cover
Contact Name
Suharto
Contact Email
suharto@mail.unnes.ac.id
Phone
+628122853530
Journal Mail Official
suharto@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Gedung B2 Lt.1 Kampus Sekarang Gunungpati Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Harmonia: Journal of Research and Education
ISSN : 25412426     EISSN : -     DOI : 10.15294
Core Subject : Education, Art,
Harmonia: Journal of Arts Research and Education is published by Departement of Drama, Dance, and Music, Faculty of Language and Arts, Universitas Negeri Semarang in cooperation with Asosiasi Profesi Pendidik Sendratasik Indonesia (AP2SENI)/The Association of Profession for Indonesian Sendratasik Educators, two times a years. The journal has focus: Research, comprises scholarly reports that enhance knowledge regarding art in general, performing art, and art education. This may include articles that report results of quantitative or qualitative research studies.
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 4, No 2 (2003)" : 8 Documents clear
RITUAL DAN HIBURAN DALAM TARI TOPENG (Ritual and Entertainment on Mask Dance) Setiawati, Rahmida
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.707

Abstract

Tari maupun topeng bukan hanya mempunyai fungsi ritual, melainkan juga fungsi hiburan. Keduanya saling kait­mengkait dalam satu kontinum untuk memenuhi sebagian dari kehidupan manusia, terutama kebutuhan berekspresi. Eksistensi tari topeng dilatarbelakangi oleh peristiwa yang bersifat ritual, tetapi karena sering digunakan dalam acara­acara yang bersifat hiburan maka ia menjadi tari hiburan. Ketika itu tari merupakan suatu bagian dari kegiatan maanusia yang erat kaitannya dengan magi, musi, agama, kesusastraan, maka tari ebrfungsi ritual. Demikian pula halnya dengan topeng, yang pada masa lalu menjadi alat yang sangat penting dalam hubungannya dengan komunikasi dengan roh­roh maupun Tuhan, maka dia berfungsi ritual. Namun ketika keduanya dikemas menjadi seni tontonan, maka keduanya berfungsi hiburan. Perbedaan dari kedua fungsi tersebut sesungguhnya terletak pada konteks peristiwanya.Kata kunci : Ritual, hiburan, dan tari topeng
MENGUBAH CITRA LENGGER MENJADI MEDIA EKSPRESI ESTETIS  (To Change the Image of Lengger Into Esthetic Medium of  Expression) Budiarti, Muriah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.708

Abstract

Persepsi masyarakat terhadap kesenian rakyat Lengger telah berubah. Lengger pada awal kemunculannya dianggap selalu berkonotasi dengan prostitusi sekarang lengger merupakan media ekspresi estetis. Perubahan citra Lengger disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya oleh seniman penyaji, sajian kesenian Lengger itus endiri dan masyarakat pendukung sedangkan perilaku senimannya adalah faktor terpenting. Diantara seniman lengger di wilayah Banyumas dan sekitarnya yang terkenal adalah Kampi yang banyak mempengaruhi perubahan citra Lengger sehingga dapat disebut sebagai agen perubahan. Orientasi Kampi yang didorong oleh kemampuan menari, olah vokal tata rias busana serta visi misi sebagai wujud penjelmaan diri, melalui “panembahan” tempat “ngalap berkah” telah memperoleh simpati masyarakat umum. Berubahnya kondisi mengakibatkan bertambahnya volume pentas, baik dalam rangka diundang hajatan perkawinan, rekaman studio dan acara­acara lain. Kesenian Lengger sekarang menjadi slah satu kesenian yang populer di Banyumas dan sekitarnya.Kata Kunci: Lengger, Perubahan, Ekspresi estetik.
KRITIK TARI : SEBUAH KEMISKINAN  (Dance Critic: A Proverty) Jazuli, M.
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.709

Abstract

Suatu penulisan dan informasi tari sering terbentur pada kesulitan­kesulitan tertentu sehingga tak sampai kepada khalayak luas. Tentunya hal itu sebenarnya tak perlu terjadi seandainya resensi dan kritik tari hidup subur seiring dengan perkembangan pemikiran seni yang mampu membuka wawasan baru, serta seimbang dengan lahirnya karya­karya tari baru. Unutk itu sudah waktunya kritik menjadi suatu kebutuhan yang urgen guna meningkatkan apresiasi dan kepuasan penciptaan karya tari. Barangkali dapat dikatakan bahwa “tiadanya kritik, maka nilai­nilai dan kualitas sebuah karya tak dapat dikenali dan dipahami; tiadanya kritik berarti salah satu informasi budaya tak sampai”. Namun demikian, melakukan kritik terhadap tari tidaklah mudah, karena dibutuhkan kedewasaan dan kearifan dari pengkritiknya. Sebuah kritik seni (tari) harus mempertahankan aktivitas­aktivitasnya yang memancarkan kejelasan dan kekuatan pamor disiplin ilmu yang mendukung kritiknya. Isi kritik harus proporsional dan mampu menyertakan posisinya (stage of the art) diantara jenis karya tari yang menjadi objek kritik.Kata Kunci : ktirik tari, kritikus
SENI TUTUR JEMBLUNG DI KABUPATEN BANYUMAS  (Art oral action Jemblung in Kabupaten Banyumas) Pratjichno, Bambang
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.710

Abstract

Pertunjukan   Jemblung   dilaksanakan   semalam   suntuk   seperti halnya   kebiasaan   seni   pertunjukan   di   Jawa   umumnya.   Sumber   cerita tersebut   diatas   dikemas   dalam   sebuah   lakon   drama   dengan   cara memadukan antara   tembang,   gending,   dialog   antar  tokoh   yang   terlibat dalam alur cerita kemudian diungkapkan secara oral. Dalam pertunjukan Jemblung poeranan dalang sangat vital karena selain sebagai pimpinan pertunjukan juga bertindak sebagai sutradara pertunjukan. Struktur sajian Jemblung   terdiri   dari   beberapa   adegan,   yaitu   pambuka,   jejer   seisan, adegan Aluas, Adegan Gagah, adangan Karang Padesan, adegan Gecul, adegan   Prnesan,   adegan   Tangisan,   dan   Panutup.   Penyajian   adegan­adegan tersebut tampak ada kemiripan dengan sajina kethoprak, seperti ada   peran   raja,   sentana,   dan  kawula.   Namun, demikian   keberadaan peran­peran seperti itu disesuaikan dengan cerita yang disajikan.Kata kunci : Jemblung, struktur pertunjukan.
KEHADIRAN TARI GAYA SURAKARTA DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA (The Existence of Surakarta Classical Dance stile in the special  of Propinci Yogyakarta) Sumaryanto, Sri
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.711

Abstract

Studi ini bertujuan untuk melacak serta mengungkap perkembangan tari gaya Surakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta. Hampir dapat dipastikan, pecahnya Mataram menjadi dua pada tahun 1755, merupakan peristiwa yang melatarbelakangi pembentukan tari gaya Surakarta dan gaya Yogyakarta. Tari gaya Yogyakarta lebih bersifat klasik dengan garis­garis lurus yang kokoh, sedangkan gaya Surakarta telah mengarah ke gaya romantik dengan garis­garis lengkung yang indah.Mengingat masyarakat Yogyakarta dan Surakarta yang sejak pecahnya Mataram selalu terlibat persaingan, maka suatu kejanggalan yang sangat menarik apabila saat ini di Yogyakarta ternyata banyak dipergelarkan tarian gaya Surakarta, demikian sebaliknya. Asumsi semula memperkirakan perubahan struktur masyarakat mengakibatkan adanya perubahan selera estetis, ternyata terdapat faktor­faktor lain penyebab tari gaya Surakarta dapat diterima oleh masyarakat Yogyakarta, bahkan kehidupannya cukup subur.Perkembangan tari gaya Surakarta di Yogyakarta berkaitan erat dengan masyarakat Yogyakarta sebagai pendukungnya. Sebagai masyarakat kota yang memiliki akar kebudayaan tradisional yang kuat dan terbuka bagi cita kebangsaan baru dan cita modernitas, masyarakat kota merupakan komunitas yang ambivalent dlam sikap budayanya. Disisi lain peranan pemerintah yang secara sadar telah memberikan sarana dan prasarana, serta eksisnya organisasi­organisasi tari gaya Surakarta relatif baru, artinya bagi perkembangan tari gaya Surakarta di Daerah Istimewa Yogyakarta. Seniman­seniman tari gaya Surakarta yang disesuaikan dengan tuntutan “kekinian”, disamping juga mampu mengemas seni pertunjukan tari menjadi sebuah bentuk kesenian yangmenarik untuk diikuti.Kata Kunci : Tari, Gaya, Surakarta, Yogyakarta
KEMAMPUAN MENYUSUN KOMPOSISI MUSIK TARI PADA  MAHASISWA JUR. TARI UNJ (The ability to Compose Music Dance at Dance Departemen Students,  Jakarta University) Supriadi, Didin
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.712

Abstract

Penelitian   ini   untuk   data   kemampuan   menyusun   nada,   membuat komposisi musik mahasswa tari sebagai iringan koreografi tarinya. Sampelpenelitian   adalah   para   mahasiswa   Jurusan   Seni   Tari   FBS­UNJ   yang mengikuti mata kuliah iringan tari berjumlah 20 orang mahasiswa.Penelitian   in   menggunakan   metode   analisis kualitatif   menyangkut kemampuan menyusun nada­nada, membuat komposisi musik sekaligus mengadaptasikan   musik   iringan   pada   koreografi   tarinya   secara   selaras dan memiliki kesesuaian dengan penampilannya.Identifikasi kesesuaian musik dan koreografi tari mahasiswa melalui verifikai   penyesuaian   garapan   menentukan   nada­nada   kromatisasi, instrumen   yang   dipakai,   hingga   membuat   partitur   iringan   untuk disesuaikan kedalam koreografi tariannya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk dan pola musik yang digarap   mahasiswa   sangat   beragam.   Penyesuaian isntrumen ditekankanpada alat perkusi yang memiliki fungsi sama digunakan seperti Demung,   Saron,   untuk   pola   musik   Lancaran,   Ladrang,   dan   Ketawang. Pengembangan   pola   musik   garapan   seperti   unsur   vokal,   senggakan menjadi   variasi   penguat     untuk   memadukan   pola   lancarsan,   pola   ritmik musik   secara   dinamis.   Unsur   luk   dan   mebas   dipertunjukkan sebagai wujud   tekanan   suara   agar   mampu   menimbulkan   suara   bebas dikumandangkan secara teratur dan bervariasi.Kesimpulan bahwa hasill penyusunan musik koreografi mahasiswa lebih   menekankan   pada   bentuk   dan   pola   I   tipe   umum   dalam   karawitan biasa. Bentuk dan pola II pada akumulasi jenis sengakan dan virtualisasi vokal   secara   variatif,  dan   bentuk   dan   pola   III yang   lebih   mengandalkan variasi bervariasi sesuai penata musik yang dapat dihembuskan sebagai feeling semata.Kata   Kunci :   Pola­pola   Garap/Penyusunan   Musik   Koreografi,   koreografi untuk mahasiswa tari UNJ.
SIMBOL BARONG DALAM KEHIDUPAN SOSIAL­RELIGIUS UMAT HINDU DI BALI (The Barng Simbol in Sosial­Religius Life of Hindunist in Bali) Astini, Siluh Made
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.713

Abstract

Di Bali ada beberapa kesenian yang meanrik untuk diamati, lebih ­lbih p[ada seni pertunjukanya. Barong adalah salah satu seni pertunjukan yang sangat digemari oleh masyarakat Bali sendiri, turis­turis domestik, maupun turis­turis mancanegara yang datang ke Pulau Dewata.  Barong yang dipertunjukkan di tempat profan yang fungsinya hanya untuk menghibur para tamu merupakan barong yang tidak sakral. Barong yang disakralkan adalah barong yang dianggap sebagai pelindung masyarakat karena barong sendiri dianggap mempunyai kekuatan gaib yang terletak pada mata dan anggotanya. sakral tidaknya beberapa barong di Bali, tergantung dari proses pembuatannya. Di samping itu umumnya barong­barong yang telah disakralkan tempatnya selalu berada di tempat suci umat Hindu. Barong­barong yang ada di Bali banyak sekali bentuk dan jenisnya, diantaranya barong macan, barong bangkal, baron landung, danlain sebagainya.Kata Kunci :  Simbol Barong, Jenis­jenis Barong, dan Proses  Pembuatannya
PERBEDAAN EFEKTIVITAS ANTARA PENGGUNAAN NOTASI BALOK DENGAN NOTASI ANGKA DALAM MENINGKATKAN KETRAMPILAN MEMAINKAN REKORDER SOPRAN PADA MAHASISWA PENDIDIKAN ANAK USIA DINI (PAUD) UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA (The Effectiveness difference between the using of Adi S., Tuti  Tarwiyah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 2 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i2.714

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan efektifitas antara penggunaan notasi balok angka dalam meningkatkan ketrampilan memainkan rekorder sopran pada Mahasiswa PAUD UNJ.Yang menjadi masalah adalah : mana yang lebih efektif, penggunaan notasi balok atau notasi angka dalam meningkatkan ketrampilan memainkan rekorder sopran pada Mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri Jakarta (UNJ).Hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut : penggunaan notasi balok lbih efektif daripada penggunaan notasi angka dalam memainkan rekorder sopran pada mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Univesitas Negeri Jakarta.Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen. sampel penelitian ini terdiri dari 60 orang mahasiswa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Universitas Negeri  Jakarta dengan perincian : 30 orang mendapat perlakuan notasi balok dan 30 orang mahasswa mendapat perlakuan notasi angka.Sebelum data diolah kedalam rumus uji­t, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas. hasil uji normalitan dari kedua kelompok ternyata menunjukkan bahw ahanya satu kelompok yan populasinya dapat dinyatakan normal yaitu didapat LO = 0,0247 dan Lt = 0,161 pada derajat 0,05 untuk n = 30. jadi dengan kata lain Ho yang menyatakan populasi asal sampel berdistribusi tidak normal ditolak. Sedangkan hasil dari uji homogenitas didapat x2 = 1,3608 dan xt2 =* 42,557.   ternyata   X2   <   Xt2   maka   Ho   :   d12   =   d22   diterima   pada   taraf signifikan   0,05   yang   berarti   data   yang   terdapat   pada   sampel   2   dan   II adalah homogen.Setelah   data   diuji   dengan   uji   normalitas   dan   homogenitas   lalu dianalisis melalui rumus ujit. Hasil analisi tersebut adalahs ebagai berikut : Nilai uji t yang didapat sebesar 3,306, sedangkan nilai tabel untuk db 50 pada  alfa 0,05 = 2,008 dan pada alfa 0,01 = 2,671. Jadi, dengan demikian dapat   dikatakan   bahwa   hasil   belajar   ketrampilan   memainkan   rekorder sopran   melalui   notasi balok   jauh   lebih   efektif   daripada   hasil   belajar kerampilan   memainkan   rekorder   sopran   melalui notasi   angka.   Dengan demikian, Ho ditolak dengan taraf signifikan 0,01.Kata Kunci : efektifitas, Notasi Balok, Notasi Angka, Rekorder Sopran.

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2003 2003


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 1 (2023): June 2023 Vol 22, No 2 (2022): December 2022 Vol 22, No 1 (2022): June 2022 Vol 21, No 2 (2021): December 2021 Vol 21, No 1 (2021): June 2021 Vol 20, No 2 (2020): December 2020 Vol 20, No 1 (2020): June 2020 Vol 19, No 2 (2019): December 2019 Vol 19, No 1 (2019): June 2019 Vol 18, No 2 (2018): December 2018 Vol 18, No 1 (2018): June 2018 Vol 17, No 2 (2017): December 2017 Vol 17, No 1 (2017): June 2017 Vol 16, No 2 (2016): December 2016 Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016) Vol 16, No 1 (2016): (Nationally Accredited, June 2016) Vol 16, No 1 (2016): June 2016 Vol 15, No 2 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2015) Vol 15, No 2 (2015): December 2015 Vol 15, No 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 1 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, June 2015) Vol 14, No 2 (2014): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2014) Vol 14, No 2 (2014): December 2014 Vol 14, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 1 (2014): (DOI & DOAJ Indexed, June 2014) Vol 13, No 2 (2013): December 2013 Vol 13, No 2 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, December 2013) Vol 13, No 1 (2013): June 2013 Vol 13, No 1 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, June 2013) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 3, No 2 (2002) Vol 3, No 2 (2002) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 1 (2000) Vol 1, No 1 (2000) More Issue