cover
Contact Name
Anisa Anisa
Contact Email
anisa@ftumj.ac.id
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.nalars@ftumj.ac.id
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
NALARs
ISSN : 14123266     EISSN : 25496832     DOI : -
Core Subject : Engineering,
NALARs is an architecture journal which presents articles based on architectural research in micro, mezo and macro. Published articles cover all subjects as follow: architectural behaviour, space and place, traditional architecture, digital architecture, urban planning and urban design, building technology and building science.
Arjuna Subject : -
Articles 8 Documents
Search results for , issue "Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018" : 8 Documents clear
HERMENETIK SEBAGAI DISKURSUS DALAM ARSITEKTUR Ari Widyati Purwantiasning
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.105-112

Abstract

ABSTRAK.  Dalam sebuah penelitian, dikenal secara umum dua buah metode, yaitu metode kuantitatif dan metode kualitatif. Pada implementasinya, penelitian arsitektur lebih menitikberatkan dengan menggunakan metode kualitatif karena fokus pada obyek penelitiannya lebih kepada penafsiran dan opini akan obyek tersebut. Subyektifitas sangat dirasakan lebih tinggi daripada tingkat obyektifitas pada sebuah penelitian kualitatif, namun tidak menutup kemungkinan bahwa obyektifitas dalam sebuah penelitian kualitatif juga dapat dicapai dengan dasar teori yang cukup kuat sebagai pendukungnya. Tulisan ini merupakan sebuah ulasan mengenai bagaimana ilmu hermenetik atau penafsiran dapat digunakan dalam sebuah penelitian arsitektur. Berbagai teori mengenai hermenetik dituangkan dalam tulisan ini sebagai sebuah diskursus. Tulisan ini juga merupakan bagian dari penelitian yang sedang dilakukan oleh penulis untuk mendukung metode penelitian yang akan dipilih dalam penelitian bidang arsitektur. Tulisan ini juga akan menjawab bagaimana hermenetik dapat digunakan dalam sebuah penelitian arsitektur. Dengan memaparkan ilmu hermenetik dalam tulisan ini, maka dapat diambil sebuah pelajaran tentang bagaimana langkah-langkah serta tahapan dalam menerapkan hermenetik pada penelitian arsitektur.  Kata Kunci: hermenetik, penelitian, arsitektur ABSTRACT. Generally, there is two methods of research, quantitative and qualitative method. In the implementation of the architectural study, a qualitative approach has been used frequently and familiarly, because in architectural research usually focused on interpreting and giving an opinion of something, in this case, an object of the study. And for the result, the subjectivity of architectural research is high compared with the objectivity, but it is not possible to have an objective result in architectural research.  This article is a review of how the extent to which hermeneutic could be used in architectural research, and how the extent to which hermeneutic has a role in architectural discourse. Some theories of hermeneutic will be discussed in this paper as a discourse. This paper is also a part of research that still ongoing to support the method of the study that will be conducted by the researcher in architectural research. By describing this hermeneutic method in this paper, the researcher could underline the lesson about how are the steps and processes in the application of hermeneutic in architectural research.  Keywords: hermeneutics, research, architecture
Pengaruh Modul Besaran Ruang Terhadap Tata Ruang Rumah Sangat Sederhana Lily Mauliani
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.135-144

Abstract

ABSTRAK. Bangunan rumah sangat sederhana pada permukiman padat penduduk pada umumnya merupakan bangunan yang tidak memenuhi syarat kelayakan sebuah hunian, Ketidaklayakan bangunan rumah tidak saja dari segi luasan masing-masing ruang di dalamnya tetapi juga dari segi kenyamanan ruang yang mencakup pencahayaan, penghawaan serta penataan perabot di dalam ruang. Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui korelasi antara besaran ruang dan tata ruang rumah sangat sederhana ini adalah metode deskriptif, berdasarkan fenomena yang terjadi di lapangan. Modul besaran ruang rumah sangat sederhana yang relatif sangat kecil menuntut adanya penyelesaian pada disain tata ruangnya. Dengan modul besaran ruang rumah sangat sederhana sebesar 3 x 3 m2 pemecahan masalah yang dapat dilakukan adalah dengan menata ruang dengan sistem split level. Dengan sistem tersebut memungkinkan terjadinya pemisahan ruang privat berdasarkan jenis kelamin serta pengoptimalan pencahayaan dan penghawaan alami. Kata Kunci: modul, besaran ruang, tata ruang  ABSTRACT. A simple residential building in densely populated settlements, generally, is a building that does not meet the requirement of a dwelling, not laying the house not only in terms of the area of each space in it but also in terms of comfort space that includes lighting, air conditioning and the arrangement of furniture within a room. The research method that has been used to find out the correlation between space and spatial layout of this simple house is a descriptive method, based on phenomena that occurred in the field. Module size of the house space is very simple which is relatively minimal demands the completion of its spatial design. With the module size of a very simple home space 3 x 3 m2 problem solving can be done to arrange space with a split-level system. With such an arrangement allows the separation of private areas by sex and optimization of natural lighting and air conditioning.Keywords: module, dimension of space, layout
ANALISIS POLA KONFIGURASI RUANG TERBUKA KOTA DENGAN PENGGUNAAN METODA SPACE SYNTAX SEBAGAI SPATIAL LOGIC DAN SPACE USE Muhammad Fajri Romdhoni
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.113-128

Abstract

ABSTRAK. Pengembangan kota Palembang terus berkembang sejak adanya kegiatan Pekan Olah Raga Nasional PON dan juga SEA Games yang dilaksanakan di kota Palembang. Saat ini Palembang terus berbenah diri dengan menyosong dilaksanakannya kegiatan olah raga Asean Games di tahun 2018 ini. Berbagai pengembangan fisik kota dari dibangunan jaringan LRT (light rapid transit), pembangunan pusat perbelanjaan dan juga hotel-hotel baru hingga peremajaan dan pembangunan ruang terbuka untuk menampung kegiatan spatial dan kegiatan baik masyarakat kota Palembang itu sendiri ataupun untuk kepentingan pariwisata kota Palembang. Perkembangan ruang kota tersebut dirasakan peneliti dikerjakan dengan terburu-buru dan tidak disertai dengan perencanaan yang matang, sehingga menghasilkan produk yang tidak maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti konfigurasi ruang terbuka yang ada di kota Palembang, dan lokasi dari penelitian tersebut adalah ruang terbuka yang sangat terkenal di kota palembang yaitu ruang terbuka kawasan Benteng Kuto Besak. Di dalam ruang terbuka BKB tersebut terdapat beberapa elemen yang tidak sesuai dengan konfigurasi ruang terbuka yang baik, dan ditinjau dari analisis space syntax yang berguna untuk mengukur kualitas spatial, terlihat bahwa di ruang terbuka BKB tersebut tercipta beberapa ruang-ruang mati dan elemen di kawasan tersebut yang cenderung melemahkan kualitas spatial yang ada. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat ruang gerak yang wajar di ruang terbuka BKB, di dalam arsitektur hal tersebut dikenal dengan istilah spatial logic yang berguna untuk melihat arah pengembangan ruang terbuka agar dapat dimanfaatkan secara maksimal bagi space use konfigurasi ruang terbuka kota Palembang. Kata kunci: ruang terbuka, Benteng Kuto Besak, space syntax, spatial logic, space use ABSTRACT. The development of Palembang city has arisen since the National Sporting Event known as PON and also the Southeast Asian games known as SEA games thas is being held in the town. Nowadays the city has transformed itself and constantly changing for the preparation to hold another international sporting event known as Asian games in the year 2018. There are many development that is being done to the city from the building of the new infrastructure of Light Rapid Transit rails across the city and also the development of new shopping malls and even new hotels to the development of the towns open space that is a spatial spot that holds the public event and also has the particular needs to be developed to support the cities tourism. The researcher felt that development that is being done in the city is done carelessly and without careful planning and produces poor spatial products. This research purpose is to analyze the open space configuration carefully and the place that the research is being carried out is a well known open space in Palembang which is the open space of Benteng Kuto Besak, or that is well known as BKB. The elements inside BKB is not appropriate to the spatial configuration of good public space, and through the space syntax analysis to see the spatial quality we can see that there are dead spaces throughout the BKB area and the spatial elements inside the BKB are responsible for them. The purpose of this research is to understand the natural flow of space and to see the spatial logic that is intended for the BKB space. Through the spatial logic, we can also see the best space use designed for the BKB open space configuration pattern in Palembang. Keywords: open space, Benteng Kuto Besak, space syntax, spatial logic, space use
ARSITEKTUR RUMAH ULU OGAN husnul hidayat
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.129-134

Abstract

ABSTRAK. Rumah Ulu adalah rumah tradisional yang berada di daerah uluan Sumatera Selatan. Sebaran Rumah Ulu di daerah Pasemah, Semendo, Minanga, Lamban Tuha dan Ogan. Rumah Ulu adalah rumah panggung dengan bentuk dasar segi empat dan kemiringan atap yang curam. Rumah Ulu di daerah Ogan disebut Rumah Ulu Ogan dan bisa dijumpai di tepian sungai Ogan. Kondisinya kurang terawat dan sudah banyak mengalami perubahan bentuk maupun bahan konstruksinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji arsitektur Rumah Ulu Ogan. Lokasi penelitian berada di permukiman Desa Mendala, Kecamatan Peninjauan Ogan Komering Ulu. Hasil identifikasi selanjutnya dianalisis untuk menentukan karakter arsitekturnya. Hasil penelitian menunjukkan, Rumah Ulu Ogan memiliki tampilan yang khas yang tidak dimiliki pada Rumah Ulu daerah lainnya, yaitu tiang-tiang tinggi yang menopang atap pada teras depan. Denah rumah bangunan inti berbentuk segi empat dengan tambahan ruang pada sisi kanan, kiri dan belakang serta beranda rumah ada di sebelah kiri. Tidak ada sekat yang permanen dalam rumah. Atap pada bangunan inti berbentuk pelana dengan kemiringan 55 derajat yang terhubung dengan atap tambahan di sekelilingnya, bubungan atap datar atau tidak melengkung dan memiliki tebeng layar yang tegak. Ada ornamen ukiran pada bagian atap dinding dan balok lantai yang menghadap ke depan rumah. Tata letak Rumah Ulu Ogan berpola linier yang berlapis, memanjang dan sejajar aliran sungai juga orientasi bangunan tidak selalu menuju ke sungai. Kata kunci: arsitektur, Rumah Ulu, Ogan ABSTRACT. Rumah Ulu is a traditional house located in Uluan area of South Sumatra. The distribution of Rumah Ulu in the area of Pasemah, Semendo, Minanga, Lamban Tuha and Ogan. Rumah Ulu is a stilt house with a rectangular base shape and a steep roof slope. Rumah Ulu in the Ogan area is called Rumah Ulu Ogan and can be found on the banks of the Ogan river. The conditions are lack of maintenance and have undergone much change in shape and construction materials. This research is aimed to study the architecture of Ogan's house. The research site is located in the Mendala village settlement, Sub-District of Ogan Komering Ulu District. Further identification results are analyzed to determine the character of the architecture. The result shows Rumah Ulu Ogan has a distinctive look that is not owned in the home of other areas, namely high poles that support the roof on the front porch. House structure of the rectangular core building with additional space on the right side, left and back and the porch of the house on the left. There is no permanent bulkhead in the house. The roof of the saddle-shaped core building with a 55-degree slope connected to an additional roof around it, a flat roof ridge or non-curved and has an upright sidewall. There are ornaments carved on the roof of the walls and floor beams that face the front of the house. The layout of Ogan's house is linearly patterned, elongated and parallel to the flow of the river also the orientation of the building does not always go to the river. Keywords: architecture, Rumah Ulu, Ogan
Karakteristik Arsitektur di Kota Lama Kudus Anisa Anisa
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.155-164

Abstract

ABSTRAK. Kota Lama Kudus atau yang lebih sering disebut Kudus Kulon adalah sebuah kawasan bersejarah yang berada di Kabupaten Kudus, Propinsi Jawa Tengah. Kabupaten Kudus terbagi menjadi dua yaitu Kudus Kulon dan Kudus Wetan dengan sebuah sungai sebagai pemisah kedua area tersebut. Kudus Kulon atau Kota Lama Kudus merupakan cikal bakal kota Kudus dan sebuah tempat bersejarah dengan adanya makam Sunan Kudus dan Masjid Menara Kudus.  Kudus yang kita kenal sekarang ini selain adanya Masjid Menara dan Makam Sunan Kudus, juga terkenal karena industri rokok. Dalam sejarah dikisahkan dahulu industri rokok berkembang mulai dari home industry di Kota Lama Kudus sekitar tahun 1900. Jauh sebelum industri rokok berkembang, sudah ada perdagangan yang memajukan daerah Kota Lama Kudus yaitu perdagangan palawija dan tembakau. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif yang mendeskripsikan serta menginterpretasikan karakteristik arsitektur Kota Lama Kudus. Deskripsi dan interpretasi ini penting dilakukan karena kondisi terkini Kota Lama Kudus sudah mengalami banyak perubahan. Data diambil melalui observasi lapangan tentang kondisi rumah, permukiman dan kawasan Kota Lama Kudus. Pada daerah sekitar Masjid dan Menara Kudus, permukiman didominasi oleh rumah-rumah Kilungan sehingga membentuk jalan-jalan berbentuk lorong seperti labirin. Semakin jauh dari Masjid dan Menara Kudus bentuk permukimannya berubah menjadi rumah-rumah terbuka tanpa dinding kilungan. Selain lingkungan permukimannya, arsitektur rumah di Kota Lama Kudus juga beragam. Ada rumah tradisional Kudus dengan bangunan sisir (tempat usaha), rumah tradisional Kudus tanpa bangunan sisir, rumah gedong (gaya eropa) dan rumah kilungan (rumah di dalam pagar tinggi). Tiga arsitektur rumah tersebut adalah asli sebagai karakteristik arsitektur Kota Lama Kudus. Faktor yang mempengaruhi karakteristik arsitektur di Kota lama Kudus adalah aktivitas yang di lakukan di kawasan tersebut  Kata Kunci: karakteristik, arsitektur, rumah, permukiman, Kota Lama Kudus ABSTRACT. Kota Lama Kudus or more commonly called Kudus Kulon is a historic area located in Kudus District, Central Java Province. Kudus District is divided into two namely Kudus Kulon and Kudus wetan with a river as a separator of both areas. Kudus Kulon or Kota Lama Kudus is the forerunner of Kudus city and a historic place with the tomb of Sunan Kudus and Mosque of Menara Kudus. Kudus that we know today besides the existence of the Masjid Menara and the Tomb of Sunan Kudus, also famous for the cigarette industry. In the history of the first cigarette industry began to grow from the home industry in the Kudus Old City around the year 1900. Long before the cigarette industry develops, there is a trade that promotes the area of the Old Town Kudus palawija and tobacco trade. This research is  qualitative descriptive research that describes and interpret the architectural character of Kota Lama Kudus. These descriptions and interpretations are essential because the current condition of the Kudus Old City has undergone many changes. The data was taken through field observations on the condition of houses, settlements and the area of the Old City. In the area around the Mosque and the Menara, the settlements are dominated by Kilungan houses to form alley-shaped streets such as labyrinths. The farther away from the Mosque and the Menara form the settlements are transformed into open houses without the globe walls. In addition to its residential neighborhood, the architecture of the house in the Kudus Old City also varied. There is a traditional Kudus house with a sisir building (place of business), a traditional Kudus house without a sisir building, a gedong house (European style) and a kilungan house (house inside a high fence). The three architectural houses are genuine and are a character of the architecture of the Kudus Old City. Factors affecting the architectural characteristics of the old city of Kudus are the activities undertaken in the region Keywords: characteristics, architecture, house, settlement, kudus Old City
PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENGGUNAAN TEKNIK BIOPORI UNTUK MENGENDALIKAN BANJIR KOTA (Studi Kasus : Kelurahan Tanjung Rejo – Medan) Devin Defriza Harisdani; Dwi Lindarto
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.97-104

Abstract

ABSTRAK. Permasalahan banjir merupakan hal utama kinerja utilitas kota Medan. Banjir pada suatu kawasan terjadi antara lain karena drainase yang tidak memadai untuk menampung volume air hujan akibat curah hujan yang cukup tinggi. Tingkat partisipasi masyarakat ditentukan dari pemahaman dan pengetahuan yang diterima tentang pengelolaan banjir. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan nilai hubungan antara persepsi dan partisipasi, dengan metoda uji (sebelum – setelah) melalui serangkaian FGD dan simulasi penggunaan teknik biopori. Nilai korelasi 0,998 menunjukkan persepsi berkaitan erat dengan pengetahuan akan mempengaruhi tingkat partisipasi masyarakat sebelum dan sesudah FGD dan simulasi dengan nilai korelasi 0,954. Tingkat partisipasi masyarakat cukup antusias terhadap teknik biopori setelah dilakukan pengkayaan pengetahuan, pelatihan dan simulasi penggunaan untuk mengendalikan banjir kota. Penelitian ini berguna sebagai masukan kepada Pemerintah Daerah untuk meningkatkan kegiatan alternatif pengendalian banjir lingkungan. Kata Kunci: banjir, biopori, persepsi, partisipasi masyarakat ABSTRACT. Flood problems are the main performance of utilities in Medan. Flooding in an area occurs due to inadequate drainage to accommodate rainfall volume due to high rainfall. The level of community participation is determined by the understanding and knowledge received about flood management. This study aims to obtain the value of the relationship between perception and participation, with the test method (before-after) through a series of FGD and simulation of the use of biopore techniques. The correlation value of 0.998 indicates that perception closely related to knowledge will influence the participatory level of society before and after FGD and simulation with a correlation value of 0.954. The level of community participation is enthusiastic about biopore techniques after enrichment of knowledge, training, and simulation of use to control the city flood. This research is a useful solution as an input to Local Government to increase an alternative activity of flood control environment. Keywords: flood, biopore, perception, community participation
INTERPRETASI KALOSARA DALAM RUMAH ADAT TOLAKI sachrul ramadan
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.145-154

Abstract

ABSTRAK. Etnis Tolaki, adalah salah satu dari tiga kelompok etnis utama di Sulawesi Tenggara yang memiliki gaya dan bentuk budaya yang spesifik. Bentuk budaya yang spesifik diwujudkan dalam obyek yang menjadi simbol budaya disebut Kalo Sara. Kalo Sara terdiri dari tiga elemen benda atau bahan, yaitu Rotan, Kain Putih dan Lingkaran (terbuat dari Rotan) ketiga komponen bahan dan benda tersebut merupakan bahasa simbolis yang melambangkan semua aspek kehidupan sosial masyarakat Tolaki. Penelitian ini akan mengeksplorasi nilai ruang dan bentuk rumah adat Tolaki dalam kaitannya dengan Kalo Sara sebagai unsur tertinggi dalam Tatanan Budaya Tolaki. Subyek yang akan diteliti adalah penafsiran Kalo Sara sebagai unsur budaya tertinggi dalam esensi budaya terhadap komposisi ruang, bentuk dan makna dalam rumah tradisional Tolaki. Hasil penelitian menemukan bahwa Kalo Sara sebagai simbol budaya di komunitas Tolaki sangat erat dan melekat dalam konfigurasi ruang rumah tradisional Tolaki. Inti dari ruang yang mendefinisikan sifat Kalo Sara dari seluruh pengaturan ruang disebut istilah Siwolembatohu.Kata Kunci: Rumah Tolaki, Siwolembatohu, Kalo Sara ABSTRACT. Ethnic Tolaki, is one of the three main ethnic groups in southeast Sulawesi that have a specific cultural style and form. A particular cultural form is manifested in an object that becomes a cultural symbol called Kalo Sara. If Sara is made up of three elements of matter or material, namely Rattan, White cloth and Circle (made of Rattan) the three components of the material and the object is a symbolic language symbolizing all aspects of the social life of the Tolaki community. This research will explore the value of space and customs house form Tolaki concerning Kalo Sara as the highest element in the Tolaki Cultural Organization. The subjects to be studied are the interpretation of Kalo Sara as the most top cultural element in the essence of culture to the composition of space, form, and meaning in Tolaki traditional house. The results of the study found that Kalo Sara as a cultural symbol in the Tolaki community is intimately tied to the traditional Tolaki house space configuration. The core of the space that defines the Kalo Sara nature of the whole spatial arrangement is called the Siwolembatohu term.Keywords: Rumah Tolaki, Siwolembatohu, Kalo Sara.  
MENELAAH TERITORIALITAS KELOMPOK SOSIAL PENGHUNI DI RUSUNAWA: PROSES HOME-MAKING WARGA RELOKASI Rossa Turpuk Gabe; Annisa Putri Lestari
NALARs Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24853/nalars.17.2.87-96

Abstract

ABSTRAK. Makna rumah tidak hanya pada kehadiran bangunan fisiknya saja, tetapi juga kehadiran ruang yang membuat rasa aman, nyaman dan kepemilikan penghuninya. Tulisan ini mencoba untuk membahas proses Home-Making dengan mengangkat sebuah kasus relokasi warga kampung padat ke Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa). Perbedaan mendasar pada hunian sebelum dan sesudah relokasi adalah kemampuan ruang huni yang tersedia mewadahi interaksi sosial warga. Melalui kasus ini dapat terlihat pembentukan teritori di rusunawa yang dikontrol dan dikuasai kelompok-kelompok sosial bedasarkan kebutuhan setiap kelompok. Teritorialitas tersebut merupakan upaya kelompok sosial mengklaim suatu area geografis yang didasari dengan kebutuhan interaksi kelompoknya. Kebutuhan privasi dan elemen ruang memiliki peran penting dalam menciptakan teritori. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan mengangkat Rusunawa Jatinegara Barat sebagai kasus. Rusunawa Jatinegara Barat dipilih karena rusun ini dikhususkan untuk warga relokasi Kampung Pulo yang telah rampung perpindahan seluruh warganya pada bulan Agustus 2015. Dalam rentang waktu huni tersebut, warga relokasi sudah menyesuaikan dengan lingkungan barunya. Bedasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa pembentukan teritori kelompok sosial warga di rusunawa merupakan proses home-making penghuni relokasi kampung padat untuk menghadirkan kembali suasana dan nilai-nilai ‘rumah’ yang mereka yakini. Proses home-making ini diharapkan mampu meningkatkan rasa kepemilikan penghuni seiring tanggung jawab dalam menjaga dan memelihara lingkungan tempat tinggalnya. Kata kunci: teritorialitas, home-making, kelompok sosial, rumah susun ABSTRACT. The Meaning of Home is not only about the existence of its physical building, but also the existence of a space where the owners feel safe, comfortable and belong to it. This paper addresses processes of Home-Making of a relocation case of crowded kampong’s residents to Rental Low-cost Apartments (Rusunawa). The basic difference between before and after settlements is the ability of housing space to accommodate social interaction of residents. The case explains the formation of territory in Rusunawa that controlled and owned by specific social groups based on their needs. The territoriallity factor is an effort of social groups to claim a particular geographic area based on their interaction needs. The needs of privacy and space elements are important roles to create their territory. This study used a qualitative method with the case at Rusunawa Jatinegara Barat. Rusunawa Jatinegara Barat was chosen because it has been devoted to Kampung Pulo’s people who was moved in August 2015. During the settlement period, the relocation residents have adapted to their new neighborhood. The findings of this study suggest that the formation of social groups resident in Rusunawa is a process of home-making of crowded kampong’s residents to represent their concept of the atmosphere and values of home. These processes of home-making are expected able to increase resident’s sense of belonging and increase their responsibility to maintain and preserve their neighborhood. Keywords: territoriality, home-making, social groups, low-cost apartment

Page 1 of 1 | Total Record : 8


Filter by Year

2018 2018


Filter By Issues
All Issue Vol 22, No 2 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 2 Juli 2023 Vol 22, No 1 (2023): NALARs Volume 22 Nomor 1 Januari 2023 Vol 21, No 2 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 2 Juli 2022 Vol 21, No 1 (2022): NALARs Volume 21 Nomor 1 Januari 2022 Vol 20, No 2 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 2 Juli 2021 Vol 20, No 1 (2021): NALARs Volume 20 Nomor 1 Januari 2021 Vol 19, No 2 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 2 Juli 2020 Vol 19, No 1 (2020): NALARs Volume 19 Nomor 1 Januari 2020 Vol 18, No 2 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 2 Juli 2019 Vol 18, No 1 (2019): NALARs Volume 18 Nomor 1 Januari 2019 Vol 17, No 2 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 2 Juli 2018 Vol 17, No 1 (2018): NALARs Volume 17 Nomor 1 Januari 2018 Vol 16, No 2 (2017): NALARs Volume 16 Nomor 2 Juli 2017 Vol 16, No 1 (2017): NALARs Vol 16 No 1 Januari 2017 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 2 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 2 Juli 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 15, No 1 (2016): NALARs Volume 15 Nomor 1 Januari 2016 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 2 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 2 Juli 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 14, No 1 (2015): NALARs Volume 14 Nomor 1 Januari 2015 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 2 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 2 Juli 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 1 (2014): NALARs Volume 13 Nomor 1 Januari 2014 Vol 13, No 2 (2014): Jurnal Arsitektur NALARs Volume 13 Nomor 2 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 2 (2013): Nalars Volume 12 Nomor 2 Juli 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 12, No 1 (2013): NALARs Volume 12 Nomor 1 Januari 2013 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 2 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 2 Juli 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 11, No 1 (2012): NALARs Volume 11 Nomor 1 Januari 2012 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 2 (2011): NaLARs Volume 10 Nomor 2 Juli 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 10, No 1 (2011): NALARs Volume 10 Nomor 1 Januari 2011 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 2 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 2 Juli 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 9, No 1 (2010): NALARs Volume 9 Nomor 1 Januari 2010 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 2 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 2 Juli 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 Vol 8, No 1 (2009): NALARs Volume 8 Nomor 1 Januari 2009 More Issue