cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol 14, No 3 (2008): September 2008" : 6 Documents clear
PENGARUH LOKASI PRODUKSI DAN LAMA PENYIMPANAN TERHADAP MUTU BENIH JAHE (Zingiber officinale L.) SUKARMAN, SUKARMAN; RUSMIN, DEVI; MELATI, MELATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.119-124

Abstract

ABSTRAKSalah satu permasalahan dalam budidaya jahe (Zingiber officinaleL.) adalah masih rendahnya produktivitas dan mutu jahe, yang antara laindisebabkan oleh penggunaan bahan tanaman/benih yang masih asalan/kurang memenuhi persyaratan. Usaha untuk penyediaan benih yangbermutu di antaranya dapat dilakukan dengan penanaman di daerah yangtepat serta menyimpan benih dengan cara yang baik dan benar. Sampaisaat ini informasi mengenai mutu benih jahe dari lokasi produksi(ketinggian tempat, jenis lahan dan jenis tanah) yang berbeda masihterbatas. Oleh karena itu, percobaan ini dilakukan dengan tujuan untukmempelajari mutu fisik dan fisiologik benih jahe dari lokasi produksiyang berbeda selama periode penyimpanan. Percobaan dilakukan di daerahsentra produksi jahe di Dusun Cipanas, Desa Werasari, KecamatanBantarujek, Kabupaten Majalengka, Jawa Barat dari bulan Juli sampaiNovember 2003, dengan menggunakan tiga jenis jahe yaitu: Jahe PutihBesar/JPB (Z. officinale var. officinale), Jahe Putih Kecil /JPK (Z.officinale var. amarum), dan Jahe Merah/JM (Z. officinale var. rubrum).Untuk masing-masing jenis jahe diperlakukan dengan kombinasi lokasiproduksi dan lama penyimpanan. Untuk masing-masing jenis jahepercobaan disusun dalam rancangan petak terbagi (RPT) dengan tigaulangan. Petak utama yaitu asal lokasi produksi benih: (1) Cipanaslingkungan tumbuh dengan tinggi tempat ± 600 m dpl, lahan sawah tadahhujan, tekstur tanah liat berpasir, kemiringan 0-10% dan (2). Cipicunglingkungan tumbuh dengan tinggi tempat ± 800 m dpl, lahan tegalan,tekstur tanah debu berpasir, kemiringan 10-20%. Anak petak yaitu periodepenyimpanan : 0, 1, 2, dan 3 bulan. Parameter yang diamati meliputi kadarair benih, penyusutan bobot benih dan daya tumbuh benih. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa untuk masing-masing jenis jahe (JPB,JPK, dan JM) yang berasal dari Cipanas maupun Cipicung, mempunyaimutu fisik (kadar air dan penyusutan bobot rimpang) tidak nyatadipengaruhi oleh interaksi lokasi produksi dan lama penyimpanan, sertafaktor tunggal lokasi produksi, tetapi nyata dipengaruhi oleh faktortunggal lama penyimpanan Setelah tiga bulan penyimpanan kadar airbenih rimpang dari lokasi produksi Cipanas dan Cipicung untuk JPB masih82,43% dan 80,67%, JPK kadar airnya masih 84,16% dan 81,31%, danJM 69,49% dan 65,88%. Penyusutan bobot rimpang untuk masing-masingjenis jahe dari lokasi produksi Cipanas dan Cipicung sebagai berikut : JPB14,44% dan 14,82% ; JPK 17,84% dan 26,11% ; JM 48,40% dan 37 14%.Daya tumbuh benih setelah 3 bulan penyimpanan untuk masing-masingjenis jahe dari lokasi produksi Cipanas dan Cipicung sebagai berikut : JPB92,00- 93,32%, JPK 85,33- 86,67% dan JM 86,67-89,33%. Kadar airbenih/rimpang jahe menurun, sedangkan penyusutan bobot rimpangmeningkat sejalan dengan lamanya penyimpanan. JPB, JPK dan JM yangberasal dari Cipanas maupun Cipicung dapat disimpan selama tiga bulan,tanpa mengalami penurunan mutu fisik dan fisiologik yang berarti.Kata kunci : Zingiber officinale, lokasi produksi benih, lamapenyimpanan, mutu benihABSTRACTProduction effect of locations and storage periods onginger seeds qualityProblems of ginger cultivation are low productivity and quality ofginger due to low quality of ginger seed for planting materials. Highquality of ginger seed will be achieved by planting ginger seed in suitableplace and methods. Recently, the information concerning the quality ofginger seed from different production location (altitude, soil types andarea) is still limited. Based on the problems, this experiment wasconducted with special aim to study the physical and physiological qualityof ginger seed from different sources of seed during storage periods. Theexperiment was conducted at the producer center i.e. of ginger, Cipanas,Werasari Village, Sub District Bantarujek, District Majalengka, from Julyto November, 2003. The experiment used three kinds of ginger namelywas white big ginger (Z. officinale var. officinale), small white ginger (Z.officinale var. amarum) and red ginger (Z. officinale var. rubrum). Theexperiment was arranged in split-plot design with 3 replications. The mainfactor was two productions location, there were: ginger seed produced inCipanas (altitude ± 600m above sea level, rain fed area, clay sandy, andslope 0-10%) and ginger seed produce in Cipicung (altitude ± 800m abovesea level, upland area, clay sandy, and slope 10 -20%). The sub plot were0, 1, 2 and 3 month periods of storage. Variables were observed includemoisture content, weight and germination percentage of gingerseed/rhizome after three months storage. The results of experimentindicated that for each kind of ginger (white big ginger, white small gingerand red ginger) physical quality (moisture content of seeds and loosingweight of seed) had no significant interaction between location productionand period of storage or single factor of location production. However,they were significantly effected by single factor periods of storage. After 3months storage, the moisture content of white big ginger produced fromCipanas were 82,43% and 80,67%. For white small ginger the moisturecontend were 84,16% and 81,31%, especially white small ginger producedfrom Cipanas and Cipicung. While the moisture content of red ginger seedproduced from Cipanas and Cipicung were 69,47% and 63,88%. Weightdecrease for each kinds of ginger produced from Cipanas and Cipicungwere as follows white big ginger 14,44% and 14,82%, white small ginger17,84% and 26,11%, red ginger 48,40% and 37,14%. After 3 monthsstorage the germination percentage for each kind of ginger produced fromCipanas and Cipicung were as follows white big ginger 92,00% and93,32%, white small ginger 86,67% and 83,33% and red ginger 89,33%and 86,67%.Key words : Zingiber officinale, location of seed production, storageperiods, seed quality
PENGARUH PUPUK MAJEMUK TERHADAP HASIL DAN MUTU TEMBAKAU VIRGINIA DI BONDOWOSO, JAWA TIMUR DJAJADI DJAJADI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.95-100

Abstract

ABSTRAKUntuk mengetahui pengaruh pupuk majemuk terhadap hasil danmutu tembakau virginia yang ditanam di tanah ringan, telah dilakukanpenelitian di Desa Pengarang, Kecamatan Pujer, Kabupaten Bondowosomulai bulan April sampai Nopember 2001. Penelitian ini menggunakanrancangan acak kelompok dengan tiga kali ulangan untuk menyusunperlakuan. Perlakuan yang dicoba adalah pupuk majemuk (PM) dengandosis 5, 6, 7, 8 dan 9 butir pertanaman dibandingkan dengan PM (dosismasing-masing) dicampur dengan biokonsentrat. Sebagai perlakuanpembanding adalah paket pupuk rekomendasi, yaitu 200 ZA + 200 PN +100 SP36 + 100 ZK. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian PMsebanyak 6 butir per tanaman (setara dengan 185 kg/ha atau 40 kg N/ha)menghasilkan daun basah tembakau sebanyak 11,34 ton/ha. Hasil daunbasah tersebut tidak berbeda dengan hasil daun basah tertinggi (12,42ton/ha) yang dihasilkan tanaman tembakau dengan paket dosisrekomendasi. Dosis pupuk majemuk juga memberikan nilai indeks mututertinggi (55,90) tidak berbeda pengaruhnya dengan pupuk rekomendasi.Pemberian pupuk rekomendasi menghasilkan tanaman tembakau yangberkadar N dan P jaringan tanaman tertinggi pada pengamatan umurtanaman 75 hari setelah tanam dan pada saat akhir panen.Kata kunci: Tembakau virginia, tanah ringan, pupuk, KabupatenBondowoso, Jawa TimurABSTRACTEffect of compound fertilizer on yield and quality ofvirginia tobacco in light soil, Bondowoso, East JavaStudy to determine the effect of compound fertilizer on yield andquality of virginia tobacco was conducted in Pengarang, Pujer, Bondo-woso District, from April to November 2001. Factorial in randomizedblock design with three replicates was arranged to set the treatmentconsisting of two factors. The first factor of treatment consists of twovariables, i.e. compound fertilizer (PK) and PK +bio-concentrate. Thesecond factor was the rates of PK, i.e 5, 6, 7, 8, and 9 tablets per plant orequivalent to 185, 221, 258, 294 and 331 kg/ha. All the treatments werecompared to recommended fertilizer to farmers (200 ZA + 200 PN + 100SP36 + 100 ZK kg/ha). The results showed that 185 kg/ha PK gave thefresh tobacco yield of 11.34 tones/ha which was not significantly differentwith the highest fresh tobacco leave (12.42 tones/ha) produced byrecommended fertilizer. Grade index value of tobacco produce by PK andrecommended fertilizer was not significantly different. However, virginiatobacco with recommended fertilizer had the highest content of N and P inplant tissues which were observed at 75 days after planting and until theend of harvesting.Key words: Virginia tobacco, light soil, fertilizer, Bondowoso District,East Java
TEKNIK KONSERVASI UNTUK MENEKAN EROSI DAN PENYAKIT LINCAT PADA LAHAN TEMBAKAU TEMANGGUNG DJAJADI DJAJADI; MASTUR MASTUR; A.S. MURDIYATI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.101-106

Abstract

ABSTRAKMasalah utama pada budidaya tembakau temanggung adalah erosi yangmencapai 42,75 ton/ha dan serangan penyakit lincat yang dapat mematikantanaman sampai 80%. Untuk menekan erosi dan penyakit lincat tersebut telahdilakukan penelitian yang dilaksanakan pada tahun 2002 di Desa Glapansari,Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Tujuannya adalah untukmengetahui pengaruh penerapan teknik konservasi lahan yang dikombinasikandengan pengendalian penyakit lincat terhadap erosi, kadar unsur hara tanahtererosi, sifat fisik tanah, populasi patogen, persentase kematian tanaman, sertahasil tembakau. Perlakuan yang diuji adalah teknologi konservasi lahan yangmeliputi penanaman rumput setaria pada bibir saluran pemotong lahan selebar4 m, dan tanaman flemingia pada bidang vertikal saluran pemotong setinggi 0,5m, serta pembuatan rorak di dasar saluran pemotong lahan yang mempunyaikemiringan 43%. Perlakuan tersebut dikombinasikan dengan teknologipengendalian penyakit “lincat”, yaitu penanaman galur tahan (BC3-C51),pemberian mikrobia antagonis A. fumigatus, penyemprotan dan pemberianpestisida kimiawi. Mikrobia antagonis dan pestisida kimia disemprotkan padalubang tanam sehari sebelum tembakau ditanam. Penanaman bibit rumputsetaria dan flemingia serta pembuatan rorak dilakukan pada tahun 2000, yaitudua bulan sebelum penanaman tembakau musim tanam tahun 2000. Rancanganyang digunakan adalah rancangan acak kelompok yang diulang 6 kali. Disetiap petak perlakuan yang berukuran 22 m x 4 m dipasang sebanyak dua unitbak penampung erosi, yaitu 1 unit bak penampung erosi untuk perlakuankontrol dan 1 unit untuk perlakuan teknik konservasi yang diletakkan di tengahpetak bagian bawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan teknikkonservasi pada lahan tembakau temanggung dapat menekan besarnya erosidari 30,22 menjadi 16,67 ton/ha/thn atau sebesar 44,84%. Penyemprotanmikrobia antagonis pada lahan dengan teknik konservasi dapat menekanperkembangan populasi patogen lincat dan mengurangi persentase kematiantanaman tembakau. Hasil tembakau yang ditanam pada lahan dengan teknikkonservasi dan aplikasi pengendalian penyakit “lincat” ternyata lebih tinggi42% dibanding hasil tembakau yang ditanam pada lahan kontrol.Kata kunci : Konservasi lahan, erosi, tembakau temanggung, penyakit lincatABSTRACTSoil conservation technique to reduce erosion and soilpathogens of temanggung tobacco landMostly area cropping of temanggung tobacco is located in hilly land, sothat erosion and accumulation of disease are the main problems. To minimizeerosion and disease attacks, research had been done in Glapansari Village,Parakan District, Temanggung in 2002 at site with slope of 43%. The aim wasto know the effect of soil conservation which was combined with soil diseasecontrol techniques on soil erosion, eroded soil element, soil physics, soilpathogens population, percentage of dead tobacco plant, and tobacco yield.The treatments are soil conservation technique, planting of setaria grass andflemingia in ridge terrace and digging of ditch pitch on the base of ridgeterrace. All of the treatments was established in 2000. The soil conservationtreatments were combined with application of antagonistic microbes (A.fumigatus) and cropping of resistant tobacco line (BC3-C51). RandomizedBlock Design with 6 replicates was used in this research. In each treatment of22 m x 4 m plots, two units soil erosion collector were set, one unit was forcontrol treatment (without soil conservation and soil disease control techniquesor local farmer technology treatment) and the other for soil conservationtechniques. Results showed that soil conservation technique reduced soilerosion from 30.22 to 16.67 tones/ha/year or 44.84%. Tobacco land that wastreated with soil conservation and soil pathogen control techniques had less soilpathogen population and death tobacco plant than tobacco land withouttreatments (control). Tobacco yield planted in land with soil conservation washigher 42% than that planted in control land.Key words : Soil conservation, erosion, temanggung tobacco, soil pathogen
PEMANFAATAN LIMBAH SAGU SEBAGAI PENGENDALIAN GULMA PADA LADA PERDU MUHAMMAD SYAKIR; M.H. BINTORO; H. AGUSTA AGUSTA; HERMANTO HERMANTO
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.107-112

Abstract

ABSTRAKLimbah sagu di samping dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahanorganik juga potensial digunakan sebagai amelioran dan herbisida nabati.Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruh limbah sagu dan carapenyiangan gulma terhadap populasi gulma dan pertumbuhan ladaperdu. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Institut PertanianBogor (IPB) dan Laboratorium Balai Penelitian Tanaman Obat danAromatik Balittro) dari bulan Mei 2003 sampai April 2004. Penelitianmenggunakan rancangan petak terbagi yang disusun secara faktorial. Carapenyiangan gulma (S) sebagai petak utama dan komposisi limbah sagu(L) sebagai anak petak. Susunan perlakuan sebagai berikut: S 1  =penyiangan bersih dan S 2 = penyiangan terbatas. Komposisi limbahsagu terdiri dari L 0 = tanpa bahan organik; L 1 = 100% limbah sagu, L 2= 100% limbah sagu, dekomposisi 1 bulan, L 3 = 100% limbah sagudekomposisi 2 bulan; L 4 = 75% limbah sagu + 25% kompos; L 5  = 75%limbah sagu + 25% kompos, dekomposisi 1 bulan; L 6 = 75% limbahsagu + 25% kompos, dekomposisi 2 bulan; L 7 = 50% limbah sagu +50% kompos; L 8 = 50% limbah sagu + 50% kompos, dekomposisi 1bulan; L 9 = 50% limbah sagu + 50% kompos, dekomposisi 2 bulan;L 10 = 25% limbah sagu + 75% kompos; L 11 = 25% limbah sagu + 75%kompos, dekomposisi 1 bulan; dan L 12 = 25% limbah sagu + 75%kompos, dekomposisi 2 bulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwakandungan limbah sagu 75% limbah sagu + 25% kompos dekomposisi2 bulan meningkatkan pertumbuhan dan produktivitas lada perdu.Limbah sagu dengan 100% dalam bentuk segar dan dekomposisisampai 2 bulan efektif dalam menekan populasi gulma.Kata kunci: Limbah sagu, gulma, lada perduABSTRACTThe use of sago palm waste in controlling weed ondwarf pepperSago palm waste can be used as a source of organic matter;in addition, it can also be used as ameliorant and naturalherbicide. The objective of the research was to find out theeffect of sago palm waste and weeding method on the growth ofdwarf pepper and weed population. The research was conductedat the experimental garden of the Bogor Agriculture Institute andthe Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institutefrom May 2003 to April 2004. The research was arrangedfactorially in split-plot design. The main plot was weedingmethods (S) and a composition of sago palm waste (L) as the subplot. The treatments were as follows: S 1 = clean weeding and S 2= limited weeding. The composition of sago waste were Lo =non organic matter; L 1 = 100% sago waste; L 2 = 100% sagowaste of one month decomposition; L 3 = 100% sago waste of twomonths decomposition ; L 4 = 75% sago waste + 25% compost; L 5= 75% sago waste + 25% compost of one month decomposition;L 6 = 75% sago waste + 25% compost of two monthsdecomposition; L 7 = 50% sago waste + 50% compost; L 8 = 50%sago waste 50% compost of one month decomposition; L 9 = 50%sago waste + 50% compost of 2 months decomposition; L 10 =25% sago waste + 75% compost’ L 11 = 25% sago waste + 75%compost of one month decomposition; and L 12 = 25% sago waste+ 75% compost of two months decomposition. The result showedthat the composition of 75% sago waste + 25% compost of twomonths decomposition increase the growth and productivity ofdwarf pepper. The fresh (75 - 100%) sago palm waste of onemonth  decomposition  was  effective  in  decreasing  weedpopulation.Key words : Sago palm waste, weed, bushy black pepper
KERAGAMAN MORFOLOGI, PERTUMBUHAN, PRODUKSI, MUTU DAN FITOKIMIA KELADI TIKUS (Typonium flagelliforme Lodd.) Blume ASAL VARIASI SOMAKLONAL SITTI FATIMAH SYAHID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.113-118

Abstract

ABSTRAKKeladi tikus (Typonium flagelliforme Lodd.) Blume merupakantanaman obat yang bermanfaat dalam mengobati penyakit kanker. Secarakonvensional, tanaman ini diperbanyak vegetatif sehingga keragamangenetiknya tergolong sempit. Upaya peningkatan ragam genetik keladitikus telah dilakukan melalui variasi somaklonal yaitu kultur kalus dandiperoleh plantlet yang normal, namun belum dievaluasi keragamanmorfologi, komponen pertumbuhan, produksi, mutu dan skrining fitokimiatanaman. Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman morfologi,pertumbuhan, produksi, mutu dan fitokimia tanaman hasil kultur kalustersebut. Kegiatan dilakukan di rumah kaca Balai Penelitian TanamanObat dan Aromatik mulai November 2005 sampai Januari 2007. Bahantanaman yang digunakan adalah benih keladi tikus asal kultur kalus.Sebagai pembanding digunakan benih keladi tikus asal kultur jaringan dankonvensional. Bahan tanaman tersebut ditanam di dalam polibagberukuran 20 cm x 30 cm yang berisi media tumbuh campuran tanahdengan pupuk kandang sapi (2:1), dan dipelihara di rumah kaca sampaiberumur sembilan bulan. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkapdengan enam belas ulangan. Setiap ulangan terdiri atas satu polibag.Parameter yang diamati adalah karakter morfologi dan pertumbuhan padaumur enam bulan sedangkan produksi umbi diamati pada umur sembilanbulan. Selain itu, juga dilakukan analisis terhadap mutu dan fitokimia dariumbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara visual tanaman asalbenih kultur kalus memiliki karakteristik morfologi yaitu bentuk daun,bentuk batang, warna daun dan batang serta bentuk umbi yang samadengan benih asal kultur jaringan maupun benih konvensional. Komponenpertumbuhan (jumlah anakan) benih asal kultur kalus dari kutur jaringanlebih sedikit dari benih konvensional. Sedangkan jumlah daun, panjangdan lebar daun tidak berbeda. Tinggi tanaman asal benih kultur kalus lebihpendek dari benih kultur jaringan dan konvensional. Produksi umbi hasilkultur kalus (14,24 g) dan hasil kultur jaringan (15,11g) lebih tinggi dariumbi konvensional (7,0 g). Analisis mutu (kadar sari larut dalam air) padakeladi tikus asal benih kultur jaringan lebih tinggi dari benih asal kulturkalus dan benih konvensional. Senyawa steroid ditemukan pada tanamanasal benih kultur kalus dan kultur jaringan, namun senyawa flavonoid dantriterpenoid terdeteksi dalam jumlah tinggi pada tanaman asal benihkonvensional. Hasil ini menunjukkan bahwa penerapan teknik keragamansomaklonal pada tanaman keladi tikus hanya meningkatkan variasi mutudan fitokimia tetapi tidak pada morfologi tanaman.Kata kunci : Keladi tikus, Typonium flagelliforme (Lodd.) Blume,keragaman morfologi, pertumbuhan, produksi, mutu,fitokimiaABSTRACTMorphological variation, growth, production, quality andfitochemistry of rodent tuber (Typonium flagelliformeLodd.) Blume derived from somaclonal variationRodent tuber (Typonium flagelliforme Lodd.) Blume is one ofmedicinal plant which is used for healing cancer. Conventionally, the plantwas vegetatively propagated, therefore. Its genetic variation is narrow. Anattempt to increase the genetic variation of plant was conducted usingsomaclonal variation (calli culture) and resulted the normal planlet in vitro.But, the plant morphology, growth, production, quality and fitochemistryvariation have not been evaluated yet. The aim of the research were toobtain the morphological variation, growth, production, quality andfitochemistry of rodent tuber from calli culture seeds. Experiment wasdone at the Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research InstituteGreen house from November 2005 to January 2007. The plants materialused were seeds of rodent tuber from calli culture compared with seedsfrom in vitro culture. They were planted in the polibag (20 cm x 30 cm)which is contained soil and cow manure (2:1) and maintained until ninemonths. The experiment was arranged in completely randomized designwith sixteen replications. The parameters observed were morphologicalcharacter and growth component at six months and rhizome production atnine months. Further more, quality and fitochemical variation and rhizomewere also analyzed. The result showed that visually, morphologicalcharacter of those plant observed were same in leaf, stem and rhizome.Growth component (number of leaves, length and width of leaves) of seedsfrom calli culture were same with in vitro and conventional but plantheight was different. Conventional seeds produced the greatest tillers butrhizome production was lower than seeds from calli and in vitro. Watersoluble extract from in vitro seeds was higher than calli culture andconventional seeds. Steroid compound was detected in seeds from calliand in vitro. On the otherhand, flavonoid and triterpenoid were not found.The experiment showed that application of somaclonal variation on rodenttuber only increase the quality and fitochemical variations but not on plantmorphology.Key words : Typonium flagelliforme (Lodd.) Blume, morphologicalvariation, growth, production, quality, fitochemistry
GALUR-GALUR HARAPAN KAPAS DI LAHAN TADAH HUJAN SUMARTINI, SIWI; ABDURRAKHMAN, ABDURRAKHMAN; SULISTYOWATI, EMY
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 14, No 3 (2008): September 2008
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v14n3.2008.87-94

Abstract

ABSTRAKAreal pertanaman kapas di Indonesia tersebar di enam propinsi yaituJawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa TenggaraTimur, dan Sulawesi Selatan. Pengembangan kapas 70% berada di lahantadah hujan dan 30% di lahan sawah sesudah tanaman padi. Di lahan tadahhujan biasanya kapas ditanam setelah jagung, kedelai atau kacang hijaudan selalu mengalami kendala kekurangan air selama pertumbuhannya.Karena kendala tersebut, produksi kapas berbiji ditingkat petani umumnyahanya mencapai 200 – 500 kg per hektar. Penelitian uji multilokasidilaksanakan di Asembagus dan Wongsorejo (Jawa Timur), Bayan (NusaTenggara Barat), dan Bantaeng serta Bulukumba (Sulawesi Selatan), dilahan tadah hujan pada tahun 2004 – 2006. Sebanyak 9 galur dan varietasKanesia 8 disusun dalam rancangan acak kelompok yang diulang 4 kali(tiga ulangan tidak mendapatkan tambahan pengairan setelah tanamanberumur 42 hari atau setelah pemupukan kedua), satu ulangan diberipengairan optimal sampai panen, yang digunakan untuk menghitungIndeks Kepekaan Terhadap Kekeringan. Kapas ditanam secara monokulturpada petak percobaan berukuran 50m 2 dengan jarak tanam 100 cm x 25cm, satu tanaman per lubang. Pengamatan yang dilakukan adalah : hasilkapas berbiji pada kondisi keterbatasan air, hasil kapas berbiji padakondisi pengairan optimal, indeks kerentanan terhadap kekeringan, skorkerusakan daun akibat serangan Amrasca biguttula, dan mutu serat. Padakondisi tidak mendapatkan tambahan pengairan, rata-rata potensi hasilgalur-galur yang diuji tidak berbeda nyata dengan varietas Kanesia 8 sertatoleran terhadap A biguttula dan mutu seratnya memenuhi syarat untukindustri tekstil di Indonesia. Galur-galur yang produktivitasnya mencapailebih dari 1.500 kg kapas berbiji/ha adalah (135x182)(351x268)9,(135x182)(351x268)10, dan (135x182)10. Dilihat dari produktivitas, keta-hanan terhadap A. biguttula, ketahanan terhadap kekeringan dan mutuserat, terdapat dua galur harapan yang dapat dilepas sebagai varietas baruyang sesuai untuk dikembangkan di lahan tadah hujan pada kondisi keter-batasan air yaitu galur {(135x182)(351x268)}9 dan galur (339x448)2.Keunggulan galur {(135x182)(351x268)}9 adalah lebih toleran terhadapkondisi dengan ketersediaan air terbatas dibandingkan dengan Kanesia 8,sedangkan produktivitas, ketahanannya terhadap A biguttula, serta mutuseratnya tidak berbeda. Keunggulan galur (339x448)2 dibandingkandengan Kanesia 8 adalah mutu seratnya lebih tinggi, sedangkan produk-tivitas serta ketahanannya terhadap keterbatasan air dan A. biguttula tidakberbeda.Kata kunci : Kapas, produktivitas, mutu serat, tahan terhadap kekeringanABSTRACTNew cotton lines adaptive to rain-fedCotton growing area in Indonesia extended in six provinces i.e.East Java, Middle Java, Bali, West Nusa Tenggara, East Nusa Tenggaraand South Sulawesi. Cotton area in Indonesia is mostly (70%) in rain-fed, and the rest is on rice-field after paddy (30%). On rain-fed areas,cotton is commonly grown after maize, soybean, or greenbean, that itsuffers from drought. This condition has resulted low yield ranging 200 –500 kg seed cotton per hectare. As a result, farmers income and farmersinterest in cotton cultivation are low . Multilocations trial were conductedin Asembagus and Wongsorejo (East Java), Bayan (West Nusa Tenggara),and Bantaeng as well as Bulukumba (South Sulawesi), on rain-fed area in2004 to 2006. 9 lines of cotton and Kanesia 8 were arranged in randomizedblock design with four replications three replications without irrigation 42days after planting and one replication with optimal irrigation for theestimation of drought susceptibility index. Monoculture cotton was grownin plots sized 50 m 2 with 100 cm x 25 cm plant spacing, one plant perhole. Parameters observed were seed cotton yield on water limitedcondition, seed cotton yield on full irrigation, drought susceptibility index,score of leaf damage caused by Amrasca biguttula, and fibre quality.Means of productivity level of the cotton lines on water limited conditionwere not significantly different to Kanesia 8, all of them were tolerant toA biguttula with fiber quality was suitable for textile industries inIndonesia. There were three lines reached productivity more than 1,500kg/ha i.e. (135x182)(351x268)9, (135x182) (351x268)10, and (135x182)10. From the trials, there were two promising lines i.e. lines(135x182) (351x268) 9 and (339x448) 2 which can be released as newvarieties tolerant to water limited condition. Lines (135x182)(351x268) 9was more tolerant to water limited condition than Kanesia 8, and it was notsignificantly different in productivity, tolerancy to A biguttula, and fibrequality. Lines (339x448)2 was superior on its fiber quality than Kanesia 8and its productivity as well as its tolerancy to water limited condition andA biguttula were not significantly different.

Page 1 of 1 | Total Record : 6


Filter by Year

2008 2008


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue