cover
Contact Name
Titik Respati
Contact Email
jiks.unisba@gmail.com
Phone
081312135687
Journal Mail Official
jiks.unisba@gmail.com
Editorial Address
Jalan Hariangbanga No. 2, Tamansari, Bandung 40116
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
ISSN : "_"     EISSN : 26568438     DOI : -
Core Subject : Health,
Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) adalah jurnal yang memublikasikan artikel ilmiah kedokteran dan kesehatan yang terbit setiap 6 (enam) bulan. Artikel berupa penelitian asli, laporan kasus, studi kasus, dan kajian pustaka yang perlu disebarluaskan dan ditulis dalam bahasa Indonesia dengan memperhatikan Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia. Jurnal Integrasi Kesehatan & Sains (JIKS) ini merupakan salah satu jurnal yang diterbitkan oleh Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung (Unisba) selain Global Medical & Health Communication yang telah bereputasi nasional dan internasional.
Articles 170 Documents
Kejadian HIV pada Anak Balita di Jawa Barat Periode Tahun 2014–2016 Nia Yulia Susanti; Budiman Budiman; Caecielia Caecielia; Buti Azfiani Azhali; Tony S Djajakusumah
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4348

Abstract

Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Di Indonesia perempuan usia reproduktif dengan HIV masih tinggi pada periode Januari sampai Maret tahun 2014 berjumlah 13.023 kasus, kemudian meningkat pada periode April sampai Juni tahun 2014 menjadi 30.542 kasus. Hal ini berdampak apabila perempuan usia reproduktif hamil dengan HIV dapat meningkatkan risiko bayi yang lahir dengan HIV positif. Intervensi lebih dini dengan mengikuti pelayanan pencegahan penularan HIV dari ibu ke anak (PPIA) dapat menurunkan angka kejadian HIV pada anak balita. Penelitian ini bertujuan melihat kejadian HIV pada anak balita di Provinsi Jawa Barat dan untuk melihat bagaimana layanan PPIA di Provinsi Jawa Barat periode tahun 2014–2016. Penelitian dilakukan studi ekologi kualitatif deskriptif observasional untuk melihat jumlah kasus infeksi HIV pada anak balita di Jawa Barat periode tahun 2014 sampai 2016. Penelitian menggunakan data tersier dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian HIV pada anak balita di Jawa Barat pada tahun 2015 mengalami peningkatan dibanding dengan tahun 2014, sedangkan pada tahun 2016 dan 2015 tidak terdapat perubahan kejadian HIV pada anak balita di Jawa Barat. HIV INCIDENCE IN CHILDREN UNDER FIVE IN WEST JAVA PERIOD YEAR 2014–2016Human immunodeficiency virus (HIV) is a virus that attacks the human immune system. In Indonesia, women of reproductive age with HIV were still high in the period of January to March 2014 was 13,023 cases and then increased in the April to June 2014 period to 30,542 cases. It has an impact if women of reproductive age pregnant with HIV can increase the risk of babies born with HIV positive. Early intervention by following prevention services for mother-to-child HIV transmission (PPIA) can reduce the incidence of HIV in children under five. This study aimed to know the incidence of HIV in children under five in the province of West Java and to know how PPIA services in the province of West Java in the period 2014–2016. Observational descriptive quanlitative ecology study was conducted to know the number of cases of HIV infection in children under five in West Java in the period 2014 to 2016. The study used tertiary data from the provincial health office of West Java. The results showed that the incidence of HIV in children under five in West Java in 2015 had increased compared to 2014 while in 2016 and 2015 there was no change in the incidence of HIV in children under five in West Java.
Pengetahuan dan Perilaku Swamedikasi oleh Ibu-Ibu di Kelurahan Tamansari Kota Bandung Putri Anggraini Aswad; Yuktiana Kharisma; Yuke Andriane; Titik Respati; Eka Nurhayati
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4462

Abstract

Swamedikasi merupakan upaya individu untuk mengobati penyakit atau gejala yang dikenali sendiri. Swamedikasi dapat menjadi permasalahan kesehatan akibat keterbatasan pengetahuan mengenai obat sehingga akan memengaruhi perilaku seseorang. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan pengetahuan dan perilaku swamedikasi oleh ibu-ibu di Kelurahan Tamansari Kota Bandung. Rancangan penelitian observasional deskriptif dengan metode cross sectional. Jumlah sampel 50 orang dengan teknik consecutive sampling. Pengambilan data melalui kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan responden tentang definisi swamedikasi (54%), penggolongan obat berdasar atas logo (64%), makna logo obat dibeli tanpa resep dokter (46%), makna logo obat bebas terbatas (52%), definisi aturan pakai obat 3x sehari (56%), interval waktu penggunaan obat (68%), perbedaan dosis obat dewasa dengan anak (88%), definisi efek samping obat (80%), menanggulangi efek samping (98%), definisi kontraindikasi obat (86%), definisi interaksi obat (62%), dan penyimpanan obat (86%). Prevalensi perilaku swamedikasi pada responden (60%), obat modern lebih mendominasi (64%), pemilihan obat modern untuk swamedikasi didasarkan atas keinginan sendiri (38%), warung kelontong sebagai tempat mendapatkan obat (48%), informasi swamedikasi diperoleh melalui media elektronik dan media cetak (36%), kebiasaan membaca kandungan obat (64%) dan tanggal kadaluarsa obat (86%), serta menyimpan obat di rak obat (50%). Simpulan penelitian ini, pengetahuan swamedikasi pada masyarakat secara umun cukup baik. Terdapat upaya untuk mengatasi masalah kesehatan dengan melakukan swamedikasi. SELF-MEDICATION KNOWLEDGE AND BEHAVIOR BY MOTHERS IN TAMANSARI VILLAGE OF BANDUNGSelf-medication is an individual effort to treat a disease or symptom that is recognized by itself. Self-medication can be a health problem due to limited knowledge about drugs which will affect a person’s behavior. The aim of this study was to describe the self-medication knowledge and behavior of mothers in Tamansari village of Bandung. Descriptive observational study design with cross-sectional method. The number of samples were 50 people with consecutive sampling technique. Data was collected by using questionnaire. The research showed that respondent’s knowledge of definition of self-medication (54%), classification of drugs based on logos (64%), meaning of over the counter drug (46%), limited free drug logos meaning (52%), definition of drug use rules 3x a day (56%), time interval for drug use (68%), difference in drug dosage between adults and children (88%), definition of drug side effects (80%), overcoming side effects (98%), definition of contraindications (86%), definition of drug interactions (62%), and drug storage (86%). The prevalence of self-medication behavior in respondent’s (60%), modern medicine dominates (64%), the selection of modern drugs for self-medication are based on their own desires (38%), grocery stalls as places to get medicine (48%), self-administered information obtained through electronic media and printed (36%), habit of reading drug content (64%) and drug expiration dates (86%), and storing drugs on drug racks (50%). The conclusion of this study that level knowledge by mothers is generally quite good. There are efforts to overcome health problem with self-medication.
Hubungan Riwayat Bayi Berat Lahir Rendah dan Jumlah Anak dalam Keluarga dengan Kejadian Stunting Usia 12–59 Bulan di Desa Panyirapan Kabupaten Bandung Annisa Kusumawardhani; Waya Nurruhyuliawati; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5582

Abstract

Stunting merupakan permasalahan global yang sedang marak belakangan ini. Hal ini mengindikasikan terdapat berbagai faktor yang dapat menyebabkan stunting. Berat badan lahir rendah merupakan faktor prenatal yang mungkin berhubungan dengan pertumbuhan anak di kemudian hari. Faktor sosial-ekonomi seperti jumlah anak dalam keluarga juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan riwayat berat badan lahir rendah dan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting di Desa Panyirapan Kabupaten Bandung periode Maret–Agustus 2019. Subjek penelitian adalah anak usia 12–59 bulan. Penelitian menggunakan rancangan kualitatif metode analitik komparatif dengan pendekatan case control. Uji statistik menggunakan uji chi-square dan Eksak Fisher. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 49 anak stunting dan 43 anak tidak stunting. Anak stunting dengan riwayat berat badan lahir rendah sebanyak 5 anak (10%) dan tidak terdapat hubungan bermakna (p=0,209). Anak stunting dengan jumlah anak >2 sebanyak 17 anak (35%) dan terdapat hubungan bermakna (p=0,008; OR=5.18). Simpulan, tidak terdapat hubungan antara berat badan lahir rendah dan kejadian stunting, tetapi terdapat hubungan jumlah anak dalam keluarga dengan kejadian stunting anak usia 12–59 bulan di Desa Panyirapan Kabupaten Bandung. THE RELATIONSHIP BETWEEN LOW BIRTH WEIGHT AND NUMBER OF CHILDREN WITH STUNTING IN CHILDREN AGED 12–59 MONTHS IN PANYIRAPAN VILLAGE, BANDUNG REGENCYStunting is a global problem that become a trending these days. This indicates there are factors that can cause stunting. Low birth weight is a prenatal factor that may relate with children development in the future. Social-economic factor such as number of children may also affect the growth of children. The purpose of this study was to analyze the relationship between low birth weight and number of children with stunting in Panyirapan Village, Bandung Regency in March–August 2019. Subjects were children aged 12–59 months. This study used qualitative comparative method using case control. Statistical test using chi-square and Fisher’s exact test. Total sample for this study were 49 stunting children and 43 non-stunting children. Stunting children with low birth weight history were 5 children (10%), and after being tested there was no significant relationship (p-score=0.209). Stunting children with number of children >2 were 17 children (35%), and after being tested there was significant relationship (p-score=0.008; OR=5.18). In conclusion, there is no relationship between low birth weight and stunting, but there is a relationship between number of children and stunting in children aged 12–59 months in Panyirapan Village, Bandung Regency.
Pengaruh Fraksi Jahe Gajah terhadap Kadar HDL dan LDL Mencit Model Dislipidemia Fenda Khafidhotenty; Santun Bhekti Rahimah; Maya Tejasari; Miranti Kania Dewi; Herri S. Sastramihardja; Arief Budi Yulianti
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4324

Abstract

Penyakit tidak menular (PTM) yang menjadi penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskular dengan salah satu faktor risiko dislipidemia. Dislipidemia ditandai dengan peningkatan kadar LDL dan penurunan HDL. Salah satu bahan tradisonal yang digunakan sebagai terapi dislipidemia adalah jahe gajah (Zingiber officinale). Senyawa flavonoid pada jahe gajah memiliki kandungan antioksidan dan menekan aktivitas enzim HMG-CoA reduktase sehingga memiliki efek terhadap profil lipid tubuh. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL dan LDL pada mencit model dislipdemia. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Hewan Farmasi Institut Teknologi Bandung dan Laboratorium Hewan Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode April–Juni 2018. Penelitian eksperimental ini menggunakan 15 ekor mencit jantan tua (45–49 minggu) yang terbagi menjadi 5 kelompok. Kelompok kontrol positif diberikan pakan standar dan pelarut fraksi, kelompok kontrol negatif diberikan pakan tinggi lemak dan pelarut fraksi, kelompok perlakuan 1 diberikan fraksi air jahe gajah 19,9 mg/20 gBB/hari, kelompok perlakuan 2 diberikan fraksi air jahe gajah 39,8 mg/20 gBB/hari, dan kelompok perlakuan 3 diberikan fraksi air  jahe gajah 79,6 mg/20 gBB/hari. Perlakuan dilakukan selama 28 hari. Hasil rerata kadar HDL setelah perlakuan adalah: 54,33 mg/dL; 35,00 mg/dL; 79,00 mg/dL; 81,57 mg/dL; dan 79, 67 mg/dL, sedangkan rerata kadar LDL adalah 6,53 mg/dL; 11,67 mg/dL; 33,33 mg/dL; 35,00 mg/dL, dan 21,33 mg/dL. Analisis statistik dengan one-way ANOVA pada pengukuran HDL bermakna signifikan (p<0,05) dan pengukuran LDL tidak signifikan (p>0,05) kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol positif dan negatif. Hasil penelitian ini menunjukkan pengaruh fraksi air jahe gajah terhadap kadar HDL namun tidak terdapat pengaruh terhadap kadar LDL. THE EFFECT OF GINGER FRACTION ON HDL AND LDL LEVELS IN MICE WITH DYSLIPIDEMIA The main cause of death among non-communicable diseases every year is cardiovascular disease, with one of the risk factors is dyslipidemia. Dyslipidemia is characterized by increased levels of LDL and decreased HDL. Ginger (Zingiber officinale) is one of the traditional herbs used as a therapy in dyslipidemia. Flavonoid compounds in ginger contain antioxidants and suppress the activity of the enzyme HMG-CoA reductase that it has an effect on the body’s lipid profile. The purpose of this study was to determine the effect of ginger fraction on HDL and LDL levels in mice with dyslipidemia. This experimental study used 15 old male mice (45–49 weeks). Mice are divided into 5 groups. The positive control group was given standard diet and fraction solvents, the negatif control group was given high fat diet and fraction solvents, the group 1 was given the ginger  fraction 19.9 mg/20gBB/day, the group 2 was given ginger  fraction 39.8 mg/20 gBB/day, and the group 3 was given a fraction of ginger  79.6 mg/20 gBB/day. The treatment was carried out for 28 days. The average of HDL levels was: 54.33 mg/dL; 35.00 mg/dL; 79.00 mg/dL: 81.57 mg/dL; and 79, 67 mg/dL. While the average of LDL was 6.53 mg/dL; 11.67 mg/dL; 33.33 mg/dL; 35.00 mg/dL, and 21.33mg/dL. Statistical analysis with one-way ANOVA on HDL measurements was significant (p <0.05) and non-significant LDL measurements (p> 0.05) between treatment group and control groups. The conducted study showed an effect of the ginger water fraction on HDL levels and no effect on LDL levels.
Pengaruh Paparan Asap Rokok Tersier terhadap Kadar Glukosa Darah Mencit Ihsan Muhammad Nauval; Annisa Rahmah Furqaani; Eva Rianti Indrasari
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.5633

Abstract

Peningkatan jumlah perokok aktif mungkin berimplikasi pada peningkatan jumlah perokok sekunder dan tersier. Salah satu dampak buruk rokok, yaitu dapat meningkatkan kadar gula darah. Tujuan penelitian adalah menganalisis pengaruh paparan asap rokok tersier terhadap kadar glukosa darah mencit. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental in vivo dengan subjek penelitian mencit yang dibagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok kontrol yang tidak diberikan perlakuan dan kelompok perlakuan yang diberi asap rokok tersier selama 29 hari. Penelitian dilakukan di Laboratorium Bio Medik Fakultas Kedokteran Unisba periode Maret–Juli 2019. Pemeriksaan darah dilakukan pada tiga periode, yaitu minggu ke-0, ke-2, dan ke-4. Hasil penelitian menunjukkan kadar glukosa darah kelompok perlakuan (203,8 mg/dL) lebih tinggi dibanding dengan kelompok kontrol (163 mg/dL) pada minggu ke-4. Hasil uji t independen memperlihatkan nilai p lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Adapun pada kelompok kontrol (p=0,450) dan perlakuan (p=0,120) tidak terdapat perbedaan kadar glukosa darah antara minggu ke-0 dan ke-4. Hasil uji t dependen memperlihatkan nilai p lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Hasil ini mengindikasikan bahwa paparan asap rokok tersier pada penelitian ini memengaruhi kadar glukosa darah. Asap rokok tersier mengandung berbagai bahan yang berbahaya salah satunya nikotin yang dapat memengaruhi metabolisme glukosa dengan cara menginduksi keadaan stres oksidatif yang dapat merusak lipid, protein, dan dapat memengaruhi kemampuan sel untuk mengatur kadar gula darah dalam tubuh sehingga dapat terlihat hiperglikemia pada mencit yang terpapar asap rokok tersier. EFFECT OF THIRDHAND SMOKE EXPOSURE ON BLOOD GLUCOSE LEVEL IN MICEIncreasing the number of active smokers has implications for the increasing number of secondary and tertiary smokers. One of the bad effects of smoking is it can increase blood sugar levels. The purpose of the research was to analyze the effect of tertiary cigarette smoke exposure on mice blood glucose levels. This research is kind of exposure in vivo experimental study with mice research subjects divided into two groups: a control group that was not given treatment and a treatment group that was given tertiary cigarette smoke for 29 days with blood tests carried out in three periods namely 0, 2nd, and 4th weeks. The study was conducted in Biomedic Laboratory Universitas Islam Bandung during March –July. The results showed the blood glucose level of the treatment group (203.8 mg/dL) was higher than the control group (163 mg/dL) at the 4th week. Independent T-test results showed that the p value was less than 0.05 (p <0.05). As for the control (p = 0.450) and treatment group (p = 0.120) there were no differences in blood glucose levels between at weeks 0 and 4. Dependent T-test results showed a p value greater than 0.05 (p> 0.05). These results indicate that tertiary cigarette smoke was exposure in this study affects blood glucose levels. Tertiary cigarette smoke contains a variety of harmful ingredients, such as nicotine which can affects glucose metabolism by inducing oxidative stress that can damage lipids, proteins, and can affects the ability of cells to regulate blood sugar levels in the body that hyperglycemia can be seen in mice which is exposed to thirdhand smoke.
Pengaruh Lama Kerja terhadap Fungsi Paru pada Supir Angkot Jurusan Cimahi di Terminal Leuwi Panjang Bandung R. Ayu Wulandari Sekarini; Eka Hendryanny; Samsudin Surialaga; Arief Guntara; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4215

Abstract

Infeksi saluran napas menduduki peringkat pertama dalam kelompok penyakit penyebab rawat jalan. Salah satu penyebabnya tingkat polusi udara. World Health Organization (WHO) menyatakan polusi udara bertanggung jawab atas 200 ribu kematian di daerah perkotaan dan 87% kasus kematian yang terjadi di negara berkembang pada tahun 2012. Peningkatan jumlah kendaraan bermotor merupakan penyebab polusi udara di dunia maupun Indonesia. Badan Statistik (BPS) menyatakan kendaraan bermotor di Indonesia akan terus meningkat dan tercatat pada tahun 2016 terdapat 129.281.079 kendaraan. Populasi yang sangat rentan terhadap penurunan fungsi organ paru adalah pekerja outdoor, salah satunya adalah supir angkot akibat terpapar langsung oleh polusi udara dan tidak menggunakan masker sebagai alat pelindung diri. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh lama kerja terhadap fungsi paru pada supir angkot jurusan Cimahi di Terminal Leuwi Panjang Bandung periode Maret–Mei tahun 2018. Pengukuran fungsi paru menggunakan spirometer. Penelitian ini menggunakan desain analitik observasional dengan rancangan cross sectional terhadap 40 responden. Analisis statistika menggunakan Pearson correlation test. Hasil penelitian ini 16 responden (40%) memiliki lama kerja £5 tahun dan 24 responden (60%) lama kerja >5-15 tahun, memiliki rerata usia 31,27 tahun, berat badan 61,8 kg, tinggi badan 168,35 cm, dan IMT 21,79 kg/m2. Terdapat 17 responden (42%) memiliki fungsi paru normal, 23 responden (58%) mengalami gangguan restriktif fungsi paru dan sebagian besar responden dengan fungsi paru restriktif memiliki lama kerja >5-15 tahun p=0,00. Simpulan terdapat pengaruh lama kerja terhadap fungsi paru supir angkot jurusan Cimahi. THE EFFECT OF LENGTH OF WORKING ON LUNG FUNCTION AT DRIVER OF CIMAHI DESTINATION AT TERMINAL LEUWI PANJANG BANDUNGRespiratory infections ranked first in the outpatient disease category. One of the main factors is high level of air pollution. World Health Organization (WHO) states that air pollution is responsible for 200,000 thousands of deaths in urban area and 87% of the total deaths in developing countries in 2012. The increase in the number of vehicles is the cause of air pollution in the world including in Indonesia. Statistical agency claimed that the number of vehicles in Indonesia would grow exponentially and it has been recorded that there was 129,281,079 vehicles in 2016. Populations which are highly susceptible to decline in lung function is field workers, one of them is drivers of public transportation due to direct exposure of air pollution and this is exacerbated by the disuse of mask as self-protection. The aim of this research was to discover the relationship between the long working hours and lung function on the drivers of public transportation to Cimahi as the destination at Terminal Lauwi Panjang Bandung period on March–May in 2018. Lung function measurement using spirometer. The research design was analytic observasional using cross sectional design by 40 respondents and statistics analysis with Pearson Correlation test. The results of this study indicated 16 respondents (40%) with length working £5 years dan 24 respondents (60%) with length working >5-15 years had mean of age 31.27 years, body weight 61.8 kg, height 168.35 cm, and IMT 21.79 kg/m2. 17 respondents (42%) had normal function of lung and 23 respondents (58%) decrease the function of lung and most of the respondents who experienced restrictive had length working >5-15 years (p=0.00). In conclusion, there is effect of length of working on lung function at driver of Cimahi destination.
Pengaruh Pemberian Ekstrak Etanol Pare (Momordica charantia L) terhadap Jaringan Tubulus Seminiferus pada Mencit Jantan (Mus musculus) Nadiyya Yasmin; Miranti Kania Dewi; R.A. Retno Ekowati; Wida Purbaningsih; R.B. Soeherman Herdiningrat
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4345

Abstract

Salah satu upaya mengurangi peningkatan penduduk, yaitu dengan menggunakan kontrasepsi. Namun, penggunaan kontrasepsi pria masih minim sehingga diperlukan upaya untuk meningkatkan penggunaan kontrasepsi pria. Buah pare merupakan tanaman tradisional yang dapat digunakan sebagai bahan kontrasepsi karena mengandung kukurbitasin. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh buah pare terhadap ketebalan tubulus seminiferus pada mencit jantan sehingga memberikan efek infertil. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Medik Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran pada 17 Mei sampai 20 Juni 2018. Pengukuran ketebalan tubulus seminiferus dimulai dari spermatogonia pada lapisan basal sampai dengan kepala spermatid pada distal lumen. Subjek penelitian yang digunakan adalah 28 ekor mencit jantan yang dibagi menjadi empat kelompok; kelompok kontrol negatif, perlakuan 1 (P1) yang diberi dosis 280 mg/kgBB/hari, perlakuan 2 (P2) yang diberi dosis 560 mg/kgBB/hari, dan perlakuan 3 (P3) yang diberikan dosis 1.120 mg/kgBB/hari. Ketebalan tubulus seminiferus normal pada mencit adalah 54–62 µm. Dari hasil uji hipotesis one way ANOVA, pemberian ekstrak etanol pare menurunkan ketebalan tubulus seminiferus secara keseluruhan, dengan ketebalan mencapai 39,56 µm pada dosis optimal 1.120 mg/kgBB/hari. Zat aktif kukurbitasin mempunyai struktur mirip dengan steroid sehingga dapat menurunkan kadar testosteron dan memengaruhi spermatogenesis. Sel spermatogenik yang menurun menyebabkan penurunan ketebalan tubulus seminferus. THE EFFECT EXTRACT ETHANOL OF BITTER MELON (MOMORDICA CHARANTIA L) CONSUMPTION ON THE THICKNESS OF TUBULUS SEMINIFEROUS IN MICEOne effort to reduce the increase in population is to use contraception. However, the use of male contraception is still minimal, so efforts are needed to increase the use of male contraception. Bitter melon is a traditional plant that can be used as a contraceptive because it contains kukurbitasin. The purpose of this study was to determine the effect of bitter melon on the thickness of the seminiferous tubules in male mice so that it gives an infertile effect. The study was conducted at the Medical Biology Laboratory of the Faculty of Medicine, Padjadjaran University on May 17 to June 20, 2018. Measurement of seminiferous tubule thickness starts from spermatogonia in the basal layer to the head of spermatids in the distal lumen. The research subjects used were 28 male mice which were divided into four groups; negative control group, treatment 1 (P1) who were given a dose of 280 mg/kgBB/day, treatment 2 (P2) were given a dose of 560 mg/kgBB/day and treatment 3 (P3) were given a dose of 1,120 mg/kgBB/day. The thickness of the normal seminiferous tubules in mice is 54–62 μm. From the results of the one way ANOVA hypothesis test, administration of bitter melon ethanol extract decreased the thickness of the seminiferous tubules as a whole, with a thickness reaching 39.56 μm at an optimal dose of 1,120 mg/kgBB/day. The active ingredient kukurbitasin has a structure similar to steroids so that it can reduce testosterone levels and affect spermatogenesis. Decreased spermatogenic cells cause a decrease in the thickness of the seminal tubules.
Hubungan Kualitas Tidur dengan Kejadian Dismenore Primer pada Mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Richi Delistianti Y; Siska Nia Irasanti; Ferry A. F.M.; R. Ganang Ibnusantosa; Wawang S. Sukarya
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 2 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i2.4331

Abstract

Mayoritas mahasiswi Fakultas Kedokteran memiliki kualitas tidur yang buruk. Hal tersebut dihubungkan dengan sistem pendidikan di Fakultas Kedokteran yang sangat ketat dan waktu belajar yang tidak sebentar diduga menyebabkan kualitas tidur buruk pada mahasiswi. Beberapa penelitian menyatakan kualitas tidur dapat dihubungkan dengan patogenesis nyeri, termasuk dismenore primer. Kejadian dismenore primer pada perempuan juga dapat terjadi pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan kualitas tidur dengan angka kejadian dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung periode Maret–Mei 2018. Jenis penelitian adalah analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Subjek dipilih secara systematic random sampling dan didapatkan 106 sampel. Tiap-tiap responden menandatangani informed concent, kuesioner pittsburgh sleep quality index (PSQI), dan kuesioner numerical rating scale (NRS). Data dianalisis menggunakan program Epi Info 7. Hasil penelitian 62% memiliki kualitas tidur buruk, 49% dismenore primer sedang, 10% dismenore primer berat. Angka kejadian dismenore sedang pada kelompok subjek kualitas tidur buruk lebih besar daripada kualitas tidur baik, secara statistik perbedaan ini sangat bermakna (p=0,008). Angka kejadian dismenore berat pada kelompok subjek kualitas tidur buruk lebih besar daripada kualitas tidur baik, secara statistik perbedaan ini bermakna (p=0,04). Simpulan, terdapat hubungan kualitas tidur dengan kejadian dismenore primer pada mahasiswi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung. RELATION BETWEEN SLEEP QUALITY AND PRIMARRY DYSMENORRHEA ON MEDICAL STUDENTS OF BANDUNG ISLAMIC UNIVERSITYMajority of medical students have poor sleep quality, related to the system of medical education which is very strict and long time study causing of poor sleep quality to the students, including female students. Some studies suggest that sleep quality may be associated with pathogenesis of pain, such as primarry dysmenorrhea. The incidence of primarry dysmenorrhea can also increase on students of Medical Faculty of Bandung Islamic University. The study aims to determine the relation between the quality of sleep and the incidence of dysmenorrhea in period March– May 2018. The type of research is analytic observational study with cross-sectional approach. The subjects were chosen by systematic random sampling and obtained 106 samples. Respondents fill out each informed consent, questionnaire pittsburgh sleep quality index (PSQI), and questionnaire numerical rating scale (NRS). Data were analized using Epi Info 7. The results of this study showed that 62% of female students had have poor sleep quality, 49% moderate primary dysmenorrhea, 10% severe primary dysmenorrhea. The incidence of moderate primarry dysmenorrhea on the subject poor sleep quality are greater than good sleep quality, has very statistically significant different (p=0.008). On the subjects with poor sleep quality, the incidence of severe primarry dysmenorrhea were found to be statistically significant (p=0.04). In conclusion there is a statistically significant relation between sleep quality and the incidence and degree of primary dysmenorrhea.
Hubungan Hasil Pemeriksaan Sputum Basil Tahan Asam dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Tuberkulosis Paru di Rumah Sakit Al Islam Bandung Nova Triandini; Dyana Eka Hadiati; Usep Abdullah Husin; Tjoekra Roekmantara; Sadeli Masria
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 1, No 1 (2019): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v1i1.4329

Abstract

Tuberkulosis (TB) sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia, walaupun upaya pengendalian strategi directly observed treatment short course (DOTS) telah diterapkan di banyak negara. Masalah yang dihadapi di negara maju maupun negara berkembang adalah keterlambatan mendiagnosis TB paru. Keterlambatan dalam diagnosis dan pengobatan TB paru dapat berasal dari pasien atau dari sistem pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini mengetahui hubungan hasil pemeriksaan sputum basil tahan asam (BTA) menurut International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) dengan gambaran luas lesi radiologi pada pasien TB paru dewasa di Rumah Sakit Al Islam Bandung periode 2016–2017. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan crosssectional. Penelitian dilakukan pada bulan Maret–Juni tahun 2018 dan subjek penelitian ini data pasien tuberkulosis paru di RS Al Islam dengan minimal sampel sebanyak 76 orang yang dipilih secara purposive sampling dan memenuhi kriteria inklusi. Instrumen pengumpulan data berupa rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan BTA negatif dengan lesi minimal 21 dari 34, BTA+1 dengan lesi minimal 18 dari 23, BTA +2 dengan lesi moderately advanced 14 dari 21, dan BTA +3 lesi far advanced 16 dari 23. Hasil analisis Fisher’s Exact didapatkan nilai p=0.00 dengan kekuatan korelasi (rho) 0,51. Simpulan, terdapat hubungan cukup erat antara hasil pemeriksaan sputum basil tahan asam dan gambaran luas lesi radiologi pasien tuberculosis paru di RS Al Islam Bandung periode 2016–2017.RELATIONSHIP BETWEEN SPUTUM EXAMINATION RESULTS OF ACID FAST BACILLI AND EXTENT OF RADIOLOGICAL LESIONS IN PULMONARY TUBERCULOSIS AT AL ISLAM HOSPITAL BANDUNGTuberculosis (TB) is still a public health problem in the world, although direct observed treatment short course (DOTS) strategy control has been implemented in many countries. The problem faced in both developed and developing countries is the delay in diagnosing pulmonary TB. The delay in the diagnosis and treatment of pulmonary TB can come from the patient or from the health care system. The purpose of this study was to know the relationship between sputum examination results of acid fast bacilli (AFB) according to International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUATLD) and extent of radiological lesions in patients with adult pulmonary TB at Al Islam Hospital Bandung from 2016–2017. This research was an observational analytic research with cross sectional approach. The study was conducted in March–June of 2018 and the subjects of this study were pulmonary tuberculosis patients in Al Islam Hospital with a minimum of 76 samples selected by purposive sampling and meeting inclusion criteria. Instrument data collection in the form of medical record. The results showed AFB negative with minimal lesion 21 of 24,  AFB + 1 with minimal lesion 18 of 23, AFB +2 with moderately advanced lesions 14 of 21, and AFB +3 far advanced lesions 14 of 23. Fisher’s exact analysis results obtained p=0.00 with correlation power (rho) 0.51. In conclution that there is a sufficiently close relationship between the results of examination of acid fast bacilli sputum and an extend of radiological lung tuberculosis patients in RS Al Islam Bandung from 2016–2017.
Pengaruh ASI Eksklusif+MP-ASI terhadap Status Gizi Bayi Usia 6–9 Bulan di Desa Sukawening, Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung Alma Tanzia Nasa; Eka Nurhayati; Hana Sopia Rachman; Zulmansyah Zulmansyah; Herry Garna
Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains Vol 2, No 1 (2020): Jurnal Integrasi Kesehatan dan Sains
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/jiks.v2i1.4333

Abstract

Nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam proses pertumbuhan dan perkembangan bayi. Untuk meningkatkan status gizi agar menurunkan angka kematian anak, United Nations Children’s Fund (UNICEF) dan World Health Organization (WHO) merekomendasikan sebaiknya anak diberi air susu ibu (ASI) eksklusif selama 6 bulan, lalu diberi makanan pendamping ASI setelah 6 bulan, dan ASI dilanjutkan sampai usia 2 tahun. Menurut WHO, makanan pendamping air susu ibu (MP-ASI) merupakan sebuah proses penting yang mengedepankan kesiapan bayi dalam menyambut makanan yang akan dikonsumsinya. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh ASI eksklusif+MP-ASI terhadap status gizi bayi usia 6̶̶−9 bulan. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cohort  menggunakan teknik pemilihan sampel cluster random sampling periode Maret−Juni 2018. Pengumpulan data diambil dari hasil pengukuran antropometri  berat badan/usia untuk mengetahui status gizi bayi 4 bulan ke depan (bulan ke-6, -7, -8, dan -9). Hasil penelitian menggunakan analisis Uji Fisher Exact dan Kruskal Wallis diperoleh dari 52 sampel. Jumlah kelompok yang diberi ASI eksklusif 27 bayi, sedangkan jumlah kelompok yang diberi ASI noneksklusif 25 bayi. Hasil analisis didapatkan terdapat pengaruh ASI eksklusif+MP-ASI terhadap kenaikan status gizi pada kelompok ASI eksklusif maupun noneksklusif (p=0,047). Faktor pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan sosio ekonomi keluarga terhadap status gizi kelompok ASI eksklusif dan noneksklusif tidak terdapat pengaruh (p=0,19; p=0,25; dan p=0,54). Kenaikan status gizi kedua kelompok tersebut tiap bulannya mengalami kenaikan yang signifikan. Simpulan, terdapat pengaruh ASI-eksklusif+MP-ASI terhadap status gizi bayi usia 6̶̶−9 bulan di Desa Sukawening Kecamatan Ciwidey Kabupaten Bandung. EFFECT 0F EXCLUSIVE BREASTFEEDING+COMPLEMENTARY FOOD FOR BREAST MILK TO NUTRITIONAL STATUS BABY AGE 6−9 MONTH IN SUKAWENING VILLAGE, DISTRICT CIWIDEY DISTRICT BANDUNGNutrition is a very important requirement in the process of baby growth and development. Improving nutritional status in order to reduce child mortality, the United Nations Children’s Fund (UNICEF) and the World Health Organization (WHO) recommend that children be given exclusive breast milk for 6 months, then given complementary breastfeeding after 6 months, and breast milk continued until the age of 2 years. According to WHO, complementary food for breast milk is an important process that prioritizes the readiness of the baby in welcoming the food he will consume. The purpose of this study was to determine the effect of exclusive breastfeeding+complementary food for breast milk on the nutritional status of infants aged 6−9 months. This research used an analytic observational method with a cohort approach using cluster random sampling technique for the period March−June 2018. Data collection was taken from the results of weight / age anthropometry measurements to determine the nutritional status of infants 4 months ahead (-6th -7th, , -8th, and -9th month). The results of the study using Fisher exact and Kruskal Wallis analysis were obtained from 52 samples. The number of groups given exclusive breastfeeding was 27 babies, while the number of groups that were given non-exclusive breastfeeding was 25 babies. The results of the analysis showed that there was an effect of exclusive breastfeeding + complementary food for breast milk on the increase in nutritional status in exclusive and non-exclusive breastfeeding groups (p = 0.047). The factors of maternal education, maternal work and family socioeconomic on the nutritional status of exclusive and non-exclusive breastfeeding groups were not affected (p=0.19, p=0.25 and p=0.54). The increase in nutritional status of the two groups each month experienced a significant increase. Conclusions there are the effect of exclusive breastfeeding+complementary food for breast milk on the nutritional status of infants aged 6−9 months in Sukawening Village, Ciwidey District, Bandung Regency.

Page 1 of 17 | Total Record : 170