objek wisata; pelestarian adat istiadat; melakukan perbaikan aksesibilitas; mengembangkan berbagai sarana prasarana penunjang pariwisata; menjalin kerjasama dengan stakeholder terkait dan investor; meningkatkan promosi; melibatkan masyarakat dalam setiap tahap pengembangan desa wisata.Kata kunci: Potensi, Partisipasi, Strategi Pengembangan Desa Wisata.DOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v2i2.47
Peranan penginderaan jauh dalam menyokong kajian pemetaan batas wilayah darat (studi kasus: Desa Baturetno, Kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, DIY) A.G. Ahmad
Jurnal Geografi Lingkungan Tropik (Journal of Geography of Tropical Environments) Vol 1, No 1 (2017): August
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (558.809 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v1i1.6

Abstract

Pemetaan batas wilayah merupakan kegiatan yang dapat berlaku terus-menerus seiring perkembangan wilayah. Berbagai metode dalam pemetaan batas wilayah yang sudah dilakukan memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Teknologi penginderaan jauh yang terus berkembang dapat dioptimalkan dalam pemetaan batas wilayah, sehingga dapat menjadi lebih efisien. Penginderaan jauh merupakan salah satu cara untuk mengetahui kondisi di permukaan bumi, salah satunya dalam pemetaan batas wilayah yang memanfaatkan citra resolusi tinggi, yakni Citra Quickbird. Ketelitian spasial Citra Quickbird yang mencapai 2,4 meter per piksel dapat digunakan untuk mengamati penggunaan lahan, untuk selanjutnya dibuat menjadi sebuah peta dan dijadikan sebagai informasi spasial dasar. Penelusuran batas yang sudah disepakati dilakukan di atas citra, sementara kegiatan lapangan dilakukan sebagai tambahan informasi dalam penelusuran batas. Tiga titik sampel yang diambil dalam penelitian menunjukkan bahwa informasi penginderaan jauh yang diperoleh dapat mendukung penelusuran batas wilayah karena terdapat perbedaan antara garis batas pada peta RBI dengan batas sebenarnya. Perbedaan luas wilayah yang ditemukan antara data BPS dengan hasil kalkulasi otomatis berdasarkan garis batas wilayah sebenarnya mencapai 24 Ha. Kajian menggunakan Citra Quickbird dapat dioptimalkan untuk penelusuran batas wilayah darat yang memiliki kondisi fisik homogen
GIS-Based Spatial Model for Habitat Suitability of Babirusa (Babyrousa celebensis), in Gorontalo Province Muhamad Khairul Rosyidy; Adi Wibowo
Journal of Geography of Tropical Environments Vol 4, No 1 (2020): February
Publisher : Open Journal System

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (789.223 KB) | DOI: 10.7454/jglitrop.v4i1.77

Abstract

Babirusa (Babyrousa celebensis) is an endemic animal from Gorontalo Province whose population is declining day by day due to poaching, land clearing, and selling babirusa meat in traditional markets in Gorontalo Province. Since 1931 this species has begun to be protected in Indonesia, and since 2008, International Union for Conservation of Nature (IUCN) named the babirusa species as a vulnerable category. This study aims to determine the suitability of babirusa habitat areas (Babyrousa celebensis) in Gorontalo Province with a Geographic Information System (GIS) approach and to determine the relationship of physical characteristics for the habitat of the babirusa habitat in Gorontalo Province. The variables are land use, slope, and elevation. The method used is GIS spatial modeling with overlay analysis. From the results of the analysis, it has concluded that a suitable area as a babirusa habitat is only about 33% of the total area of Gorontalo Province and there are types of land use in the wilderness and swamps at an elevation of 0-500 msl with sloping 0-8%. The validation test shows that Coefficient kappa is 0.16 and overall accuracy is 58%. Therefore, further research is needed by adding other variables to delineate the spatial distribution of babirusa.Keywords: babirusa, habitat, GIS, suitability areaDOI: http://dx.doi.org/10.7454/jglitrop.v4i1.77