cover
Contact Name
Suharto
Contact Email
suharto@mail.unnes.ac.id
Phone
+628122853530
Journal Mail Official
suharto@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Gedung B2 Lt.1 Kampus Sekarang Gunungpati Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Harmonia: Journal of Research and Education
ISSN : 25412426     EISSN : -     DOI : 10.15294
Core Subject : Education, Art,
Harmonia: Journal of Arts Research and Education is published by Departement of Drama, Dance, and Music, Faculty of Language and Arts, Universitas Negeri Semarang in cooperation with Asosiasi Profesi Pendidik Sendratasik Indonesia (AP2SENI)/The Association of Profession for Indonesian Sendratasik Educators, two times a years. The journal has focus: Research, comprises scholarly reports that enhance knowledge regarding art in general, performing art, and art education. This may include articles that report results of quantitative or qualitative research studies.
Articles 24 Documents
Search results for , issue "Vol 4, No 1 (2003)" : 24 Documents clear
PENGAMBILAN KEPUTUSAN BAGI WANITA UNTUK MENJADI  PEMAIN WAYANG (Studi Peranan Wanita Pada Kelompok Wayang Orang  di Jawa Tengah)  Decision making of the Woman to Become Puppet Player (Study of Woman Role of Wayang Wong Groups in Central Java) Ratih, Endang; Lestari, Wahyu
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.697

Abstract

Pengambilan keputusan terhadap segala sesuatu baik dalam kehidupan rumah  tangga maupun dalam hal pekerjaan dewasa ini bukan lagi menjadi monopoli laki­laki melainkan juga dapat dilakukan oleh kaum wanita. Masalah sentral dalam penelitian adalah fakta yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan untuk  mendapatkan faktor dalam atau motivasi para wanita dalam pengambilan keputusan  untuk menjadi pemain wayang. Penelitian peranan wanita pemain wayang,  menggunakan pendekatan kualitatif guna mengungkap permasalahan secara  holistik, lokasi penelitian di perkumpulan wayang orang terkenal di wilayah Jawa  Tengah. Subyek penelitian adalah perempuan pemain wayang yang telah bekerja selama minimal lima tahun dan masih aktif bekerja sebagai pemain wayang. Teknik  pengumpulan data digunakan, wawancara dan observasi, dianalisis melalui reduksi,  verifikasi dan penyajian data. Hasil penelitian mewujudkan bahwa secara umum semua subyek dalam mengambil keputusan untuk menjadi pemain wayang dipengaruhi oleh bakat,  keturunan selanjutnya menjadi hobi yang sekaligus dapat dimanfaatkan menjadi  pekerjaan, untuk menambah kebutuhan ekonomi keluarga. Keberhasilan lain juga ditunjukkan dalam peran gandanya yaitu perempuan sebagai pekerja dan pendidik  anak­anaknya meraih sukses kehidupan. Penelitian dapat merekomendasikan  beberapa hal antara lain agar para wanita tidak ragu­ ragu tetap menekuni  pekerjaannya secara profesional, tanpa harus melalaikan kewajiban sebagai ibu  rumah tangga. Profesi pada bidang seni tidak hanya sebagai pemain wayang saja,  melainkan pada bidang lain, seperti pesinden atau penyanyi, untuk membantu  memperoleh penghasilan tambahan.Kata kunci: pengambilan keputusan, pemain wayang, wanita.
CALON ARANG KISAH DRAMATIS DARI GIRAH Kajian Tekstual Dan Kontekstual  (Calon Arang the dramatic folklore from Girah: A Textual and Contextual Study) Mariani, E.R.E.N.
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.699

Abstract

Inti pokok naskah drama Calon Arang merupakan lakon yang bersumber dari sifat  seorang janda dari desa Girah. Oleh karena sifat perbuatannya yang tercela dan  merugikan penduduk di wilayah negeri Oaha. terpaksa mengantarkannya wituk  berhadapan langsung dengan penguasa itu. Calon Arang adalah janda dari desa  Girah yang sakti, keji, menguasai beragam ilmu magis dan teluh. la dengan  pongahnya memperdaya prajurit Daha. Raja Eriangga merasa berduka dan masygul.  Empu Baradhah menggunakan siasat untuk mengalahkan Colon Arang. Empu  Baradhah mengirim murid terkasihnya, Bahula. untuk melamar putri tunggal Colon  Arang, Ratna Manggali. Setelah menjadi suami istri, Bahula melaksanakan perintah  gurunya. mencuri kitab bertuah ilmu teluh Calon Arang. Setelah mengetahui  kelemahan Calon Arang. kemudian Empu Baradhah mencari janda dari desa Girah  itu. Terjadilah perang landing. Akhirnya Calon Arang lambang dari kedurjanaan,  binasa di bawah tangan Empu Baradhah. lambang kebajikanKata kunci: Calon Arang, durjana, cinta, kebajikan.
SENDRATARI LANGENDRIYAN ABIMANYU GUSUR (Langendriyan dance drama the death of Abimanyu) Subandi, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.701

Abstract

Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur merupakan komposisi tari garapan  baru. Tokoh Abimanyu dalam pewayangan Jawa merupakan tokoh Senopati  Pandawa yang gugur di tengah perang Bharatayuda karena dikeroyok oleh  prajurit Kurawa yang dipimpin Jayadrata. Dalam Sendratari Langendriyan pada  malam Seminar Internasional Indiginasi llmu dan Seni di STSI Surakarta  merupakan kolaborasi antara Padneswara Jakarta pimpinan Retno Maruti dan sen/man STSI Surakarta. dengan garap Bedayan. Corak garapan baru terdapat da/am bentuk sajian tari, seniman penyaji, ide gagasan yang ingin dituangkan dan  karawitan iringan tannya. Sendratari yang lebih banyak dikenal da/am bentuk  Sendratari Ramayana digarap mengambil lakon versi Mahabharata. Sajian tari  yang berupa gerak digarap dengan dialog yang menggunakan tetembangan.  Bentuk sajian Bedaya yang biasanya untuk kepentingan keraton yang lebih bersifat  magis dan simbolis digunakan untuk menggarap lakon dalam wayang.Sendratari Langendriyan Abimanyu Gugur digarap dengan garap Bedayan, ini  berarti jumlah penari setiap kelompok sembilan orang dan ditarikan pada saat  tertentu, tata rias dan tata busana semua penari relatif seragam, tata has wajah  tidak mencerminkan ekspresi karakter tokoh tertentu, gerak tarinya relatif sama,  perbedaan gerak pada perubahan simbol karakter yang dibawakan, dialog dengan  menggunakan tetembangan/vokal, karawitan iringan tari disusun sesuai dengan  suasana lakon. Kesan yang diperoleh adalah mistis dan simbolis.Kata kunci: Bedaya, Sendratari Langendriyan, garap baru.
SENI PERTUNJUKAN WAYANG RUWATAN  KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA (Wayang Ruwatan Performing Art: A Study of Function and Meaning) Sukatno, A
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.702

Abstract

Pertunjukan wayang ruwatan semula dipergunakan untuk meruwat manusia sukerta,  bumi yang dianggap angker, dan hewan peliharaan. Dalam perkembanganya,  ruwatan dapatjuga digum/can untukruwatan masal, untuk penyembuhan  (ketergantungan obat narkoba). Sekarang lebih ngetren lagi, ruwatan di gunakan  untuk suatu harapan da/am mencapai kehidupan. Aspek­aspek yang terkandung  dida/am upacara ruwatan diantaranya: aspek pendidikan, aspek harapan. aspek  religius. dan aspek filosofi. Pertunjukan wayang cuwatan di masa sekarang sudah  mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsiyang terdapat di dalam pertunjukan  ruwatan yang biasanya dilakukan satu atau duajam. kenyataanya ruwatan dapat  dipentaskan satu hari penuh, baik perorangan maupun masal. Dengan dasar itu,  pertunjukan ruwatan selain mengedepankan fungsi sosial, juga fungsi hiburan.  Makna simbol yang terkandung di dalam pertunjukan ruwatan dapat di lihat dari  beberapa perangkat yang digunakan dalam upacara. Lakon­lakon dalam  pertunjukan wayang kulit yang termasuk dalam lakon ruwatan sebagai lambing  penyucian  dan kesuburan.Kata kunci: fungsi, makna, wayang ruwatan, masa kini.
SENI SENI SPIRITUAL: Menyelam ke Dasar Pemikiran Seni Iqbal dan Schuan (The Spintualist of Arts, deep in thought of art of lqbal and Schuan) Usuluddin, Win
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.703

Abstract

Kecenderungan relijiusitas dalam seni seyogyanyalah dipandang sebagai sebuah  realitas yang harus dilihat secara utuh. Sebab sesungguhnyalah antara seni dan  agama bertaut kuatpada kedalaman jiwa dan perasaan yang sangat indah, suatu  zona khusus di balik realitas alam ini. Sejujurnya memang harus diakui bahwa seni­seni keislaman belum banyak disentuh oleh para sen/man kita untuk diberi wama  seni secara tersendiri. Secara murni mereka masih dalam taraf pencarian atau  andaipun rona­rona itu telah mereka taburkan, barulah sekedar mengimbangi pihaklain yang tidak diwarnai oleh nilai­nilai yang khas itu. Ataukah memang senyatanyaseni itu sesungguhnya merupakan wilayah tenarangyang mana bolen dimasuki dan  dinikmati oleh sekelompok tertentu saja, sebab nyatanya hanyalah kaum sufi saja  yang telah secara berhasil menemukan keindahan ketuhanan „     melalui olah batin  mereka. Sastra sufi merupakan titik temu yang mempertautkan dunia seni dan  wilayah ketuhanan sehingga mampu memberikan sebingkai kepuasan puncak  keindahan dan kenikmatan keimanan. Mereka kaum sufilah yang secara menggema  telah mampu menggaungkan innallaha jamyi wa tuhibbu aljamaal sehingga  merekapun memiliki peran yang cukup penting dalam sejarah Islam, terutama dalampenyebaran agama Islam di berbagai belahan di bumi.Kata kunci: Seni, Filsafat, Filsafat Perenial, Spiritual.
PENDIDIKAN KESENIAN DI SEKOLAH SUB MATERI MUSIK (Art education at Scholl Music Material Sub) Joseph, Wagiman
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.704

Abstract

Tujuan diberikannya pendidikan seni di sekolah bukan lah ingin menjadikan anak  didik menjadi seniman, tetapi ingin menjadikan anak didik apresiatif terhadap seni.  Gerak   langkah   berikutnya   melaiui   hasil ­hasil   apresiasi   yang   diperdeh   itu  diharapkan   dapat   memunculkan   ide ­ide   baru anak   didik   untuk   didayagunakan  sebagai   bahan   berkreasi.   baik   berkreasi  dalam  tataran   estetik   maupun   berkreasi  pada bidang ­bidang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang amat kompleks.  Musik sebagai salah satu sub bidang seni yang diberikan di sekolah sarat dengan  nilai pendidikan apresiasi dan kreasi itu.Kata Kunci: seni, pendidikan seni, apresiasi, kreasi
PERSOALAN MENCARI IDENTITAS MUSIK INDONESIA MELALUI  KAJIAN HISTORIS GAMELAN DAN KERONCONG (The Searching Problems of Indonesian Music Identity Through the Study of  Gamelan and Keroncong History) Martopo, Hari
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.705

Abstract

Pembangunan   nasional   tenis   benlanjut   tetapi   pesoalan   bangsa   kian   hari   makin  banyak dan tak terduga. Semua sektor termasuk kebudayaan dan seni harus layak  dijual.   Persoalan   kreativitas   dahulu   kurang   diperdebatkan,   kini   masalah   itu  dikaitkan   dengan   HaKI   dan   Paten   dan   ramai   dibicarakan.   Dalam   kancah   musik,  musik   Indonesia   seharusnya   mampu   menembusmedan   yang   lebih   luas   hingga   ke  tingkat   dunia.   Tetapi   batasan   tentang   musik   Indonesia   juga   masih   banyak  diperdebatkan.   Mungkin   benar   akanpendapat   Paul   Wolbers   tentang  Game/an  dan  Keroncong sebagai musik nasional yang dimiliki oleh bangsa Indonesia. Itulah aset  kita.Kata kunci: musik nasional. tradisi, nasionalisme, gamelan, Keroncong
BARONG KET SATU BENTUK PENOMENA TRANSFORMASI BUDAYA  DARI SAKRAL KE PROFAN DI BALI (Barong Jet a Fenomena Culture Trnasformation Form Sakral to Profan in Bali) Arsana, I Nyoman Cau
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.706

Abstract

Bagi masyarakat Bali, Barong dianggap sebagai binatang mitologi yang mempunyai kekuatan gaib dan dianggap sebagai binatang pelindung masyarakat Bali dan mara bahaya. Dengan kekuatan ini, barong didudukkan sebagai benda sakral. Kesakralannya di samping dilegitirnosioleh   adanya mitos-mitos yang ada dalam masyarakat, juga   proses pembuotan hingga terbentuknya barong yang tidak terlepas dari hal-hal sakral. Barong diekpresikan dalam bentuk tari bebali yang amat angker. Dengan semakin terbukanya masyarakat Ball dalam menerima pengaruhbudaya dari luar, menyebabkan terjadinya perubahan polo pikir masyarakat, khususnya bagi   sang   seniman. Borong yang tadinya dianggap sebagai benda   sakral, sekarang dijadikan sebagai sumber ide dan   sarana pengungkapan emosional estetis. Barong tidak hanya dipentaskan dalam rangkaian upacara ritual sakral, namun juga di luar konteks ritual, seperti untuk kepentingan pariwisata, dengan cara membuat tiruan dari barong asli. Sudah barang tentu konsep pertunjukan yang menyangkut estetika, waktu, pemain, dan lain sebagainyo disesuaikan dengan kepentingan wisata.Kata Kunci: Barong, Transformasi, Sakral, Profan.
SENI PERTUNJUKAN WAYANG RUWATAN  KAJIAN FUNGSI DAN MAKNA (Wayang Ruwatan Performing Art: A Study of Function and Meaning) Sukatno, A
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.702

Abstract

Pertunjukan wayang ruwatan semula dipergunakan untuk meruwat manusia sukerta,  bumi yang dianggap angker, dan hewan peliharaan. Dalam perkembanganya,  ruwatan dapatjuga digum/can untukruwatan masal, untuk penyembuhan  (ketergantungan obat narkoba). Sekarang lebih ngetren lagi, ruwatan di gunakan  untuk suatu harapan da/am mencapai kehidupan. Aspek­aspek yang terkandung  dida/am upacara ruwatan diantaranya: aspek pendidikan, aspek harapan. aspek  religius. dan aspek filosofi. Pertunjukan wayang cuwatan di masa sekarang sudah  mengalami perubahan fungsi. Perubahan fungsiyang terdapat di dalam pertunjukan  ruwatan yang biasanya dilakukan satu atau duajam. kenyataanya ruwatan dapat  dipentaskan satu hari penuh, baik perorangan maupun masal. Dengan dasar itu,  pertunjukan ruwatan selain mengedepankan fungsi sosial, juga fungsi hiburan.  Makna simbol yang terkandung di dalam pertunjukan ruwatan dapat di lihat dari  beberapa perangkat yang digunakan dalam upacara. Lakon­lakon dalam  pertunjukan wayang kulit yang termasuk dalam lakon ruwatan sebagai lambing  penyucian  dan kesuburan.Kata kunci: fungsi, makna, wayang ruwatan, masa kini.
BARONG KET SATU BENTUK PENOMENA TRANSFORMASI BUDAYA  DARI SAKRAL KE PROFAN DI BALI (Barong Jet a Fenomena Culture Trnasformation Form Sakral to Profan in Bali) Arsana, I Nyoman Cau
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 4, No 1 (2003)
Publisher : Department of Drama, Dance and Music, FBS, Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v4i1.706

Abstract

Bagi masyarakat Bali, Barong dianggap sebagai binatang mitologi yang mempunyai kekuatan gaib dan dianggap sebagai binatang pelindung masyarakat Bali dan mara bahaya. Dengan kekuatan ini, barong didudukkan sebagai benda sakral. Kesakralannya di samping dilegitirnosioleh   adanya mitos-mitos yang ada dalam masyarakat, juga   proses pembuotan hingga terbentuknya barong yang tidak terlepas dari hal-hal sakral. Barong diekpresikan dalam bentuk tari bebali yang amat angker. Dengan semakin terbukanya masyarakat Ball dalam menerima pengaruhbudaya dari luar, menyebabkan terjadinya perubahan polo pikir masyarakat, khususnya bagi   sang   seniman. Borong yang tadinya dianggap sebagai benda   sakral, sekarang dijadikan sebagai sumber ide dan   sarana pengungkapan emosional estetis. Barong tidak hanya dipentaskan dalam rangkaian upacara ritual sakral, namun juga di luar konteks ritual, seperti untuk kepentingan pariwisata, dengan cara membuat tiruan dari barong asli. Sudah barang tentu konsep pertunjukan yang menyangkut estetika, waktu, pemain, dan lain sebagainyo disesuaikan dengan kepentingan wisata.Kata Kunci: Barong, Transformasi, Sakral, Profan.

Page 1 of 3 | Total Record : 24


Filter by Year

2003 2003


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 1 (2023): June 2023 Vol 22, No 2 (2022): December 2022 Vol 22, No 1 (2022): June 2022 Vol 21, No 2 (2021): December 2021 Vol 21, No 1 (2021): June 2021 Vol 20, No 2 (2020): December 2020 Vol 20, No 1 (2020): June 2020 Vol 19, No 2 (2019): December 2019 Vol 19, No 1 (2019): June 2019 Vol 18, No 2 (2018): December 2018 Vol 18, No 1 (2018): June 2018 Vol 17, No 2 (2017): December 2017 Vol 17, No 1 (2017): June 2017 Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016) Vol 16, No 2 (2016): December 2016 Vol 16, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 1 (2016): (Nationally Accredited, June 2016) Vol 15, No 2 (2015): December 2015 Vol 15, No 2 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2015) Vol 15, No 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 1 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, June 2015) Vol 14, No 2 (2014): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2014) Vol 14, No 2 (2014): December 2014 Vol 14, No 1 (2014): June 2014 Vol 14, No 1 (2014): (DOI & DOAJ Indexed, June 2014) Vol 13, No 2 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, December 2013) Vol 13, No 2 (2013): December 2013 Vol 13, No 1 (2013): June 2013 Vol 13, No 1 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, June 2013) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 3, No 2 (2002) Vol 3, No 2 (2002) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 1 (2000) Vol 1, No 1 (2000) More Issue