cover
Contact Name
Dr. Juniawan, S.P., M.Si
Contact Email
juniawanwi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sugiartosumas@kemnaker.go.id
Editorial Address
Sekterariat DPP Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia: Gedung Atmodarminto, BPPK Kemenkeu Jl. Purnawarman No. 99, Kebayoran Baru, Jakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Widyaiswara Indonesia
ISSN : 27227464     EISSN : 27212440     DOI : -
Jurnal Widyaiswara Indonesia (JWI) menerima naskah Karya Tulis Ilmiah (KTI) dari para widyaiswara se-Indonesia, pejabat fungsional tertentu, serta dari penulis umum lainnya, termasuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana. Naskah KTI yang dapat diterbitkan pada Jurnal Widyaiswara Indonesia adalah naskah KTI berjenis kajian (research) dan berjenis ulasan (review), serta untuk naskah orasi calon widyaiswara ahli utama. JWI terbit secara berkala pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021" : 5 Documents clear
Efektivitas Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Melalui Pembelajaran Jarak Jauh Herawati
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.59

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan III melalui Metoda Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning) yang dilaksanakan oleh PT. LPP Agro Nusantara Wilayah Medan bekerjsama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas. Metoda pengambilan sample mempedomani Tabel Sample Morgan dan Krejcle dengan teknis Systematic Random Sampling. Jenis penelitian bersifat Analisis Deskriptif. Penelitian efektivitas mempedomani teori David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa Pelaksanaan Latsar CPNS melalui metoda pembelajaran jarak jauh telah dilaksanakan dengan efektif ditinjau dari : 1) Indikator Hasil Kelulusan Peserta 100 % dengan kualifikasi nilai memuaskan 96 % dan sangat memuaskan 4 %. 2) Indikator Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat sebesar 82.665 (Kinerja Mutu Pelayanan “ Baik” ) dan 3) Indikator Produk Kreatif yang dihasilkan oleh penyelenggara dan tenaga pengajar telah mendukung keberhasilan pelaksanaan Latsar. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas Latsar dapat dijadikan referensi untuk peningkatan efektivitas Latsar dimasa mendatang yaitu 1) peserta harus mampu mengoperasikan komputer dan aplikasi internet, 2) penyelenggara harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai serta 3) meningkatkan kompetensi penyelenggara dan tenaga pengajar.
Evaluasi Program Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Nusa Tenggara Barat Baiq Rusniyati
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.64

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kualitas penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS pada Pemerintah Provinsi NTB. Penelitian ini berupa evaluasi program dengan model CIPP (context, input, process, product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi, dan analisis dokumen. Analisis data mengunakan model Miles dan Huberman melalui display data, reduksi data, dan verifikasi data. Temuan penelitian (1) komponen konteks menunjukkan bahwa landasan program sangat jelas. Pola penyeenggaraan Latsar CPNS adalah pola fasilitasi penjaminan mutu oleh BPSDMD Provinsi NTB terhadap Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu melalui perjanjian kerja sama. (2) Komponen input menunjukkan bahwa peserta sebanyak 265 orang, tenaga pelatihan, serta sarana dan prasarana telah memenuhi ketentuan dan standar LAN dalam pelaksanaan Latsar CPNS. (3) Komponen Proses menunjukkan bahwa pembelajaran klasikal berjalan dengan baik. Begitu juga dengan pelaksanaan aktualisasi mulai perencanaan sampai habituasi di tempat kerja. Walaupun terkendala pandemic covid-19, namun dapat teratasi dengan intensitas bimbingan dari mentor dan coach. Proses evaluasi berlangsung tertib dan lancar sesuai pedoman yang ada. (4) Komponen Produk menunjukkan bahwa semua peserta dinyatakan lulus. Pemenuhan kompetensi terlihat dari pelaksanaan habituasi di tempat kerja. Kata Kunci : Evaluasi Program. Pelatihan Dasar CPNS, Model CIPP The purpose of this study was to explain the quality of the implementation of CPNS Basic Training at the NTB Provincial Government. This research is a program evaluation with the CIPP model (context, input, process, product) developed by Stufflebeam using a descriptive qualitative approach. The data collection instruments in this study were interview guidelines, observation sheets, and document analysis. Data analysis used Miles and Huberman models through data display, data reduction, and data verification. Research findings: (1) the context component shows that the program foundation is very clear. The pattern of implementing Latsar CPNS is a pattern of quality assurance facilitation by BPSDMD NTB Province for Bima and Dompu Regencies through a cooperation agreement. (2) The input component shows that 265 participants, training personnel, and facilities and infrastructure have met the LAN requirements and standards in implementing Latsar CPNS. (3) The process component shows that classical learning is going well. Likewise with the actualization implementation from planning to habituation in the workplace. Even though it is plagued by the Covid-19 pandemic, it can be resolved with intense guidance from mentors and coaches. The evaluation process took place orderly and smoothly according to existing guidelines. (4) The product component shows that all participants have passed. The fulfillment of competencies can be seen from the implementation of habituation in the workplace. Keywords: Program Evaluation, CPNS Basic Training, CIPP Model
Pengaruh Partisipasi Taruna dalam Teaching Factory terhadap Hasil Belajar Edy Sutanto
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.67

Abstract

Teaching Factory atau TEFA merupakan metode pembelajaran berbasis produksi/jasa guna menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/ dunia industri. Melalui metode pembelajaran TEFA peserta didik akan beradaptasi secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, sehingga dapat menanamkan mental kerja, meningkatkan kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk yang mempunyai standar mutu industri. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah pengaruh partisipasi taruna dalam TEFA terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan teori partisipasi yang memiliki tingkatan berbeda-beda, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar yang berbeda juga. Penelitian dilakukan dengan menggunakanpendekatan kuantitatif komparatif yang bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan sesudah peristiwa atau isu yang diteliti terjadi. Penelitian dilakukan di Prodi D3 TPPP Poltek Karawang dan Sidoarjo sejak bulan September 2019 hingga Februari 2020.. Jumlah taruna (siswa) pada Prodi D3 TPPP Poltek KP Karawang adalah 85, sedangkan Prodi D3 TPPP Poltek KP Sidoarjo 98, dengan mempertimbangkan populasi yang kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan seluruh Populasi sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi taruna dalam TEFA berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar di kedua Politeknik. Namun demikian, terdapat perbedaan hasil belajar diantara keduanya, hal ini karena adanya perbedaan pada tingkat partisipasi taruna. Hasil dari penelitian ini, berkontribusi sebagai referensi baik bagi institusi pendidikan vokasi maupun para pendidik, untuk mendesain partisipasi taruna dalam metode pembelajaran TEFA, serta menambah literatur studi tentang TEFA khususnya menggambarkan bagaimana perbedaan partisipasi taruna dapat berpengaruh pada keberhasilan studi dalam penerapan metode pembelajaran TEFA. Teaching Factory or TEFA is a production / service-based learning method in order to produce competent graduates according to the needs of the business world / industry. Through the TEFA learning method students will adapt directly to industrial conditions and situations, so that they can instill a work mentality, improve managerial abilities and be able to produce products that have industrial quality standards. The purpose of this research is to answer the questions of research about how the effect of participating student in TEFA on learning outcomes. This study uses the theory of participation which has different levels, so that this can affect different learning outcomes as well. The research was conducted using a comparative quantitative approach and ex post facto research types, which means the data is collected after the event or issue under study occurs.. The research was conducted at D3 TPPP study program Polytechnic of Marine and Fisheries Karawang and Sidoarjo from September 2019 to February 2020 . The number of students in D3 TPPP study program Polytechnic of Marine and Fisheries Karawang is 85, while Sidoarjo is 98, taking into account a population of less than 100 , then this study uses the entire population as the research sample. The results showed that the participation of students in TEFA had a positive and significant effect on learning outcomes at both Polytechnics. However, there are differences in learning outcomes between the two, this is due to differences in the level of participation of students. The results of this study, contribute as a reference for both vocational education institutions and educators, to design the participation of student in TEFA, and to add the TEFA study literature, specifically describing how the differences students participation can influence the differences learning outcomes in the application of TEFA learning models.
Collaborative Governance dalam Pengelolaan Waduk Sei Pulai di Kota Tanjungpinang Hendra Kurniawan; Donie Tuah Fitriano Putra
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.69

Abstract

Beragamnya permasalahan publik membutuhkan tatakelola pemerintahan dengan konsep-konsep baru agar dapat menemukan solusi bersama. Salah satu permasalahan publik adalah keberadaan Sumber Daya Air (SDA) Waduk yang kini dalam kondisi terancam kering dan membutuhkan perhatian berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah maupun non pemerintah. Seperti Waduk Sei Pulai yang berada di Kota Tanjungpinang membutuhkan pengelolaan serius bagi keberlangungannya. Kondisi waduk “sedang sakit” dan berpotensi mengalami kekeringan dimasa mendatang akibat terjadinya eksploitasi hutan lindung yang mengelilinginya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses collaborative governance dalam pengelolaan Waduk Sei Pulai mengacu pada proses kolaborasi menurut Vigoda. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe fenomenologi, serta menggunakan teknik triangulasi hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya keterbatasan kapasitas organisasi, sumber daya keuangan, sumber daya manusia, serta jaringan dalam pengelolaan Waduk Sei Pulai. Banyaknya stakeholder yang terlibat namun proses kolaborasi yang telah dilakukan belum mampu memperlihatkan dampak yang signifikan dalam menyelesaikan persoalan pengelolaan Waduk. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah pentingnya menentukan program inovatif bagi pengelolaan Waduk Sei Pulai, penguatan DLHK dan KPHP Unit IV Bintan Tanjungpinang dalam mengawasi kawasan hutan dan lingkungan waduk menjadi hal penting, melibatkan lebih banyak stakeholder serta perlu dibuat Memorandum of Understanding (MoU) ketika pembagian tugas dan tanggung jawab. Kata Kunci: collaborative governance, pengelolaan sumber daya air, waduk seipulai, tanjungpinang.
Tindak Pengancaman dan Penyelamatan Muka dalam Komunikasi Virtual di Grup Whatsapp “WI Teknis BDK Surabaya” Jamal Jamal
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.76

Abstract

Komunikasi di media sosial whatsapp terindikasi banyak mengandung tindak pengancaman muka yang serius. Komunikator di whatsapp kurang menyadari kebutuhan muka komunikan sehingga ditemukan tuturan yang bernada menyinggung harga diri dan merugikan orang lain. Inilah yang mendorong penelitian deskriptif kualitatif dengan ancangan netnografi subjek penelitian 31 widyaiswara anggota grup whatsapp “WI Teknis BDK Surabaya”. Data percakapan dikumpulkan dengan cara partisipan terlibat yang di-screenshots dianalisis secara kualitatif interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tindak pengancaman muka komunikan berupa ujaran yang berisi ketidaksetujuan, kritik, ejekan, pertentangan, emosi kasar, cerita hoaks, topik menghasut, panggilan merendahkan, memerintah, menawarkan, dan emosi marah, sedangkan bentuk tindak pengancaman muka komunikator berupa ujaran meminta maaf, menerima pujian, merendahkan diri, menerima ucapan terima kasih, menerima permintaan maaf, menerima pujian, menerima tawaran, berhenti memikirkan kesalahan orang, memaafkan, tidak membuka kekurangan orang lain, memperbaiki kesalahan orang, mengyampaikan ketidaksetujuan dan marah secara tidak langsung, mengurangi tensi dengan humor. Bentuk tindak penyelamatan muka disampaikan dengan strategi (a) penyelamatan muka apa adanya, berupa tidak membuka aib, menyampaikan ketidaksetujuan secara tidak langsung, mengurangi tensi dengan humor, marah tidak secara langsung (b) penyelamatan muka positif, berupa bersikap kooperatif, mengakui adanya persamaan (c) penyelamatan muka negatif, berupa meminimalkan daya, menggunakan pertanyaan sebagai pengganti perintah, dan (d) penyelamatan muka tersamar, berupa menggunakan implikatur percakapan. Faktor parameter sosiokultural yang menentukan tindak pengancaman dan penyelamatan muka adalah status sosial, kekuasaan relatif, tingkat keakraban. Untuk mereduksi tingkat ancaman dalam rangka menyelamatkan muka, komunikator memanfaatkan faktor keakraban. Disarankan pengguna whatsapp menyadari kebutuhan muka dan faktor sosiokultural dalam komunikasi, pengambil kebijakan mempertimbangkan hasil penelitian ini dalam pengembangan kompetensi kepribadian dan sosiokultural ASN. Kata kunci: tindak pengancaman muka, tindak penyelamatan muka. parameter sosiokultural There are indications that communication on whatsapp social media contains serious face threatening act. Communicators on whatsapp were not aware of the communicants' face needs so there were found speeches that offended their self-esteem and harmed others. This is what encourages qualitative descriptive research with a netnographic approach to research subjects 31 widyaiswara members of the whatsapp group "WI Teknis BDK Surabaya". Data conversations were collected by means of the involved participants that were screenshots, and were analyzed qualitatively and interactively. The results showed that the form of threatening communicants’face was in the form of utterances that contained disapproval, criticism, ridicule, contradiction, abusive emotions, hoax stories, topic of inciting, demeaning calls, ordering, offering, and angry emotions, while the form of threatening communicator's face was apologizing. accepting praise, humbling oneself, accepting thanks, accepting apologies, accepting compliments, accepting offers, stopping thinking about people's mistakes, forgiving, not opening up other people's shortcomings, correcting people's mistakes, conveying disapproval and anger indirectly, reducing tension by humor. The form of face saving act is conveyed with the strategy (a) face saving as it is, in the form of not opening disgrace, conveying disapproval indirectly, reducing tension with humor, indirect anger (b) saving face positively, in the form of being cooperative, acknowledging similarities ( c) saving negative faces, in the form of minimizing power, using questions as a substitute for orders, and (d) saving faces in disguise, in the form of using conversational implicatures. The socio-cultural parameters that determine the act of threatening and saving face are social status, relative power, and level of intimacy. To reduce the level of threat for saving face, communicators take advantage of the familiarity factor. It is recommended that whatsapp users be aware of face needs and sociocultural factors in communication, policy makers consider the results of this study developing personality and sociocultural competencies of state civil apparatus. Keywords: face saving act, face threatening act, sociocultural parameters.

Page 1 of 1 | Total Record : 5