cover
Contact Name
Suharto
Contact Email
suharto@mail.unnes.ac.id
Phone
+628122853530
Journal Mail Official
suharto@mail.unnes.ac.id
Editorial Address
Gedung B2 Lt.1 Kampus Sekarang Gunungpati Semarang 50229
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Harmonia: Journal of Research and Education
ISSN : 25412426     EISSN : -     DOI : 10.15294
Core Subject : Education, Art,
Harmonia: Journal of Arts Research and Education is published by Departement of Drama, Dance, and Music, Faculty of Language and Arts, Universitas Negeri Semarang in cooperation with Asosiasi Profesi Pendidik Sendratasik Indonesia (AP2SENI)/The Association of Profession for Indonesian Sendratasik Educators, two times a years. The journal has focus: Research, comprises scholarly reports that enhance knowledge regarding art in general, performing art, and art education. This may include articles that report results of quantitative or qualitative research studies.
Articles 30 Documents
Search results for , issue "Vol 8, No 3 (2007)" : 30 Documents clear
EKSISTENSI WANITA PENARI DAN PENCIPTA TARI DI KOTA SEMARANG Kusumastuti, Eny
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.770

Abstract

Profesi sebagai pencipta tari dan penari bukan hanya dilakukan oleh kaum pria saja, tetapi juga kaum wanita, baik yang sudah menikah ataupun yang belum menikah. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui, memahami, menjelaskan eksistensi, dan faktor-faktor yang menghambat dan mendorong wanita pencipta tari dan penari dalam seni tari. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif, dengan fokus penelitian wanita pencipta tari dan penari dalam komunitas seniman di Kota Semarang. Instrumen penelitian adalah peneliti sendiri, teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Teknik analisis data dengan cara mereduksi, mengklarifikasi, mendiskripsi, menyimpulkan dan menginterpretasikan semua informasi secara selektif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1 tahun terakhir ini, dari 20 orang wanita, 4 orang wanita masih eksis berprofesi sebagai pencipta tari dan penari, dan 7 orang wanita masih eksis berprofesi sebagai penari. Faktor-faktor yang  menghambat adalah (1) rasa deskriminatif, (2) kultur (budaya), (3) keluarga, (4) naluri kewanitaan, (5) wanita pekerja, (6) latar belakang pendidikan, (7) orientasi komersil dalam berkarya, (8) pandangan masyarakat, (9) apresiasi masyarakat yang masih rendah. Faktor-faktor yang mendorong adalah, (1) kesetaraan gender, (2) kultur, (3) keluarga, (4) naluri kewanitaan, (5) latar belakang pendidikan, (6) orientasi komersial dalam berkarya.Kata kunci : eksistensi, wanita penari, wanita pencipta tari, karya tari.
MUSIK SEBAGAI MEDIA TERAPI Raharjo, Eko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.772

Abstract

Banyak ahli pendidikan dan psikologi yang mengkaji tentang peran dan fungsimusik dalam hubungananya dengan kehidupan manusia. Salah satu fungsi musik adalahsebagai media terapi. Penelitian ini mengkaji tentang peran musik sebagai terapi yangdilakukan oleh YPAC Semarang. Tujuan penelitian ini untuk mendiskripsikan segalaaktivitas terapi yang dilakukan yayasan tersebut dalam memanfaatkan musik sebagaimedia.Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengambilandata dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi. Analisis digunakan denganmengembangkan deskripsi kasus dengan mengunakan teknik reduksi data, kategorisasidan penafsiran data.Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pelayanan musik terapi bagipenderita tunagrahita di Yayasan Pembinaan Anak Cacat Semarang dilakukan dengandua cara yakni melalui terapi pelayanan khusus. Tujuan terapi musik bagi penderitatunagrahita di YPAC Semarang adalah untuk meningkatkan daya konsentrasi anak,mengembalikan individu yang tertutuo ke realitas, melatih persepsi, menimbulkan hargadiri, membentuk hubungan interpersonal, meningkatkan pengenalan dan pengetahuanmusik, dan menghilangkan kelelahan serta menciptakan suasana santai. Aktifitas musikyang dilakukan dalam proses terapi musik di YPAC Semarang mencakup kegiatanmendengarkan musik, merespon musik dengan gerak berirama, bernyanyi, membacanotasi musik, dan bermain alat musik.Saran dalam peneitian ini adalah : (1) Diharapkan mengembangkan lebih lanjutproses terapi musik, khususnya dalam pengembangan pemanfaatan media, (2) bagiYPAC Semarang dan lembaga-lembaga terkait, disarankan agar menyelenggarakanprogram pengembangan peningkatan sarana dan prasarana terapi musik yang sesuaidengan kebutuhan penderita tunagrahita.Kata kunci : terapi, tunagrahita, media terapi, aktivitas
MAKNA SIMBOLIK DAN EKSPRESI MUSIK KOTEKAN Aesijah, Siti
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.774

Abstract

Musik Kotekan adalah sebuah permainan instrumen musik tradisional kerakyatan yanghidup di desa Ledok kabupaten Blora Jawa Tengah yang memiliki keunikan. Kesenian inisudah hampir punah di kabupaten Blora, dan hanya terdapat di desa Ledok. Banyak palsafahhidup yang bisa ditarik dalam permainan musik kotekan ini.Pendekatan yang digunakan adalah kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data denganstudi pustaka, observasi , wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dengan analisisinterktif dari Milles dan Hubermann.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa musik kotekan memiki bentuk penyajian yangsangat sederhana yang meliputi: 1) alat yang digunakan alu dan lesung, 2) unsur musik ;permainan pola ritmik yang saling mengisi dan pemain tunggo omah pengatur birama, duduktengah, duduk wingking, kempyang dan tirir, 3) bentuk penyajian dengan peralatan danpakaian yang digunakan ibu tani dalam mengolah hasil panen. 4) makna simbolik kehidupanpara petani antara kaum lelaki dan perempuan, 4)ekspresi estetik pada poli ritmik, 5) nilaipendidikan yang terkandung yaitu kesatuan dalam keberagaman-konsetrasi dan tenggang rasa.Berdasarkan hasil penelitian, saran yang disampaikan adalah musik kotekan perlu dikemaskembali baik dari segi musikalitas maupun penampilan agar menjadi lebih menarik danmemiliki nilai jual tinggi, perlu dilestarikan dan diwariskan kepada generasi berikutnya.Kata Kunci: Musik kotekan/lesung, makna simbolik, ekspresi estetik
CAMPURSARI: SUATU BENTUK AKULTURASI BUDAYA DALAM MUSIK Wiyoso, Joko
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.775

Abstract

Kebudayaan selalu elastis dan lebih bersifat adaptif, oleh karenanya tidak ada sebahkebudayaan yang mandek kecuali pendukungnya musnah tanpa sisa. Begitu juga musik, selaludan selalu bergerak mengikuti arus pergeseran waktu. Campursari salah satu jawaban akan tidakmandek-nya sebuah kebudayaan khususnya musik tersebut. Musik ini baik dilihat dari segiinstrumentasi maupun musiklitasnya, merupakan musik hasil dari perpaduan beberapa genremusik yang berbeda-beda. Berdasar wujud campursari tersebut nampaknya campursari menarikuntuk dikaji dari sudut pandang Antropologi khususnya pada perubahan kebudayan pada prosesakulturasi. Oleh karena itu penelitian ini mencoba mengkaji campursari berdasar pada sebuahgenre musik yang muncul akibat dari proses akulturasi tersebut.Metode penelitian inimengnakan metode kulitatif, data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi dandokumentasi. Selanjutnya data dianalisis berdasar analisis kuitatif mengikuti alur Huberman.Hasil penelitian menunjukkan bahwa campursari dapat dikategorikan sebuah genre musik yanglahir akibat dari proses akulturasi pada kategori sinkritisme. Di kategorikan demikian karena,campursari merupakan sebuah genre musik yang terbentuk atau dibangun dari perpaduanbeberapa genre msik yang berbeda latar budayanya baik dilihat dari segi fisik atau instrumentasimaupun dari segi musikalitasnya. Selanjutnya dapat di jelaskan bahwa musik-musik yangberakulturasi membentuk campursari tersebut adalah, Langgam Keroncong, Gamelan Jawabeserta ragam garap yang bersifat kedaerahan, jaipongan dan dangdut.Kata kunci: campursari, akulturasi, sinkritisme
PERJALANAN HIDUP DAN UPAYA MEMBANGKITKAN KEMBALI SENI OPERA BATAK TILHANG SERINDO Siburian, Esra Parmian Talenta
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.776

Abstract

Suatu fenomena menarik yang ada di tanah Batak Sumatera Utara, yaitu keberadaankesenian tradisional Opera Batak yang pernah mengalami kejayaannya dan kini hampirmengalami kepunahan. Kesenian ini mengalami masa surutnya, bahkan jarang terdengarsejak tahun 1980-an. Kesenian Tradisional Batak ini muncul pada tahun 1925 yang saatkejayaaannya sering dipentaskan secara berkeliling dari desa ke desa bahkan dari kota kekota. Masyarakat Batak pada masa itu selalu mengharapkan kehadiran Opera ini untukdipentaskan di desanyaOpera Batak adalah salah satu jenis kesenian rakyat yang terdapat dalam masyarakatBatak yang mempunyai nilai-nilai tradisi dan memiliki unsur seni musik, tari, vokal dandrama. Kondisi masyarakat Batak pada saat itu tidak memiliki seni pertunjukan, kecualiyang menyatu dalam upacara dan yang mempunyai fungsi tertentu dalam masyarakatnya.Opera adalah karya musik panggung yang besar yang didasarkan sesuatu cerita drama,atau suatu drama yang dimusikkan. Opera Batak Tilhang Serindo memiliki hubungan eratdengan masyarakat Batak itu sendiri, yaitu masyarakat yang kokoh memegang adat dankepercayaan nenek moyang. Pertunjukan seni Opera Batak sangat digemari olehpendukungnya, pertumbuhannya tidak hanya subur di daerah asalnya namun merambah kedaerah-daerah sekitarnya serta sering mengadakan pertunjukan keliling ke berbagai daerahantara lain Tapanuli, Sumatera Timur, perbatasan Aceh, bahkan pernah diundang ke IstanaNegara pada masa Presiden Soekarno, dan tidak jarang Opera ini di tampilkan padapertemuan-pertemuan berskala internasional.Namun sekitar tahun 1970-an pertunjukan Opera Batak ini mengalami kemunduranyang drastis. Munculnya industri-industri rekaman, siaran radio, dan televisi yangmenyuguhkan cerita-cerita menarik yang mampu menyerap daya tarik penonton sehinggaOpera Batak ini kehilangan para pendukungnya. Marsius Sihotang sebagai pengarah lakonOpera Batak Dosroha tidak pernah lagi melakukan pertunjukan sejak tahun 1981.Kata Kunci : Opera Batak, Tilhang Serindo, Revitasisasi.
RELASI DUA KEPENTINGAN (BUDAYA POLITIK MASYARAKAT MINANGKABAU) Arifin, Zainal; Gani, Maulid Hariri
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.777

Abstract

Tulisan ini melihat relasi dua kepentingan yang ada di dalam masyarakat Minangkabaudidalam konteks budaya politiknya. Hal ini tidak bisa dilepaskan dari adat yang dianut olehmasyarakat Minangkabau itu sendiri, dimana peranan lareh atau ”aliran” yang ada sangatberperan besar dalam menentukan arah kebijakan yang diambil. Disini masyarakatMinangkabau secara garis besar terbagi atas lareh Koto Piliang yang dikembangkan olehDatuak Katamenggungan yang bercirikan ”aristokratis”, dimana kekuasaan tersusun pada stratasecara bertingkat dengan wewenangnya secara vertikal, sesuai dengan pepatahnya manitiak dariateh (menetes dari atas). Sementara lareh Bodi Caniago yang dikembangkan oleh DatuakPerpatih Nan Sabatang bercirikan ”demokratis”, dimana kekuasaan tersusun berdasarkan prinsipegaliter dengan wewenang bersifat horizontal, sesuai dengan pepatahnya mambusek dari bumi(muncul dari bawah). Namun demikian, adat sebagai aturan tidaklah bersifat kaku, bahkansebahagian besar mempunyai daya lentur yang amat tinggi dengan perubahan yang terjadi,apalagi walaupun mempunyai perbedaan sistem politik, namun keduanya tetap memiliki dasaradat yang sama yaitu sawah gadang satampang baniah, makanan luhak nan tigo, baragiahindak bacaraian (sawah yang luas cuma setampang benih, makanan orang ketiga luhak, salingmemberi dan tidak berceraian). Oleh sebab itu, akhirnya di setiap nagari cenderung akan terjadiproses ambil mengambil adat lareh yang ada melalui kelompok-kelompok suku dengan aktoraktoryang ada didalamnya.Kata Kunci: Lareh, Minangkabau, Dualisme, Adat.
SENI ORNAMEN DALAM KONTEKS BUDAYA MELAYU RIAU Prihatin, Purwo
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.778

Abstract

Tulisan ini untuk mengungkapkan seni ornamen dalam konteks budaya masyarakatMelayu Riau. Berkaitan dengan itu maka pelacakannya dilakukan dengan mengetahuibagaimana fungsi dan makna seni ornamen dengan kontekstual masyarakat Melayu Riau.Bahwa seni ornamen Melayu Riau merupakan suatu hasil budaya yang diwariskan dari tradisileluhurnya yang telah mengalami proses perjalanan yang panjang sehingga pada akhirnyamembentuk identitas budaya. Pengaruh luar serta kedinamikaan yang ada pada masyarakatMelayu Riau telah membawa seni ornamen Melayu Riau sebagai bagian dari historis perilakuyang pernah diwariskan oleh pendahulunya. Kreativitas dalam penciptaan seni ornamen tidakterlepas dari pola perilaku masyarakat Melayu Riau. Sebagai hasil budaya tradisi seni ornamenMelayu Riau menjadi identitas budaya (cultural identity) dari local genius atau kearifan lokalbagi masyarakat penciptanya.Seni ornamen dalam konteks budaya Melayu Riau ternyata memiliki fungsi sertamakna bagi masyarakat Melayu Riau. Keanekaragaman bentuk memunculkan motif-motifseperti jenis tumbuh-tumbuhan, hewan, geometris, nama alam benda maupun gabungan motif.Seni ornamen Melayu Riau yang merupakan pengalaman dan pelajaran yang didapat dari alamdan didukung oleh kreatifitas masyarakat sehingga melahirkan seni ornamen yangmengandung muatan estetis dan etis yang sarat akan nilai-nilai tradisi yang berlaku dalambudaya Melayu Riau.Kata Kunci : seni ornamen, budaya dan Melayu Riau.
MUSIK TRADISIONAL THONG-THONG LEK DI DESA TANJUNGSARI KABUPATEN REMBANG Rachman, Abdul
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.779

Abstract

Thong-thong Lek merupakan salah satu kesenian tradisional yang dimiliki olehmasyarakat desa Tanjungsari, kecamatan Rembang, kabupaten Rembang. Alat musik ThongthongLek berupa bambu yang dibentuk kenthongan. Setiap tahunnya masyarakat desaTanjungsari selalu disibukkan dengan kegiatan lomba Thong-thong Lek, dalam mengikutilomba dibutuhkan banyak biaya dan tenaga namun tidak menjadi masalah bagi warga desaTanjungsari. Menyikapi hal tersebut di atas penulis ingin meneliti tentang bagaimanakeberadaan musik tradisional Thong-thong Lek di desa Tanjungsari dan bagaimana dukunganwarga desa Tanjungsari terhadap musik tradisional Thong-thong Lek. Pendekatan yangdigunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat deskriptif. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa kesenian tradisional Thong-thong Lek yang semula fungsinyahanya membangunkan orang sahur pada bulan Ramadhan, tetapi kini keberadaan musiktradisional Thong-thong Lek ikut meramaikan kota Rembang pada bulan Ramadhan. ThongthongLek pada perkembangannya ada dua jenis, yaitu jenis tradisi dan jenis elektrik. Semuaalat diletakkan di atas panggurig kecuali kenthongan dibawa sendiri oleh pemainnya berjalandi depan mobil panggung tersebut.Kata kunci : Thong-thong Lek, fungsi, kentongan
PENGEMBANGAN MATERI DAN KEGIATAN PEMBELAJARANNYA DALAM KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN BIDANG SENI MUSIK Suharto, Suharto
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.780

Abstract

Kurikulum Satuan Tingkat Pendidikan (KTSP) pada dasarnya adalah KurikulumBerdasarkan Kompetensi (KBK). Dalam KTSP sekolah (guru) memiliki kesempatanmembuat kurikulum mengembangkan sendiri kurikulumnya sesuai dengan potensisekolah dan daerah, kebutuhan dan latar belakang/karakteristik siswa, sampai padakemampuan gurunya. Pemanfaatan potensi daerah yang dimanfaatkan dalamkurikikulum Seni Budaya termasuk bidang Seni Musik sangat kental dalam KTSP yangtercermin dalam Standar Kompetensi (SD) dan Kompetensi Dasarnya (KD). SayangnyaKD yang begitu kental dengan kesenian daerah masih disikapi guru Seni Budaya denganberbagai interpretasi apakah harus dilaksanakan dengan penuh keterbatasan baikkemampuan guru yang berlatar belakang pendidikan seni berbeda atau dengan jeniskesenian lain sesuai dengan latar belakang dan kemampuan gurunya terutama bagi guruguruyang berlatar belakang musik diatonis. Tidak disebutkan secara eksplisit dalamperumusan SK maupun KD juga menjadi pemicu multitafsir guru dalam menjabarkandalam penyusunan silabusnya terutama dalam penentuan materi pembelajaran maupunkegiatan pembelajarannya. Tulisan ini menawarkan dalam “menterjemahkan” isi SK danKD untuk menentukan materi dan kegiatan pembelajarannya.Kata kunci : standar kompetensi, kompetensi dasar, pengembangan,
PERKEMBANGAN KONSEP KOREOGRAFI TARI KARNA TINANDHING Dwiyasmono, -
Harmonia: Journal of Arts Research and Education Vol 8, No 3 (2007)
Publisher : Department of Drama, Dance, and Musik (Sendratasik), Semarang State University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/harmonia.v8i3.781

Abstract

Karna Tinandhing merupakan salah satu judul ceritera dalam episodeMahabarata yang berisi peperangan antara Kurawa melawan Pandawa. Karna sebagaisenapati Kurawa perang tanding melawan Arjuna senapati Pandawa. Pada perangBharatayuda Karna gugur sebagai kusuma bangsa.Ceritera Karna Tanding, dalam perkembangannya diadopsi sebagai judulkarya tari baik dalam bentuk tari lepas maupun drama tari. Dalam garapan karya tari,ceritera Karna Tanding disajikan oleh dua tokoh bersaudara, dengan ungkapanmelalui gerak. Karna sebagai ksatria menggunakan konsep gerak tari putra lanyapsedang Arjuna menggunakan konsep gerak putra alus. Konsep koreografi tari didasaripada ide keadilan, kejujuran dan kebaikan akan mengalami kejayaan apabiladiperjuangkan dan memerlukan pengorbanan. Koreografi berperan dalam bentukgarap tari Karna Tinandhing.Kata kunci: konsep koreografi dan Karna Tinandhing

Page 1 of 3 | Total Record : 30


Filter by Year

2007 2007


Filter By Issues
All Issue Vol 23, No 1 (2023): June 2023 Vol 22, No 2 (2022): December 2022 Vol 22, No 1 (2022): June 2022 Vol 21, No 2 (2021): December 2021 Vol 21, No 1 (2021): June 2021 Vol 20, No 2 (2020): December 2020 Vol 20, No 1 (2020): June 2020 Vol 19, No 2 (2019): December 2019 Vol 19, No 1 (2019): June 2019 Vol 18, No 2 (2018): December 2018 Vol 18, No 1 (2018): June 2018 Vol 17, No 2 (2017): December 2017 Vol 17, No 1 (2017): June 2017 Vol 16, No 2 (2016): December 2016 Vol 16, No 2 (2016): (Nationally Accredited, December 2016) Vol 16, No 1 (2016): June 2016 Vol 16, No 1 (2016): (Nationally Accredited, June 2016) Vol 15, No 2 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2015) Vol 15, No 2 (2015): December 2015 Vol 15, No 1 (2015): June 2015 Vol 15, No 1 (2015): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, June 2015) Vol 14, No 2 (2014): (EBSCO, DOAJ & DOI Indexed, December 2014) Vol 14, No 2 (2014): December 2014 Vol 14, No 1 (2014): (DOI & DOAJ Indexed, June 2014) Vol 14, No 1 (2014): June 2014 Vol 13, No 2 (2013): December 2013 Vol 13, No 2 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, December 2013) Vol 13, No 1 (2013): (DOI & DOAJ Indexed, June 2013) Vol 13, No 1 (2013): June 2013 Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 2 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 12, No 1 (2012) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 2 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 11, No 1 (2011) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 2 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 10, No 1 (2010) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 2 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 9, No 1 (2009) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 3 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 2 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 8, No 1 (2007) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 3 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 2 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 7, No 1 (2006) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 3 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 6, No 2 (2005) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 3 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 5, No 1 (2004) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 3 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 2 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 4, No 1 (2003) Vol 3, No 2 (2002) Vol 3, No 2 (2002) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 3 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 2, No 2 (2001) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 2 (2000) Vol 1, No 1 (2000) Vol 1, No 1 (2000) More Issue