cover
Contact Name
Anak Agung Ayu Sri Ratih Yulianasari
Contact Email
jurnalanala@gmail.com
Phone
+6285738776698
Journal Mail Official
jurnalanala@undwi.ac.id
Editorial Address
JALAN KAMBOJA NO 17, DENPASAR - BALI
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
Jurnal Anala
Published by Universitas Dwijendra
ISSN : 19075286     EISSN : 27225682     DOI : 10.46650
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Anala is a peer-reviewed academic journal published by the Faculty of Engineering at Dwijendra University, Denpasar, Bali, Indonesia (P-ISSN: 1907-5286; E-ISSN: 2722-5682). The aim of the journal is to publish original and high-quality articles in the field of architecture, landscape architecture, interior design, building science, building construction, civil engineering and the built environment. Jurnal Anala is published twice a year, in February and September. We accept original articles that have not been previously published elsewhere and are not currently under review for publication.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala" : 6 Documents clear
PERAN ARSITEKTUR DALAM PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL ANYAR SARI PASCA KEBAKARAN DI ERA PASAR MODERN arfendi Hambabandju; Bayu Pratama; Arliansyah Pratama; Frysa Wiriantari
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1395.1-8

Abstract

Resiliensi merupakan bentukan yang lebih baru dan kompleks dari kata keberlanjutan dimana resiliensi menekankan tidak hanya pada kontinuitas, namun juga kemampuan arsitektur tersebut untuk kembali bangkit setelah menghadapi gangguan yang merusak. Perkembangan pasar modern yang dimonopoli swasta tumbuh subur hampir diseluruh wilayah Indonesia. Pertumbuhannya yang begitu masif nyaris melumpuhkan eksistensi pasar tradisional tempat bergantung hidup kebanyakan masyarakat kelas bawah. Kondisi pasar tradisional yang bertolak belakang dengan pasar modern baik fisik maupun manajemennya adalah salah satu faktor penyebab ketertinggalannya. Namun perbaikan fisik saja seperti yang dilakukan pemerintah melalui progam revitalisasi pasar dirasa kurang berdampak signifikan. Maka diperlukan konsep baru untuk meningkatkan daya saingnya, dalam hal ini ada pasar wisata. Pengembangan pasar tradisional Anyar Sari menjadi destinasi wisata kreatif diharap mampu meningkatkan daya saing yang nantinya tidak hanya menyasar masyarakat lokal namun juga wisatawan dari luar daerah. Penerapan arsitektur tropis pada bangunan serta bentuk yang modern minimalis namun tidak meninggalkan unsur tradisi yang merupakan ciri khasnya akan menambah daya tarik pasar ini. Konsep wisata kreatif juga akan meningkatkan kualitas pengunjung pasar yang semula hanya sekedar buying product menjadi buying experince dan wawasan,. Serta melalui konsep ini pula diharapkan mampu menaikkan perekonomian masyarakat lokal melalui track-track wisata lanjutan ke daerah penghasil komoditasnya yang dimulai dari pasar Anyar Sari. Resilience is a newer and more complex form of the word sustainability where resilience emphasizes not only continuity, but also the ability of the architecture to bounce back after facing destructive disturbances. The development of the modern market monopolized private sectors, has flourished in most areas of Indonesia. It grows massively and almost takes over the existence of traditional markets where is filled most of the small medium entrepreneurs or traders. The contrast distinction in physical and management between the traditional and modern markets, are one of the factors creating the gap. However, physical improvements of market buildings done by the government through revitalization program have yet to create significant impact. Then a new strategy is needed to increase the competitiveness and decrease the gap, in this case there is a tourist market. The development of the traditional Anyar Sari market to be a creative tourist destination for local and foreign tourists are expected to increase competitiveness. Applying tropical architecture, minimalist or modern style, and considering the elements of tradition can create attractiveness of this market building. And moreover, the concept of creative tourism can add value and the quality of tourism destination for end-users not only to buy tourism product but also the experience. Through this new development of the iconic market along with creating other tourism spots and tracks inside the region can raise the economy of the local community.
KONSEP PERANCANGAN PASAR WAE KESAMBI SEBAGAI PASAR TRADISIONAL MODERN ceminta wawan
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1398.9-18

Abstract

Kawasan Pasar wae kesambi adalah salah satu pasar tradisional di labuan bajo kabupaten manggarai barat. Kawasan pasar ini terletak di bagian Timur kota labuan bajo. Pasar wae kesambi merupakan tempat jual beli barang ataupun jasa. Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana Konsep Perancangan pasar wae kesambi di Kabupaten manggarai barat. Metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, kuisioner serta data sekunder yang diperoleh dari dokumen-dokumen, peraturan-peraturan yang berkaitan dengan masalah yang akan diteliti. Sedangkan metode analisa yaitu deskriptif, pengelompokan data, analisis dan sintesis hingga menemukan solusi dari masalah yang ada. Berdasarkan hasil penelitian, Konsep perancangan pasar wae kesambi membantu peneliti memberikan arahan konsep perancangan pasar wae kesambi menjadi lebih baik. Hasil analisa menunjukan bahwa konsep perancangan pasar wae kesambi meliputi tapak kawasan pasar. The Wae Kesambi Market area is one of the traditional markets in Labuan Bajo, West Manggarai Regency. This market area is located in the eastern part of the city of Labuan Bajo. Pasar Wae Kesambi is a place for buying and selling goods or services. The formulation of the problem in this paper is how is the design concept of the Wae Kesambi market in West Manggarai Regency. Methods of data collection using observation, interviews, questionnaires and secondary data obtained from documents, regulations relating to the problem to be studied. The analytical method used is descriptive analysis method, data grouping, analysis and synthesis to find solutions to existing problems. Based on the results of the research, the concept of designing the wae kesambi market helps researchers provide direction for the design concept of the wae kesambi market to be better. The results of the analysis show that the design concept for the Wae Kesambi market includes the market area footprint.
DAMPAK ARSITEKTUR TERHADAP IKLIM YANG MEMPENGARUHI KEAWETAN BAHAN BANGUNAN DI DAERAH ASAH GOBLEG DI KABUPATEN BULELENG Chrestofer William Daniel; Benediktus Dairo Bio; I Wayan Gunarta
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1399.19-28

Abstract

Arsitektur bangunan yang menyesuaikan diri dengan alam dan iklim sangat banyak dijumpai di permukaan bumi yang tersebar di berbagai wilayah pembagian iklim. Bangunan tersebut masih tetap eksis atau bertahan hingga sekarang atau terjaga sustainabilitasnya. Salah satu indikator keberhasilan bangunan dalam menjaga keberadaannya adalah pemakaian energi yang efisien atau hemat. Masalah penelitian adalah bagaimana dan dampak apa saja yang di pengaruh iklim terhadap bangunan pada daerah Asah Gobleg di Kab. Buleleng serta bahan bangunan apa saja yang sesuai dengan iklim pada daerah Asah Gobleg di Kab. Buleleng? Metode yang digunakan adalah metode survey, interview dan studi literatur. Hasil penelitian: Desa Gobleg berada di daerah ketinggian yang berhawa dingin, sehingga bangunan di Desa Gobleg sebagian besar menggunakan atap seng dan bangunan tidak terlalu tinggi, karena difungsikan untuk menampung hawa panas yang di sebabkan oleh sinar matahari yang memantuk ke atap seng. Semua pengaruh alam baik itu iklim, radiasi matahari, kelembaban dan curah hujan adalah hal yang tidak biasa dihindari dalam dunia arsitektur hal ini akan terus terjadi namun semua ini bisa diantisipasi dengan lebih mengetahui penyebab dan cara mengatasinya. Building architecture that adapts to nature and climate is very much found on the surface of the earth which is scattered in various climatic division areas. The building still exists or survives today or is maintained its sustainability. One of the indicators of the success of buildings in maintaining their existence is the efficient or efficient use of energy. The research problem is b agaimana and what impacts are influenced by climate on buildings in the Asah Gobleg area in Buleleng Regency and whatbuildings are suitable for the climate in the Asah Gobleg area in Buleleng Regency? The methods used are surveys, interviews and literature studies. Research results: Gobleg Village is located in a cold altitude area, so the buildings in Gobleg Village are large in part using zinc roofs and buildings are not too high, because they are functioned to accommodate the heat caused by sunlight yang squeezing onto the zinc roof. All natural influences be it climate, solar radiation, humidity and rainfall are unusual things to avoid in the architectural world this will continue to happen but all this can be anticipated by knowing more about the causes and how to overcome them.
PERSPEKTIF ARSITEKTUR RESILIENSI BANGUNAN Agustinus Hamek; Hilarius Sinong; Valerinus Adiputra
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1400.29-39

Abstract

Bencana alam merupakan hal yang tidak bisa dihindari, harus dihadapi sebagai bagian dari berkehidupan di Indonesia. Resiliensi arsitektur yang dapat berupa regulasi dan teknik membangun harus dapat mengakomodasi kebutuhan keamanan penduduk dari bencana-bencana yang terjadi. Masalah penelitian adalah bagaimana peran arsitektur dalam tanggap bencana alam? Metode yang digunakan adalah metode survey, interview dan studi literatur. Sistem Arsitektur tanggap Bencana merupakan kesatuan sistem yang diterapkan dan dilaksanakan oleh suatu Arsitektur, pemerintah beserta komponen masyarakat yang terintegrasi dalam suatu sistem dan prosedur yang konkret, dalam rangka menghadapi keadaan darurat bencana alam, maupun sektor informal yang berpotensi menimbulkan gangguan bagi stabilitas keamanan. Natural disasters are inevitable, they must be faced as part of living in Indonesia. Architectural resilience that can be in the form of regulations and building techniques must be able to accommodate the security needs of the population from disasters that occur. The research problem is what is the role of architecture in the response to natural disasters? The methods used are surveys, interviews and literature studies. Disaster Response Architecture System is a unified system implemented and implemented by an architecture, government and community components that are integrated in a concrete system and procedure, in order to deal with natural disaster emergencies, as well as the informal sector that has the potential to cause disturbances to security stability.
RESILIENSI PERMUKIMAN PASCA PANDEMI COVID 19 Putu Andre Irawan; I Gede Esa Darma Santika
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1401.40-45

Abstract

Pandemi saat ini membuat efek disrupsi yang tak pernah terbayangkan dalam sejarah hidup manusia modern. Efek dari Pandemi ini telah memprak- porandakan segala aspek kehidupan. Saat ini jarak tampaknya telah menjadi pertimbangan utama dalam kita beraktivitas. Yang awalnya kita dekat dengan tempat yang menarik karena sejarah kenangan dan estetika nya namun saat ini menjadi urutan yang kesekian di bawah pertanyaan apakah tempat itu sehat. Prioritas Preferensi kita dalam memandang sebuah tempat yang menarik menjadi tempat yang bersih, sehat dan ber protokol. Konsep “Home Zone” dan “Home Range” dengan serta merta pula mengalami pergeseran reabsorpsi. “ Home Zone” dapat diartikan sebagai tempat tinggal kita sedangkan” home Range” adalah lingkungan pemukiman yang luas di sekitar rumah saat ini perilaku dalam meruang di rumah akan lebih meningkat karena perasaan pisikologis kita yang memandang rumah kita lebih aman dan sehat apalagi seiring diperkenalkannya working from home/office (WFH/WFO), maka konsep” Home Zone “berjarak pada sebuah ruang di mana semua aktivitas harus bisa dilakukan di dalamnya. Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimanakah ruang pemukiman di tengah masa pandemi? dan bagaimana cara memandang sebuah tempat yang menarik mejadi tempatyang bersih, sehat dan berprotokol di tengah masa pandemi?. Tujuan yang ingin dicapai adalah untuk mengetahui bagaimana ruang pemukiman di tengah masa pandemic dan mengetahui cara memandang sebuah tempat yang menarik menjadi tempat yang bersih, sehat dan berprotokol di tengah masa pendemi. The current pandemic has created a disruptive effect that has never been imagined in the life history of modern man. The effects of this Pandemic have precipitated all aspects of life. Nowadays distance seems to have become a major consideration in our activities. Which we were originally close to an interesting place because of its memorable history and aesthetics but is currently the umpteenth order under the question of whether the place is healthy. Our preference priorities in viewing an attractive place as a clean, healthy and well-protocolized place. The concepts of "Home Zone" and "Home Range" immediately experienced a shift in reabsorption. "Home Zone" can be interpreted as our place of residence while "home Range" is a large residential environment around the house today the behavior in space at home will increase because of our picological feelings that view our homes as safer and healthier, especially with the introduction of working from home / office (WFH / WFO), hence the concept of "Home Zone "is spaced in a space where all activities must be able to be done in it. Based on the description above, the formulation of the problem raised in this study is how is the residential space in the midst of a pandemic? and how to view an interesting place as a clean, healthy and prototype place in the midst of a pandemic?. The goal to be achieved is to find out how residential spaces are in the midst of a pandemic and know how to view an interesting place into a clean, healthy and protocolized place in the midst of a pandemic.
BANGUNAN TRADISIONAL BALI “BALE SAKANEM” Gabriella Refaya; I Ketut Adhimastra
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1402.46-56

Abstract

Keberadaan Bangunan Bale Sakenem cukup mudah ditemui di Bali. Bale Sakenem sebagai bangunan tradisional yang berfungsi untuk menampung kegiatan tradisional patut diketahui dan dipahami kehadiran wujudnya. Untuk itu, penelitian ini ingin mengetahui pengertian arsitektur tradisional Bali secara umum dan khususnya tentang Bale Sakenem. Melalui metode deskriptip pada studi kasus di Banjar Kaja Desa Pedungan Denpasar Selatan. Hasilnya diperoleh tentang pengertian dan konsep-konsep yang mendasari asitektur tradisional Bali serta keberadaan dari Bale sakanem dimaksud. Walaupun beberapa bahan bangunannya tidak menggunakan bahan alami atau tradisional namun tidak menghilangkan karakter dari rumah tradisional Bali. The existence of the Sakenem Bale Building is quite easy to find in Bali. Bale Sakenem as a traditional building that functions to accommodate traditional activities should be known and understood for its existence. For this reason, this research wants to know the meaning of traditional Balinese architecture in general and specifically about Bale Sakenem. Through a descriptive method in a case study at Banjar Kaja, Pedungan Village, South Denpasar. The results obtained about the understanding and concepts that underlie traditional Balinese architecture and the existence of Bale sakanem referred to. Although some of the building materials do not use natural or traditional materials, they do not lose the character of a traditional Balinese house.

Page 1 of 1 | Total Record : 6