cover
Contact Name
Anisa Anisa
Contact Email
anisa@ftumj.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.nalars@ftumj.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
NALARs
ISSN : 14123266     EISSN : 25496832     DOI : -
Core Subject : Engineering,
NALARs is an architecture journal which presents articles based on architectural research in micro, mezo and macro. Published articles cover all subjects as follow: architectural behaviour, space and place, traditional architecture, digital architecture, urban planning and urban design, building technology and building science.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue " Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015" : 8 Documents clear
KONSEP AMALGAMATION SEBAGAI SUATU PENYESUAIAN DALAM PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN NAGOYA BATAM, PROVINSI KEPULAUAN RIAU Prawesthi, Ashri
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Amalgamation merupakan kombinasi dari dua atau lebih sebuah lahan/ kavling; subdivision merupakan pembagian dari lahan besar menjadi beberapa blok atau kavling untuk tujuan pengembangan. Amalgamation dan subdivision adalah perangkat penting dalam pengembangan dan perencanaan dalam restrukturisasi kawasan yang akan dirubah. Blok-blok dan kavling-kavling menentukan tipe-tipe bangunan yang memungkinkan dibangun dan kapasitasnya yang sesuai dengan kawasan yang terpilih. Ketika sebuah area berubah dari satu fungsi ke fungsi lain – misalnya dari rumah berkapasitas keluarga tunggal atau dari kawasan industrial menjadi area perumahan vertikal – maka bentuk dan ukuran dari kavling tentunya harus dipertimbangkan kembali, selain itu juga layout dari jaringan jalan serta ukuran blok juga perlu dirubah.Terkadang, akan lebih mudah untuk menggabungkan kavling-kavling kecil menjadi kavling besar. Dengan cara ini, kita dapat membangun pengembangan yang lebih besar dengan besaran lahan yang sama. Strategi ini juga dapat membantu untuk merevitalisasi kawasan seperti halnya pada Nagoya Square di kota Batam. Hal ini membawa kehidupan baru dengan penduduk baru dan bisnis baru, karena dengan merevitalisasi sebuah area juga dapat menyediakan kebutuhan-kebutuhan lain yang lebih nyaman seperti halnya area parkir, taman, tempat makan dan juga pertokoan. Tipikal rumah toko dapat mengakomodasi pertokoan/ retail kecil dan juga kantor kecil. Beberapa rumah toko bahkan dapat dikombinasikan sehingga menjadi satu properti dengan menyediakan blok baru terbangun di belakangnya.Konsep ini dapat diaplikasikan di Nagoya Square, dimana area ini merupakan area untuk perdagangan dan layanan internasional namun memiliki kondisi fisik bangunan yang sangat buruk. Melalui cara ini, kita dapat menciptakan ruang untuk bernafas seperti kantong-kantong taman di antara bangunan-bangunan padat atau merubah jalur kendaraan menjadi jalur pedestrian serta menciptakan ruang-ruang publik baru yang dapat dinikmati oleh pengguna yaitu masyarakat. Tulisan ini akan menjelaskan tentang konsep tersebut dan hasilnya bagaimana sebuah kehidupan baru akan terjadi dengan aplikasi konsep tersebut. Beberapa rumah toko dapat dikombinasikan menjadi satu properti, dengan membangun satu blok baru di belakangnya. Deretan rumah toko yang lama adalah model pengembangan baru dan lama dengan menggandakan ruang yang disediakan.Kata Kunci: amalgamasi, penggabungan kecil, kavling besar ABSTRACT. Amalgamation is the combination of two or more lots; subdivision is the division of large land holdings into blocks and/or lots for the purpose of redevelopment. Amalgamation and subdivision are important planning and redevelopment tools for restructuring an area undergoing change. Blocks and lots determine the possible building types and capacities that fit into an area. When areas change from one use to another - for example, from single family detached houses or from industrial estates into residential flats - the size and shape of lots need to be considered, and street layout and block sizes may need to change.Sometimes, it is better to join small, fragmented plots of land into bigger plots. This way, we can build larger developments with the same amount of land. This strategy also helps to revitalise mature areas such as Nagoya Square in Batam City. This brings in new population and business, revitalizing an area; it also provides more amenities such as parking lots and parks, eateries and shops. A typical shophouse can accomodate small retail shops and small offices. Several shophouses can combine to become one property, with a new block built behind.This concept can be applied in Nagoya Square which is as an are for international trading and services but has poor condition of old buildings. Through this way, we can create breathing spaces like a pocket park between densely packed buildings, or pedestrianise a road to become and create new public spaces that all can enjoy. This paper tells about the concept itself and the result how a new lease of life happen. Several shophouses can combine to become one property, with a new block built behind. The old shophouse row is modeled to an old-new development, with double the space it used to provide.Keywords: Amalgamation, join small, bigger plots
EFEKTIFITAS VOID PADA PENGUDARAAN SILANG UNTUK KENYAMANAN DI DALAM RUANG Hakim, Luqmanul
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Kenyamanan di sebuah tempat merupakan dambaan semua orang dalam melakukan segala macam aktivitasnya, sehingga semua faktor yang mendukung kenyamanan beraktifitas akan diusahakan untuk dipenuhi, seperti ruang gerak yang cukup, fasilitas yang memadai, penerangan yang cukup, pengudaraan yang nyaman, keamanan, keindahan, harga diri dan lain sebagainya.Yang menjadi perhatian dalam penelitian ini adalah bagaimana kenyamanan itu bisa dicapai dengan cara yang alami, yaitu dengan memanfaatkan sumber daya alam yang tak terbatas, yaitu angin. Angin sebagai faktor alam dan faktor void(bukaan vertikal) pada ruang dalam sebagai faktor desain fisik yang akan dicari korelasinya. Penelitian dilakukan dengan metode eksperimen(percobaan), yaitu dengan membuat 2(dua) ruang dengan luas yang sama tetapi dengan perlakuan yang berbeda, yaitu ruang (a) dengan void dan ruang (b) tanpa void.Dengan penelitian ini, diharapkan mampu memberikan solusi desain void yang mampu memberikan faktor kenyamanan terutama pada pengudaraan didalam ruang dengan meminimalkan penggunaan energi buatan seperti listrik dan memaksimalkan penggunaan sumber daya alam anginKata kunci: kenyamanan, sumber daya alami, angin, void ABSTRACT. A comfort in a place is an everyone need in doing some activities, thus all supported factors could be fulfilled appropriately, such as a proper mobilization space, sufficient facilities, an adequate lighting, comfort air conditioning, safety, aesthetic, self conception and many more.There should be underlined in this research, that comfort could be achieved naturally, for example by using unlimited natural resources such as sun and wind. Wind as a natural factor and void factor in the interior as a physical design factor could be looked for the correlation between both of them. This research will be completed by using experimental method, which will deliver two rooms with the same size but using different treatment, room A will use void and room B without void.By completing this research, hopefully could deliver an alternative solution of void design which could provide a comfort factor particularly for air conditioning within rooms by minimalizing the using of artificial energy such as electricity and maximalizing the using of natural sources of wind.Keywords: comfort, natural resources, wind, void
KARAKTERISTIK UNIT HUNIAN DAN PENGHUNI PADA RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) DI KELURAHAN SUNGAI BELIUNG KOTA PONTIANAK Zain, Zairin
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Efisiensi dalam penggunaan lahan di perkotaan dan perlunya penataan permukiman menjadikan pembangunan rumah susun menjadi pilihan bagi penentu kebijakan untuk menyelesaikan permasalahan perumahan. Rusunawa di kelurahan Sungai Beliung Kecamatan Pontianak Barat dihuni oleh masyarakat dengan latar belakang dan karakteristik yang beragam.Perbedaan unit hunian terletak pada ketinggian lantai, posisi dan orientasi dalam blok massa bangunan.Hal ini menyebabkan penghuni melakukan penyesuaian (adjusment) terhadap tipe hunian vertikal dengan memanfaatkan ruang-ruang yang tersedia.penelitian ini dilakukan untuk menelusuri karakteristik unit hunian dan penghuni yang mempengaruhi pola pemanfaatan ruang unit hunian pada Rumah Susun Sederhana Sewa (rusunawa) di Kelurahan Sungai Beliung, Kota Pontianak.Penelitian in termasuk ke dalam klasifikasi basic research (penelitian dasar). Penelitian dasar tidak ditujuan untuk memberikan efek langsung terhadap pemecahan masalah sehari-hari namun untuk menjawab pertanyaan penelitian atau fenomena yang terjadi untuk pengembangan suatu teori. Dari hasil pengamatan dan analisis dapat disimpulkan bahwa Karakteristik unit hunian Pada Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Di Kelurahan Sungai Beliung Kota Pontianak adalah unit dengan pemanfaatan ruang yang diterjemahkan berdasarkan pemahaman tentang kebutuhan bagi setiap penghuni unit hunian, dan karakteristik penghuni sementara untuk suatu unit hunian yang menjadikannya seperti rumah tinggal horizontal. Kondisi ini dapat dilihat dari motivasi menghuni, intensitas lama tinggal (beraktivitas) di hunian dan jumlah penghuni dengan melakukan perubahan dan fungsi jamak untuk setiap ruang.Kata kunci: unit hunian, penghuni, ruang, rusunawa ABSTRACT. Efficiency of landuse within city and the need of settlement planning had encouraged government to deliver a policy to provide vertical houses as an alternative solution to solve a housing problem. Rental vertical houses as known as Rusunawa at Sungai Beliung district, West Pontianak are occupied by community with variety background and characteristic. The differences of dwelling unit could be seen at the level of floor, position and orientation of the building’s blocks. This situation will affect the dwellers to do adjustment to the vertical dwelling’s unit type by using avalible rooms. This research is aimed to explore the characteristic of dwelling units and the dwellers as well which will affect the pattern of dwelling’s unit rooms at Rusunawa at Sungai Beliung district, West Pontianak.This research has been classified as a fundamental research. This fundamental research is not aimed to give a driect effect to the daily problem solution, but to answer research question or happening phenomena to develop a related theory. From the exploration and analysis result, it could be concluded that dwelling’s unit characteristic of Rusunawa at Sungai Beliung District, West Pontianak is a unit with a space utilization which transformed from an understanding of need for each dwellers, and the characteristic of temporary dwellers of a dwelling’s unit who make it as a horizontal houses. This condition could be seen from the dwellers’ motivation, intensity of the length of stay (activities within dwelling’s unit) and the number of dwellers who make changes and do some functions/ activities in the same room.Keywords: dwelling unit, dwellers, space, rental vertical house.
KAJIAN ARSITEKTURAL TAMAN YANG MENGAKOMODASI AKSESIBILITAS DIFABEL STUDI KASUS TAMAN TRIBECA CENTRAL PARK MALL, TAMAN MENTENG DAN TAMAN AYODIA Masruroh, Fika
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Selama ini difabel masih dinomorduakan dalam hal pemenuhan kebutuhan aksesibilitas baik di dalam bangunan maupun di luar bangunan. Banyak fasilitas umum yang hanya sedikit menyediakan akses dan fasilitas sesuai dengan kemampuan khusus mereka. Bahkan ruang terbuka hijau berupa taman kotapun masih belum ramah terhadap keberadaan para difabel. Padahal taman kota menurut Undang-Undang Penataan Ruang no. 24 tahun 1992 merupakan tempat yang cukup penting yaitu sebagai tempat bermain aktif untuk anak-anak dan dewasa, tempat bersantai pasif untuk orang dewasa, dan bahkan sebagai areal konservasi lingkungan hijau. Penelitian ini bertujuan menganalisa bagaimana implementasi 7 Prinsip Universal Design dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor 30/PRT/M/2006 tentang pedoman teknis fasilitas dan aksesibilitas pada bangunan gedung dan lingkungan pada Taman Tribeca, Taman Menteng dan Taman Ayodia.Kata kunci : Aksesibilitas Difabel, Taman Ayodia, Taman Menteng, Taman Tribeca. ABSTRACT. For decades, disabled people always become a second priority in providing the need of accessibility either within buildings or outside buildings (open spaces and public spaces). There are many public facilities which are only few of them providing special access and facilities for disabled people (difable). Even, parks and green open spaces within city mostly are not user friendly for difable, though city parks as an important place to do activities such as sport and playing, passive place for relaxation, and as a conservation area for green environment, should provide facilities which are user friendly for children and adult (UU Penataan Ruang No. 24 tahun 1992).This research is aimed to analyse how to implement the seven principle of universal design and regulation from Menteri Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2006 about technical guidelines of facilities and accessibilities for buildings and environment at Taman Tribeca, Taman Menteng and Taman Ayodia.Keywords: accessibilty for difable, Taman Ayodia, Taman Menteng, Taman Tribeca.
POSISI TEORI BINCAR-BONOM DALAM KONSEP DASAR ELEMEN-ELEMEN PEMBENTUK PERMUKIMAN Nuraini, Cut
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Desa Singengu sebagai hasil karya arsitektur masyarakat Mandailing memiliki sejumlah fenomena tempat-tempat yang terkait dengan ruang luar dan tatanan massa bangunan hingga membentuk tatanan lingkungan yang khas Mandailing. Elemen-elemen pembentuk permukimannya tidak hanya yang berbentuk fisik dan kasat mata tetapi juga berbentuk non fisik dan tak kasat mata. Hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa tata ruang desa Singengu dibentuk oleh filosofi Bincar-Bonom. Studi ini bertujuan untuk melihat posisi atau kedudukan teori bincar-bonom terhadap beberapa teori elemen-elemen pembentuk permukiman lainnnya menurut beberapa pakar.Studi yang telah dilakukan tentang desa Singengu dengan elemen-elemen pembentuknya menunjukkan bahwa sebuah permukiman tidak hanya terkait dengan socio-spatial saja, yang menekankan relasi antar manusia dengan benda-benda; atau bukan hanya terkait dengan socio-symbolic spatial saja, yang juga menekankan relasi antar manusia dengan benda-benda; atau bukan juga hanya sekedar global-element space yang menekankan relasi manusia dengan benda tetapi lebih dalam lagi, yaitu terkait dengan socio-symbolic-spiritual spatial. Relasi socio-symbolic-spiritual spatial yang menjadi basis pembentuk tata ruang permukiman bukan hanya mengacu pada relasi antara manusia dengan benda atau benda dengan benda, atau artefak dengan benda, atau artefak dengan manusia tetapi mengacu kepada zat tertinggi, yaitu Tuhan. Elemen-elemen pembentuk permukiman desa Singengu dengan ciri relasi socio-symbolic-spiritual spatial terdiri atas empat elemen, yaitu alam, manusia, leluhur dan TuhanKata Kunci: Socio-symbolic-spiritual Spatial, Alam, Manusia, Leluhur dan Tuhan ABSTRACT. Singengu village as a result of architectural work of Mandailing communities has a number of phenomena of places that was associated with landscapes and arrangements of building mass up to built a unique environment of Mandailings. The elements which shaping the settlement not only physical and visible but also non-physical and invisible. The results of previous studies show that Singengu village arrangement was formed by Bincar-Bonom philosophy. This study aims to look at the position of bonom-bincar theory against several theories about the settlement forming elements according to some experts in certain field.The studies that have been done in Singengu village with its elements indicate that a settlement is not only related to the socio-spatial course, which emphasizes the relationship between humans and objects; or not only related to the socio-symbolic spatial only, which also emphasizes the relationship between humans and objects; or not only a global space-element space that emphasizes human relationships with objects but deeper, which is associated with socio-symbolic-spiritual spatial. Socio-symbolic-spiritual spatial relationships has been forming the basis of spatial settlement not only refers to the relationship between humans and objects or objects with objects, or artifacts with objects, or artifacts with humans but refers to the highest substance, namely God. The elements that forming Singengu village settlement with socio-spiritual-symbolic spatial relations feature consists of four elements, namely nature, humans, ancestors and GodKeywords : Socio-symbolic-spiritual Spatial, Nature, Humans, Ancestors and God
PENGARUH SINKRETISME AGAMA ISLAM – KEJAWEN PADA ARSITEKTUR MESJID MENARA KUDUS Hadiwinoto, Ashadi
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Bentuk arsitektur mesjid Walisanga ditengarai dipengaruhi oleh sinkretisme agama Islam-Kejawen. Hal ini sejalan dengan metode kompromis yang diterapkan oleh para Walisanga dalam menyebarkan agama Islam di lingkungan masyarakat Jawa. Studi ini bertujuan untuk memahami pengaruh sinkretisme agama Islam-Kejawen pada arsitektur mesjid Menara Kudus. Metode yang digunakan dalam studi ini bersifat deskriptif, analitis dan interpretatif berdasar pada bukti empiris, yang dielaborasikan dengan konsep relasi aspek fungsi-bentuk-makna dalam arsitektur. Hasil dari studi ini menyimpulkan bahwa pengaruh sinkretisme agama Islam-Kejawen terjadi pada bentuk arsitektur mesjid Menara Kudus, yakni pada lingkup tapak dan bangunan. Pada lingkup bentuk arsitektur mesjid Menara Kudus yang mendapat pengaruh sinkretisme agama Islam-Kejawen memperlihatkan dominasi. Dominasi ini terjadi melalui proses adaptasi. Studi ini diharapkan dapat menyumbangkan pengetahuan teori tentang dan metode spesifik untuk membaca pengaruh sinkretisme agama Islam – Kejawen pada arsitektur mesjid tradisional di Jawa.Kata Kunci: Sinkretisme, Agama Islam, Kejawen, Bentuk Arsitektur ABSTRACT. The architecture of the mosque Menara Kudus has been influenced by Islam-Kejawen religion syncretism. This is sinergy with the compromise method applied by the Walisanga to spread Islam in the Java community. This study aims to understand the influence of Islam-Kejawen religion syncretism on architecture of mosque Menara Kudus. The method has been used in this research is a descriptive, analytical and interpretive, elaborated with the concept of relation aspects of function-form-meaning in architecture. The results of this study concluded that the influence of Islam-Kejawen religion syncretism occurs in the architectural form of mosque Menara Kudus, which occurs in the site and the building. In the architectural forms of mosque Menara Kudus which has been influenced by Islam-Kejawen religion syncretism show domination. This domination occurs through a process of adaptation. This study is expected to contribute knowledge of the theory about and specific methods to read the influence of Islam-Kejawen religion syncretism on the traditional architecture mosques in Java.Keywords: Syncretism, Islam, Kejawen, Architectural Form
PEMBENTUKAN ATRIBUT RUANG BERSAMA PADA PERMUKIMAN DUSUN BONGSO WETAN GRESIK Ardianti, Intan
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Suatu kelompok masyarakat hidup dalam suatu permukiman mempunyai keterkaitan sosial satu sama lain. Dusun Bongso Wetan Gresik merupakan permukiman yang berpenduduk awalnya berasal dari Madura, beragama Hindu dan Islam yang saling berdampingan dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat menggunakan ruang sosial yang digunakan bersama pada kehidupan sehari-hari maupun pada kegiatan ritual tertentu sehingga menjadi ruang bersama masyarakat. Latar belakang budaya dan kekerabatan masyarakat Dusun Bongso Wetan dalam suatu kawasan pedesaan menjadikan interaksi sosial dan aktivitas budaya yang khas dan beragam. Ruang bersama yang terbentuk dalam suatu lingkungan fisik dipengaruhi aktivitas, pelaku, ruang fisik dan waktu aktivitasnya yang terbentuk dalam suatu setting dengan elemen ruang pembentuknya yaitu elemen fix, elemen semifix dan elemen non fix. Tujuan studi adalah untuk mengetahui bagaimana suatu aktivitas masyarakat membentuk ruang bersama dengan atributnya. Melalui metode penelitian kualitatif dengan pengamatan aktivitas pada tempat sehingga diperoleh hasil studi suatu setting dari elemen-elemennya yang membentuk ruang bersama pada permukiman. Setting ruang aktivitas bersama sehari-hari maupun aktivitas budaya masyarakat menunjukkan bagaimana pembentukan ruang bersama memiliki atribut yang berbeda sehingga dapat memenuhi fungsi ruang yang tumpang tindih. Keleluasaan dan aksesibilitas yang mudah memungkinkan berbagai aktivitas terjadi dalam suatu setting.Kata kunci: ruang bersama, setting, atribut ruang, elemen ruang ABSTRACT. A community lives in a settlement has social relation each other. People of Dusun Bongso Wetan Gresik originally came from Madura Island, and now with their religion Islam and Hindu, they live together in their daily activities in Dusun Bongso Wetan. These activities use social spaces in their settlement together in their daily community interactions or in occasionally rituals and then common space for society formed. This community with their cultural and kinship background in rural area makes a unique and diverse of their domestic activities. In physical environment, common space influenced by activities, person (who did the activity), space (where the activity happen) and time (when the activity happen) formed as a setting with its space elements: fixed element, semi-fixed element, and non-fixed element. The purpose of this study was to identify how common space with its attribute formed by activities. Qualitative method with place centered mapping observation has been used to get the result of this study, a setting with its space elements form common space in settlement. Setting for daily activities and cultural activities in society shown how common space have different attribute to accommodate the sumperimposed using of space. Flexibility and accessibility of space make more activities possible to take place inside the setting.Keywords: common space, setting, space attributes, space elements
MODEL RUMAH SUSUN LAYAK ANAK DI DKI JAKARTA Permadi, Permadi
Nalars Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015
Publisher : Nalars

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK. Pemerintah Republik Indonesia melalui Kementerian Perumahan Rakyat, bertekad membangun Rumah Susun sebanyak 2000 buah pertahun untuk masyarakat dengan penghasilan ekonomi menengah bawah. Kebanyakan pemakai/ penghuni Rumah Susun adalah keluarga muda yang mempunyai anak yang masih kecil baik yang masih bayi, balita maupun remaja. Anak-anak yang masih dalam taraf tumbuh kembang memerlukan tempat tinggal lengkap dengan sarana dan fasilitas yang layak bagi anak baik dari segi keamanan, kenyamanan, kesehatan dan ketersediaannya ruang terbuka hijau untuk sarana bermain dan olah raga.Penelitian ini bertujuan untuk mencari karakteristik Konsep Desain Rumah Susun Layak Anak yang kemudian diaplikasikan ke perancangan model Rumah Susun Layak Anak. Model Rancangan ini nantinya akan menjadi pilot project yang dapat diaplikasikan pada berbagai bangunan Rumah Susun khususnya yang ada di DKI Jakarta. Tujuan lain dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kualitas bangunan Rumah Susun yang Layak Anak. Maksudnya dapat menjadi wadah tumbuh kembang anak baik dari segi keamanan, kesehatan maupun kenyamanan serta tersedianya lahan atau ruang terbuka hijau yang dapat menjadi sarana dan fasilitas bermain atau olah raga yang layak bagi anak.Kata kunci: rumah susun, layak anak, model, desain. ABSTRACT. The Government of the Republic of Indonesia through the Ministry of Housing, Flats determined to build as many as 2000 pieces per year to the community with middle-low income. Mostly, users/ occupants are young families who have small children either still babies, toddlers and teenagers. Children who are still in early stages of growth and development requires a residence which is complete with facilities and adequate facilities for children in terms of safety, comfort, health and availability of green open spaces for play and sports facilities.This study is aimed to explore the characteristics of Children Friendly Design Concepts Flats then applied to the design of the model flats which are eligible and friendly for children. This design models will be a pilot project that can be applied to various flats buildings/ vertical housing particularly in Jakarta. Another goal of this research is to improve the quality of vertical housing which are eligible and friendly for children. This vertical housing should become a proper space for children to growth either in terms of safety, health and comfort as well as the availability of land or green open space that would become a playing facility or sport facility for children.Keywords: vertical housing, children friendly, model, design

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2015 2015


Filter By Issues
All Issue Vol 22, No 2 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 Vol 22, No 1 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 1 Januari 2023 Vol 21, No 2 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 2 Juli 2022 Vol 21, No 1 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 1 Januari 2022 Vol 20, No 2 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 2 Juli 2021 Vol 20, No 1 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 1 Januari 2021 Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020 Vol 19, No 1 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020 Vol 18, No 2 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 2 Juli 2019 Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019 Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018 Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018 Vol 16, No 2 (2017): NALARs Volume 16 Nomor 2 Juli 2017 Vol 16, No 1 (2017): NALARs Vol 16 No 1 Januari 2017 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 2 (2014): Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 Nomor 2 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 More Issue