cover
Contact Name
Suharto
Contact Email
suharto@mail.unnes.ac.id
Phone
+628122853530
Journal Mail Official
suharto@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Gedung B2 Lt.1 Kampus Sekarang Gunungpati Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Harmonia: Journal of Research and Education
ISSN : 25412426     EISSN : -     DOI : 10.15294
Core Subject : Education, Art,
Harmonia: Journal of Arts Research and Education is published by Departement of Drama, Dance, and Music, Faculty of Language and Arts, Universitas Negeri Semarang in cooperation with Asosiasi Profesi Pendidik Sendratasik Indonesia (AP2SENI)/The Association of Profession for Indonesian Sendratasik Educators, two times a years. The journal has focus: Research, comprises scholarly reports that enhance knowledge regarding art in general, performing art, and art education. This may include articles that report results of quantitative or qualitative research studies.
Articles 10 Documents
Search results for , issue " Vol 7, No 3 (2006)" : 10 Documents clear
Seni Pertunjukan Arak-arakan dalam Upacara Tradisional Dugdheran di Kota Semarang (Arak-arakan Performing Art of Dugdheran Tradisional Ceremony in Semarang City) Cahyono, Agus
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.741

Abstract

Warga masyarakat Semarang, sebagai satuan masyarakat yang hidup di daerah pesisirutara pulau Jawa, juga memiliki peristiwa yang dipandang khusus dan memiliki artipenting. Salah satu peristiwa penting bagi kehidupan warga masyarakat Semarang yaituketika menyambut datangnya bulan suci Ramadhan, warga masyarakat Semarang selalumenantikan upacara tradisional dugdheran. Tradisi dugdheran dilaksanakan setahun sekalimenjelang bulan Ramadhan dan berlangsung hingga sekarang. Fenomena ini menarikuntuk dikaji dari perspektif sosial budaya. Artikel ini merupakan hasil penelitian yangbertujuan mengungkap makna simbolik arak-arakan dalam upacara ritual dugdheran dikota Semarang. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan diperoleh hasil, maknasimbolik bentuk pertunjukan Arak-arakan sebagai upaya dakwah bagi pemuka agamaIslam, edukatif bagi orang tua, rekreatif bagi anak, dan promosi wisata bagi kepentinganbirokrat dan masyarakat.Kata Kunci: Arak-arakan, dhugdheran, bentuk pertunjukan, makna simbolik
Makna Tari Canthangbalung dalam Upacara Gunungan di Kraton Surakarta (The Meaning of Canthangan Dance in Gunungan Ceremony in Surakarta Castel) Wahyudiarto, Dwi
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.739

Abstract

Dalam upacara gerebeg gunungan di Surakarta dan Yogyakarta Canthangbalung merupakan penaridi barisan paling depan yang bertindak sebagai pemimpin upacara. Berbagai atribut, rias busanayang unik serta gerak-gerik yang lucu, membuat orang menjadi gembira. Sebagai pemimpinupacara, Canthangbalung tidak saja memimpin rombongan secara fisik, akan tetapi jugabertanggungjawab keselamatan semua rombongan. Dalam budaya Jawa bertugas untuk nyingkirkegodho rencana dan sarap sawan, baik yang kasat mata maupun yang tidak kasat mata. Kehadirantari Canthangbalung dalam gerebeg gunungan memiliki makna ganda yaitu disamping sebagaihiburan, juga penjaga keselamatan serta makna-makna yang sangat filosofis, berkait denganmasyarakatnya. Simbol sebagai fenomena fisik, terlihat dalam bentuk fisik dari tariCanthangbalung dengan berbagai atribut gerak dan asesorinya. Pemaknaan simboliknya dipahamioleh masyarakat pendukung sudah diyakini semenjak jauh generasi sebelumnya.Kata Kunci : makna tari, Canthangan, gunungan, gerebeg,
Ruwatan (Merti Desa) Masyarakat Gunungkidul Pasca Gempa Bumi Tektonik di Daerah Istimewa Yogyakarta (Ruwatan of Gunungkidul Society After Tectonic Earthquake In Special Province of Yogyakarta Lestari, Wahyu
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.726

Abstract

  Merti Desa merupakan salah satu upacara ritual yang sudah mentradisi pada masyarakat Jawa khususnya. Merti Desa sebagai bentuk upacara ritual oleh masyarakat Gunungkidul dilaksanakan pada setiap tahun sekali, sebagai tradisi dan ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Merti Desa juga merupakan ritual untuk mengucapkan terimakasih atas hasil panen yang telah diterimanya, serta sebagai wahana melestarikan budaya nenek moyang yang dilaksanakan secara turun temurun kepada generasi selanjutnya kepada nenek yang berujud ritus sosial masyarakat. Merti Desa dilaksanakan dalam berbagai rangkaian acara seperti upacara yang melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dipimpin oleh Pemerintah daerah pada wilayah desa tertentu, diikuti oleh warga masyarakat setempat, oleh pemerintah atau pamong Desa upacara Merti Desa juga sekaligus dapat digunakan sebagai wahana mengajak masyarakat melestarikan dan nguri-uri tradisi warisan nenek moyang serta mengajak masyarakat mengambil hikmah dan nilai-nilai yang terkandung dalam upacara tradisi Merti Desa. Diharapkan masyarakat dapat menikmati hiburan atau tontonan serta mendapat tuntunan dan mengambil nilai filosofis yang terkandung di dalamnya, diantaranya manusia harus selalu eling lan waspodho, mengingat dan mengucapkan terimakasih kepada Bumi yang telah memberi segalanya untuk kebutuhan kehidupan manusia. Gempa Bumi yang telah terjadi tidak menghalangi warga masyarakat Gunungkidul untuk menyelenggarakan Upacara Ruwatan Desa. Ruwatan Desa dilaksanakan dengan pertunjukan wayang kulit purwa sebagai upacara tradisi masyarakat yang perlu dilestarikan, terutama konsep Merti Desa.   Kata kunci: ruwatan, ritus, wayang kulit purwa
Laesan sebuah Fenomena Kesenian Pesisir : Kajian Interaksi Simbolik antara Pemain dan Penonton (Laesan, a Phenomenon of Beach Arts : A Study of Symbolic Interaction between The Players and Audiences) Kusumastuti, Eny
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.730

Abstract

Laesan adalah salah satu kesenian tradisional kerakyatan masyarakat pasisir desa Bajomulyo, kecamatan Juwana, kabupaten Pati, Jawa Tengah, dengan fenomena trance yang merupakan bagian paling pokok dalam kesenian itu. Masalah dalam penelitin ini adalah (1) bagaimanakah bentuk penyajian kesenian Laesan ? (2) bagaimanakah proses terjadinya interaksi simbolik antara pemain dan penonton? (3) simbol-simbol apakah yang dapat membentuk terjadinya proses interaksi simbolik antara pemain dan penonton? Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui, memahami dan menjelaskan : (1) bentuk kesenian Laesan, (2) proses terjadinya interaksi simbolik antara pemain dan penonton, (3) simbol-simbol yang ada dan digunakan untuk membentuk interaksi simbolik antara pemain dan penonton.Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik observasi partisipan, wawancara dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi, mengklarifikasi, mendiskripsikan, menyimpulkan dan mengiterpretasikan semua informasi secara selektif. Teknik Pemeriksaan data menggunakan dependabilitas dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Laesan mempunyai bentuk penyajian yang meliputi (a) tiga bagian penyajian yaitu awal pertunjukan, inti pertunjukan, akhir pertunjukan, (b) unsur-unsur perlengkapan pentas; (c) iringan; (d) rias dan busana; (e) gerak tari representasional dan non representasional. Proses interaksi simbolik terjadi pada setiap bagian pertunjukan. Simbol-simbol yang membentuk proses interaksi simbolik meliputi dupa, sesaji, nyanyian pengiring, makna trance dalam Laesan.   Kata kunci : Laesan, interaksi simbolik, simbol, trance
Kompetensi sebagai Basis Pendidikan Seni (Competency as a Basic of Arts Education)Kompetensi sebagai Basis Pendidikan Seni (Competency as a Basic of Arts Education) Setiawati, Rahmida
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.735

Abstract

Kebijakan pendidikan nasional selama ini cenderung mengedepankan pendidikan sains danteknologi sehingga pendidikan seni tampak terpinggirkan. Dampak dari kebijakan semacam itu diantaranya adalah muncul krisis moral, budaya, dan mudah timbul kekerasa. Dalam konteks inilahpendidikan seni yang berdimensi moral menjadi sebuah alternatif yang dapat membantu orang gunamencerdaskan emosional dan intelektual, menghargai pluralitas budaya dan alam semesta,menumbuhkan daya imajinasi, motivasi dan harmonisasi dalam menyiasati atau menanggapi setiapfenomena sosial budaya yang muncul ke permukaan. Pengembangan tujuan pendidikan senihendaknya mendasarkan nilai-nilai, gagasan peserta didik, dan pola-pola hidup kreatif melaluilatihan-latihan. Oleh karena itu, kompetensi dasar yang penting dikembangkan melalui pendidikanseni adalah kemampuan yang mampu menjebatani dan mendukung tercapainya tujuan pendidikansecara umum. Dari sinilah guru seni dituntut mampu memenuhi persyaratan, di antaranya adalah:berwawasan luas, terampil, dan bertanggungjawab terhadap profesinya; menguasai bidang ilmu(seni) dan dapat mengembangkan materi ajar; mamahami maturitas dan perkembangan peserta didikdalam belajar seni; menguasai teori dan praktik dalam kerangka pembelajaran seni; mampumerancang dan mengelola pembelajaran seni.Kata kunci: pendidikan seni, kompetensi dasar
Fungsi dan Ciri Khas Kesenian Rebana di Pantura Jawa Tengah (Function and Characteristic of Rebana in the Beach Region of Central Java) Sinaga, Syahrul Syah
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.736

Abstract

Kesenian Rebana merupakan salah satu kesenian yang bernafaskan Islam keberadaannya sangatmelekat pada pola kehidupan masyarakat di Pantai Utara Jawa Tengah mulai dari pedasaan sampaiperkotaan. Melekatnya aktifitas rebana tidak terlepas dari fungsi kesenian rebana bagi masyarakatpendukungnya serta dukungan dari tokoh masyarakat dan para alim ulama. Sebagai salah satumedia dakwah, aktifitas kesenian rebana hadir dari berbagai kegiatan kelompok pengajian, kegiatanperingatan hari besar islam, tasyakuran, walimatul Urusy, Walimatul Khitan, Walimatul Hamli,maupun perayaan yang lain. Bentuk penampilan kesenian rabana dapat dikategorikan dalam bentuktradisional maupun modern. Perbedaan rebana tradisi terletak pada peralatan musik yang digunakanyaitu berupa alat musik terbang dan lagu-lagu yang dibawakan umumnya diambil dari kitab albarjanzi,kitab dziba, kitab simbud durror, dan kitab kuning lainnya, sementara rebana modernterdapat penambahan peralatan musik yang bertangga nada diatonis seperti key board dalammengiringi lagu-lagu mulai dari musik pop, musik dangsut, musik campur sari dan lainya, denganmenggunakan teks lagu dengan bahasa Arab, bahasa Jawa, dan Bahasa Indonesia yang semuanyamenggunakan seperangkat alat musik rebana sebagai rirngan lagu. Bentuk penampilan rebanatradisional maupun modern, masing-masing mempunyai wilayahnya sendiri-sendiri yang menjadiciri- khas dari daerahnya seperti salafudin Pekalongan, Semarangan, dan Demak.Kata kunci: Walimatul Urusy, Walimatul Khitan, Walimatul Hamli, fungsi
Paradigma Baru Penelitian Seni (The New Paradigm of Arts Research) Martopo, Hari
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.737

Abstract

Atmosfer penelitian seni di lingkungan perguruan tinggi seni masihterasa kering bila dibandingkan dengan penelitian ilmu-ilmu lain,terutama oleh karena persoalan paradigma dan parameter ilmiah.Paradigma lama yang memandang dikotomis ilmu dan seni sebagaisuatu relasi yang berhadap-hadapan sesungguhnya benar-benar telahusang. Pikiran seperti itu perlu segera dikoreksi karena hakikat seniadalah suatu disiplin yang bersifat sains dan filsafat; maka paradigmabaru perlu dikembangkan untuk tujuan pembebasan berpikir terutamabagi para peneliti seni. Kebebasan berpikir dan perasaan merdeka sangatmendorong peneliti seni menghasilkan banyak kreativitas, inovasi, danpenemuan-penemuan.Kata kunci: penelitian, seni, paradigma, kreativitas.
Ismail Marzuki : Komponis Lagu-lagu Perjuangan (Ismail Marzuki : The Composer of Patriotic Songs) Sw, Hardani
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.740

Abstract

Sejarah musik Indonesia diwarnai dengan banyaknya lagu-lagu patriotik yangdigubah oleh beberapa komponis terkemuka, salah seorang di antaranya IsmailMarzuki. Ia mulai menggubah lagu pada usia 17 tahun, lagu “Oh Sarinah”merupakan lagu ciptaan pertamanya. Ia meninggal dunia pada usia 44 tahun Ia telahmenghasilkan tidak kurang dari 240 lagu sehingga membuatnya menjadi salahseorang dari komponis lagu-lagu perjuangan Indonesia yang sangat produktif.Sebagian besar karyanya mengungkapkan jiwa kebangsaan bagi perjuangankemerdekaan yang sangat tinggi. Sebagai seorang komponis, Ismail Marzuki tetapsetia pada perjuangan kemerdekaan negara, keselamatan rakyat, dan bangsa. Dalampengabdiannya pada Negara dan seni, Ismail Marzuki mendapat penghargaan nyatayang namanya telah terukir dengan tinta emas dalam Jakarta Art Center yangdibuka ditahun 1968 yang kemudian dikenal dengan nama Taman Ismail Marzuki.Ismail Marzuki punya peran penting dalam meneruskan jiwa patriotik bagiperjuangan kemerdekaan, yang berangkat dari profesinya sebagai seorang musisidan komponis.Kata kunci: Komponis, lagu-lagu perjuangan.
Model Pembelajaran Musik Angklung Sunda Kreasi di Sanggar Saung Angklung Udjo Nglagena, Padasuka Bandung Jawa Barat. (Model Study of Music Angklung Creation in Gallery of Saung Angklung Udjo Ngalagena Padasuka Bandung West Java) Supriadi, Didin
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.742

Abstract

Udjo Ngalagena [UN] dan Sanggar Saung Angklung Udjo Ngalagena [SAUN]merupakan pelaku budaya yang berperan dalam upaya melestarikan danmengembangkan jenis-jenis musik angklung. Sosok Udjo Ngalagena merupakanfigur pribadi dan institusi yang aktif dalam proses transformasi musik angklung darifungsi seni yang berfungsi untuk upacara ritual yang berhubungan dengan paninpadi, kemudian menjadi seni hiburan dan totonan. Berbagai upaya kreatif dilakukanoleh Udjo Ngalagena maupun bersama sanggar-nya, dari mulai; [1] kerjaeksperimentasi bentuk jenis-jenis musik yang terbuat dari bambu khususnya musikangklung, [2] model pembelajaran yang menggunakan sitem nomor, danmenggunakan simbol gerak tangan, hingga terbentuk inovasi musik angklung, yangkemudian dikenal dengan musik angklung Sunda kreasi Udjo. Sanggar SaungAngklung UN yang merupakan pembaharu jenis musik angklung telah menjadikanmusik angklung sebagai bentuk musik pertunjukan yang bisa setiap saatdipentaskan bahkan hampir setiap hari selalu mementaskannya terutama bilakedatangan para tamu dari mancanegara maupun tamu domestik yang berkunjung.Kata Kunci : Udjo Ngalagena, model pembelajaran, Angklung Sunda Kreasi.
Uji Akustik Limbah Film Roentgen sebagai Bahan Alternatif Pengganti Membran Alat Musik Drum (Acoustic Test of Roentgen Film Waste as an Alternative Material of Drum Musical Instrument) Haryono, Slamet; Handayani, Langlang
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 7, No 3 (2006)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v7i3.743

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakter akustik dari membran snare drum yangdibuat dari limbah film Roentgen dan karakter akustik membran snare drum yang beredar dipasaran, yang berupa pola gelombang, frekuensi dan amplitudonya. Dengan menggunakanmetode eksperimen, data-data yang diperlukan diperoleh dengan menggunakan seperangkatalat uji akustik berbasis MBL (Microcomputer Based Laboratory). Dari keseluruhanrangkaian kegiatan penelitian diperoleh simpulan bahwa kedua jenis membran memiliki polagelombang yang berbentuk gelombang kompleks dengan masing-masing variasi amplitudo,frekuensi nada dasar dan harmonik yang menyertainya. Disarankan untuk mengadakanpenelitian lebih lanjut berkaitan dengan daya tahan membran yang dibuat dari bahan initerhadap pukulan, untuk mengetahui kelayakan limbah film Roentgen sebagai alternatifpengganti membran alat musik drum.Kata kunci: uji akustik, film roentgen, alat musik drum

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2006 2006


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 1 (2023): June 2023 Vol 22, No 2 (2022): December 2022 Vol 22, No 1 (2022): June 2022 Vol 21, No 2 (2021): December 2021 Vol 21, No 1 (2021): June 2021 Vol 20, No 2 (2020): December 2020 Vol 20, No 1 (2020): June 2020 Vol 19, No 2 (2019): December 2019 Vol 19, No 1 (2019): June 2019 Vol 18, No 2 (2018): December 2018 Vol 18, No 1 (2018): June 2018 Vol 17, No 2 (2017): December 2017 Vol 17, No 1 (2017): June 2017 Vol 16, No 2 (2016): December 2016 Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016) Vol 16, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 1 (2016): (Nationally Accredited, June 2016) Vol 15, No 2 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2015) Vol 15, No 2 (2015): December 2015 Vol 15, No 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 1 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, June 2015) Vol 14, No 2 (2014): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2014) Vol 14, No 2 (2014): December 2014 Vol 14, No 1 (2014): (DOI & DOAJ Indexed, June 2014) Vol 14, No 1 (2014): June 2014 Vol 13, No 2 (2013): December 2013 Vol 13, No 2 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, December 2013) Vol 13, No 1 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, June 2013) Vol 13, No 1 (2013): June 2013 Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 3, No 2 (2002) Vol 3, No 2 (2002) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 1 (2000) Vol 1, No 1 (2000) More Issue