Claim Missing Document
Check
Articles

KALIMAT INVERSI DENGAN SUBJEK KOMPLEKS DALAM BAHASA INDONESIA RAGAM JURNALISTIK NFN Wagiati; Duddy Zein
SUAR BETANG Vol 13, No 1 (2018): Juni 2018
Publisher : Balai Bahasa Kalimantan Tengah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26499/surbet.v13i1.70

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kalimat Inversi dengan Subjek Kompleks dalam Bahasa Indonesia Ragam Jurnalistik”.  Tujuan penelitian ini adalah (1) mengkaji konstruksi predikat dan konstruksi subjek pada kalimat inversi dengan subjek kompleks dan (2) mengkaji perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bahasa Indonesia ragam jurnalistik banyak ditemukan kalimat inversi dengan subjek kompleks. Bentuk verba yang menjadi predikat pada umumnya berupa verba pasif berawalan {ter-} atau {di-}. Konstituen pengisi predikatnya ada yang berupa kata, yakni verba saja, dan ada pula yang berupa verba + adverbia dan membentuk frasa verbal. Subjek kompleks berdasarkan konstruksinya dapat berupa frasa dan dapat pula berupa klausa. Perubahan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat pada kalimat inversi dengan subjek kompleks pada umumnya bergantung pada konstituen pengisi predikat. Jika predikat berupa verba saja, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang kurang lazim. Namun, jika predikat berupa verba + adverbia sehingga membentuk frasa verbal, pembalikan struktur dari predikat-subjek menjadi subjek-predikat akan menghasilkan kalimat yang lazim(Inversion Sentences with Complex Subject in Indonesian Language of Journalistic Variety)This research titled “Inversion Sentences with Complex Subjects in Journalistic Style-Indonesian Language.” The purposes of this study are (1) to study the construction of predicate and subject construction in inversion sentences with a complex subject, and (2) to study the change of structure of predicate-subject to subject-predicate in inversion sentence with a complex subject. The result of the research shows that sentences inversion with the complex subject is found frequently used in Journalistic Style-Indonesian Language. The form of verbs that become the predicate is generally a passive verb which beginning with {ter-} or {di-}. The constituents of predicate filler are found in the form of a word, which is verb only and also found in the form of verb + adverbs which forms verbal phrases. The complex subject based on the construction can be whether a phrase or a clause. The structural changes from predicate-subject to subject-predicate in inversion sentences with complex subjects generally depend on the constituents of predicate filler. If the predicate is only a verb, the reversal of the structure from predicate- subject to subject-predicate will form less common sentences. However, if the predicate form is verb + adverbial and creates a verbal phrase, the reversal of the structure from subject-predicate to subject-predicate will form a common sentence
METAFORA KONSEPTUAL CINTA DALAM ALBUM TAYLOR SWIFT: KAJIAN SEMANTIK KOGNITIF Irwan Syah; Wagiati Wagiati; Nani Darmayanti
Metahumaniora Vol 9, No 2 (2019): METAHUMANIORA, SEPTEMBER 2019
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/metahumaniora.v9i2.23864

Abstract

Tulisan ini mendeskripsikan konseptualisasi metafora cinta dalam lirik lagu Taylor Swift. Metode yang digunakan ialah kualitatif deskriptif dan kajian konseptual semantik kognitif. Penggunaan bahasa kiasan kini telah merambah pada dunia tarik suara, lirik lagu secara tidak sadar mengandung penggunaan metafora yang tak terlepas pada pengalaman pribadi penulis, khususnya masalah pecintaan. Penganalisisan bertujuan untuk melihat hubungan antara sistem konseptual dan struktur semantik yang terkandung pada bahasa yang digunakan penulis yang dituangkan pada lagu-lagunya. Bedasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, ada beberapa konseptualisasi yang ditemukan dalam metafora bertemakan cinta, antara lain konsep cinta sebagai tangisan, konsep cinta sebagai lagu, konsep cinta sebagai benda tersembunyi, konsep cinta sebagai suatu kebutuhan, konsep cinta sebagai keindahan, konsep cinta sebagai kesempurnaan.
TIPOLOGI STRUKTUR FRASE PREPOSISIONAL BAHASA RUSIA,INGGRIS, DAN INDONESIA (Suatu Kajian Kontrastif) Susi Machdalena; Ypsi Soeriasoemantri; Wagiati -
Sosiohumaniora Vol 4, No 3 (2002): SOSIOHUMANIORA, NOPEMBER 2002
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v4i3.5271

Abstract

Penelitian ini berjudul “Tipologi Frase Preposisional Bahasa Rusia,Inggris,dan Indonesia (Suatu Kajian Kontrasif).” Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji secara tipologis frase dari ketiga bahasa tersebut. Frase preposisional bahasa Rusia dikontrastifkan dengan frase preposisional bahasa Inggris dan Indonesia. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis. Data-data diperoleh dari buku-buku pelajaran bahasa Rusia. Dari penelitian ini dihasilkan bahwa secara eksplisit dalam bahasa Rusia tidak digunakan istilah frase preposisional. Dalam bahasa Rusia hanya dikenal frase verba yang merupakan gabungan verba dengan nomina berpreposisi, sedangkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia istilah tersebut disebut preposisional. Frase verba bahasa Rusia (gabungan verba dan nomina berpreposisi) memiliki pemarkah preposisi dan sufiks yang melekat pada nominanya. Adanya preposisi dalam frase tersebut menentukan kasus yang akan digunakan nomina, sedangkan dalam bahasa Inggris dan Indonesia nomina tidak berubah walaupun terdapat preposisi. Kata kunci : Tipologi, frase, kontrastif
AMANAT RELIGIUS DALAM NOVEL SENJA DI JAKARTA KARYA MOCHTAR LUBIS SEBAGAI SARANA MENDEKATKAN DIRI KEPADA TUHAN R. Yudi Permadi; Wagiati -; Eni Karlieni
Sosiohumaniora Vol 3, No 1 (2001): SOSIOHUMANIORA, MARET 2001
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v3i1.5196

Abstract

Penelitian ini membicarakan amanat religius dalam novel Senja di Jakarta. Adapun tujuannya adalah memperoleh gambaran yang jelas dan lengkap mengenai unsur religius yang berfungsi sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Tuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktural. Unsur-unsur yang membangun struktur novel tersebut secara fungsional saling berhubungan sehingga membantu dalam mengungkapkan maknanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tokoh-tokoh yang mengalami krisis dalam hidupnya disebabkan oleh kurang didalaminya ajaran agama yang sebetulnya merupakan pedoman hidup. Karena itulah, ajaran agama sangat penting bagi manusia sebab merupakan kebutuhan jiwa yang paling dasar. Kata kunci : Mimesis, kredibilitas, fiksi, religius, legimitasi, Gramofon.
VITALITAS BAHASA SUNDA DI KABUPATEN BANDUNG Wagiati Wagiati; Wahya Wahya; Sugeng Riyanto
LITERA Vol 16, No 2: LITERA OKTOBER 2017
Publisher : Faculty of Languages and Arts, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/ltr.v16i2.14357

Abstract

AbstrakPenelitian ini bertujuan untuk membuktikan vitalitas (daya hidup, tingkat kesehatan) bahasa Sunda menghadapi bahasa Indonesia. Penelitian itu berancangan kuantitatif dengan menggunakan dua variabel bebas, yakni penggunaan bahasa Sunda yang dihadapkan dengan bahasa Indonesia dan kelompok pengguna bahasa Sunda sebagai bahasa pertama, yakni keluarga asli Sunda yang bermukim di Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Variabel terikatnya adalah pilihan bahasa, yakni bahasa Sunda atau bahasa Indonesia. Hasil penelitian membuktikan bahwa vitalitas bahasa Sunda kuat pada ranah kekeluargaan, transaksional, dan kekariban; tetapi lemah pada ranah kedinasan dan orang tidak dikenal. Dari segi kesepakatan, ranah keluarga, transaksional, dan kekariban juga menduduki tempat yang tinggi dibandingkan ranah kedinasan dan orang tidak dikenal. Penggunaan terbanyak bahasa Sunda ada pada ranah kekeluargaan, terutama pada saat informan berbicara dengan kakek/nenek dan ayah/ibu. Bahasa Sunda berkurang vitalitasnya pada ranah kedinasan dan ranah orang tidak dikenal.Kata kunci: vitalitas bahasa, bahasa pertama, bahasa Sunda THE VITALITY OF THE SUNDANESE LANGUAGE IN BANDUNG REGENCYAbstractThis study aims to prove the vitality of the Sundanese language to face the Indonesian language. This was a quantitative study involving two independent variables, namely the use of the Sundanese language to confront the Indonesian language and groups of users of the Sundanese language as the first language, namely the native Sundanese families living in Bandung Regency, West Java. The dependent variable was the choice of language, i.e. the Sundanese or Indonesian language. The results prove that the vitality of the Sundanese language is strong in the family, transaction, and closeness domains; but it is weak in the official domain and that related to strangers. In terms of agreement, the family, transaction, and closeness domains also occupy a high position compared to the official domain and that related to strangers. The use of the Sundanese language with the highest frequency is in the family domain, especially when the informants talk with grandparents and fathers/mothers. The vitality of the Sundanese language lessens in the official domain and that related to strangers.Keywords: language vitality, first language, Sundanese language
PENGGUNAAN POLA KALIMAT KAGIRI DAN KAGIRI DA DALAM BAHASA JEPANG (ANALISIS STRUKTUR DAN MAKNA) Mellati Riandi Putri; Wagiati Wagiati
Prosodi Jurnal Ilmu Bahasa dan Sastra Vol 15, No 1: (2021): Prosodi
Publisher : Program Studi Bahasa Inggris Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (355.604 KB) | DOI: 10.21107/prosodi.v15i1.10489

Abstract

The purpose of this research is to find the way of using kagiri and kagiri da as sentence patterns in Japanese. The type of this research is qualitative research with descriptive method. The data was taken from Japanese online news website, Asahi Shinbun which published on early December 2020 that contain sentences that using kagiri and kagiri da sentence pattern. There are 21 data gathered from Asahi Shinbun, and based on the part of speech that formed with kagiri and kagiri da sentence pattern, there are ten data were classified as noun, nine data were classified as verb, and 2 data classified as adjective. The kagiri sentence pattern used as conjunction when formed with noun and verd with semantic meaning as “while” with certain condition or terms, and used as suffix when formed with noun which containing number or time with semantic meaning of limitation of something. While the kagiri da sentence pattern only formed with adjectives and always in the end of the sentence with semantic meaning of describing a certain level of the speaker feelings. The kagiri sentence pattern have a lot of variations such as formed with joshi in ni kagiri pattern, ni kagitte pattern, and ni kagiru pattern. The further research through another data source such as corpus may needed to find another purpose of this sentence pattern. Keywords: syntax, semantic, verb, kagiri, kagiri da
KOMPETISI ANTARA PETUNJUK SINTAKTIS DAN SEMANTIS DALAM PEMAHAMAN BAHASA INGGRIS: STUDI EKSPERIMENTAL BERTEKNOLOGI SEMIDARING Sugeng Riyanto; Wagiati Wagiati; Elly Sutawikara
Jurnal Sosioteknologi Vol. 16 No. 2 (2017)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2017.16.2.3

Abstract

Penelitian tentang pemahaman kalimat ini merupakan salah satu bidang kajian dalam psikolinguistik. Pengguna bahasa memiliki berbagai petunjuk (cue) untuk memahami kalimat, yakni urutan (nomina pertama sebagai pelaku/subjek), kebernyawaan (nomina bernyawa sebagai pelaku/subjek), dan kongruensi (nomina sebagai pelaku/subjek adalah nomina yang bersesuaian dengan verba dalam kalimat). Penelitian berancangan kuantitatif dengan peubah bebas dua kelompok pembahan, lima tipe kalimat (setiap tipe terdiri atas empat kalimat). Peubah terikatnya dalah pilihan nomina pertama atau kedua dan waktu yang digunakan untuk menentukan pilihan. Hasilnya dianalisis menggunakan statistik berkaitan dengan rerata dan simpangan baku. Penelitian ini berhasil membuktikan bahwa pemahaman kalimat tidak bersifat semesta. Setiap kelompok penutur memiliki cara yang berbeda dalam memahami kalimat. Bobot relatif perangkat semantis (kebernyawaan) merupakan petunjuk terpenting pada kedua pembahan untuk menentukan pelaku perbuatan atau subjek kalimat, disusul urutan sebagai perangkat sintaktis, dan akhirnya kongruensi yang juga merupakan perangkat sintaktis.Kata kunci: pemahaman kalimat, pelaku/subjek, perangkat sintaktis, perangkat semantis.
BAHASA GAUL KAUM MUDA SEBAGAI KREATIVITAS LINGUISTIS PENUTURNYA PADA MEDIA SOSIAL DI ERA TEKNOLOGI KOMUNIKASI DAN INFORMASI Duddy Zein; Wagiati Wagiati
Jurnal Sosioteknologi Vol. 17 No. 2 (2018)
Publisher : Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/sostek.itbj.2018.17.2.6

Abstract

Salah satu praktik berbahasa yang menjadi dampak perkembangan teknologi komunikasi dan informasi adalah munculnya kreativitas linguistis, khususnya di kalangan kaum muda. Kreativitas linguistis pada praktiknya telah menimbulkan adanya divergensi bahasa sehingga menimbulkan disparitas komunikasi antara kaum muda dengan kaum tua di tengah masyarakat. Tulisan ini mengangkat tiga hal utama, yaitu (1) bagaimanakah gejala lingual di kalangan kaum muda yang disebut sebagai bahasa gaul, (2) bagaimana bentuk-bentuk kreativitas linguistis di kalangan kaum muda, dan (3) faktor apa saja yang mendorong terjadinya proses kreativitas linguistis. Penelitian ini menggunakan pendekatan sosiolinguistik . Data penelitian diambil dari jejaring media sosial twitter pada tahun 2018. Hasil kajian memperlihatkan beberapa hal yaitu, (1) bahasa gaul di kalangan kaum muda pada dasarnya dipahami sebagai subragam informal bahasa Indonesia; (2) bahasa gaul di kalangan kaum muda memiliki identitas leksikal yang menjadi ciri utamanya, yaitu adanya reduksionisme, penyingkatan kata, dan akronimisasi; (3) faktor yang melatarbelakangi munculnya kreativitas linguistis di kalangan kaum muda, yaitu efisiensi berbahasa, sosialpsikologis, anutan berbahasa, kemajuan teknologi, dan keinginan untuk menciptakan varian (bahasa Indonesia) baru.
PEMERTAHANAN BAHASA SUNDA DALAM UPACARA PERNIKAHAN TRADISIONAL DI KABUPATEN BANDUNG Wagiati Wagiati; Duddy Zein
Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan Vol. 3 No. 2 (2018)
Publisher : Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan, Kemendikbudristek

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24832/jpnk.v3i2.1031

Abstract

The aim of this research is to explain the methods for maintaining the use of Sundanese language in the Sundanese Traditional Wedding Ceremony in Bandung Regency and to describe the factors that influence them. The method used in this reasearch was a descriptive-qualitative method. The data sources were the Sundanese traditional wedding ceremony in Kabupaten Bandung. The results show that the methods for maintaining the use of Sundanese language in the Sundanese traditional wedding Ceremony in Kabupaten Bandung include the traditional welcoming ceremony for bride and groom by lengser, saweran, ngaleupaskeun japati, door opening, and sungkem. The factors that influence the insistence of maintaining the usage of Sundanese language in the Sundanese Traditional Wedding Ceremony are to preserve the cultural identity and the cultural background of the bride and groom’s family.  AbstrakTujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk-bentuk pemertahanan bahasa Sunda dalam upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung dan menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode yang digunakan adalah metode kualitatifdeskriptif. Sumber datanya adalah upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung. Berdasarkan data tersebut dilakukan analisis terhadapnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa bentuk pemertahanan bahasa Sunda pada upacara pernikahan adat Sunda di Kabupaten Bandung, Jawa Barat meliputi bentuk penjemputan oleh lengser, saweran inti, ngaleupaskeun japati, buka pintu, dan sungkem. Faktor yang menyebabkan terjadinya pemertahanan bahasa Sunda pada upacara pernikahan adat Sunda adalah mempertahankan identitas kultural dan latar belakang kultural keluarga yang melangsungkan upacara pernikahan tersebut.
Kalimat Imperatif dalam Iklan Layanan Masyarakat Berbahasa Arab Terkait Covid-19 di SBS Australia Trian Ramadhan Nuryadin; Wagiati
Diglosia: Jurnal Kajian Bahasa, Sastra, dan Pengajarannya Vol 3 No 4 (2020)
Publisher : Magister Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mulawarman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (846.725 KB) | DOI: 10.30872/diglosia.v3i4.87

Abstract

Social networking media became the main media to spread public service announcements related to Covid-19 during a pandemic to prevent the spread of this outbreak. This study focuses on imperative sentences on public service Arabic announcements related to Covid-19 issued by SBS Australia. The purpose of this study is to describe the structure of imperative sentence forms in these advertisements syntactically and to group them into imperative sentence types according to Alwi (2010). This research is included in the research type of descriptive analysis research. The data analysis method used in this study is a method of distribution with the basic technique for direct elements (BUL) which is used to describe and analyze data from data sources. This study found as many as; 5 data are categorized as imperative commands or ordinary orders, 1 data are categorized as imperative subtle commands, 2 data are categorized as imperatives and invitations, 2 data are categorized as imperative prohibitions or negative commands. In addition, the imperative sentence in this ad is preceded by the structure of the predicate-object-complement-description sentence.