Sidharta, Leonard
Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

"Dari Kekosongan Kepada Kelimpahan": Fondasi Trinitarian dari Spiritualitas Kristen Sidharta, Leonard
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 12 No 2 (2011)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (18.715 KB)

Abstract

Tidak diragukan lagi mengenal Allah adalah tujuan menjadi seorang Kristen. Aquinas dan banyak teolog lain mengatakan bahwa tujuan utama dari keberadaan kita sebagai orang Kristen terletak di dalam momen ketika iman kita diubah menjadi pengetahuan, yakni ketika kita mengetahui Allah secara sempurna dengan melihat Dia muka dengan muka. … Namun, dalam pengertian tertentu, mengenal Allah tidaklah mudah atau, paling tidak, tidak senatural yang kita pikirkan. Proses mengenal Allah memerlukan kondisi tertentu, karena secara umum obyek pengetahuan kita menentukan cara kita mengetahui/mengenalnya (sebagai contoh, kita mengetahui kebenaran-kebenaran ilmu pengetahuan dengan cara belajar; kita tahu bermain alat musik dengan cara mempraktikkannya; dan seterusnya). Karena Allah secara absolut melampui pemahaman kita dan tidak dapat dikontrol oleh kita, tidaklah mengherankan jika cara yang benar untuk mengenal Allah akan mengejutkan dan menggoncang kita. Kekristenan (dan agama-agama lain juga di dalam derajat tertentu) mengajarkan bahwa melihat dan mengenal Allah secara sungguh-sungguh akan mengakibatkan kematian. … Kematian di sini berarti pemusnahan ego atau sikap mementingkan diri sendiri dan mengutamakan kenyamanan pribadi, sebagaimana William James, seorang filsuf dan psikolog Amerika, ungkapkan, pengalaman religius yang sejati selalui diawali dengan penghancuran ego seseorang. Tanpa menyadari dengan mendalam bahwa kita tidak ada apa-apanya, bahwa hati atau kehidupan kita pada dasarnya adalah kosong, kita tidak dapat mengenal Allah dengan benar dan lebih menyeluruh. … Pengalaman kekosongan atau kehampaan ini pada dasarnya adalah sebuah pengalaman akan kematian …. Selain itu, kekosongan atau kehampaan yang kita harus praktikkan bersama Kristus di sini tidak sama dengan konsep agama-agama Timur (misalnya Buddhisme) tentang kehampaan. … Sebab itu, kehampaan atau keputusasaan kita, yang dirasa seperti kematian, bukanlah akhir di dalam dirinya sendiri; ia hanyalah sarana untuk membawa kita kepada Allah. Kita sangat terbiasa dengan kata “Allah” sehingga kita jarang sekali sadar bahwa Allah adalah Keberadaan yang agung dan misterius yang sepenuh-penuhnya melebihi pemahaman kita dan menolak untuk dikontrol oleh keinginan dan hasrat kita. Karena Allah secara total melampaui kita namun menopang kita, mengenal Dia bagi kita tidak terpisahkan dari kematian!
Bejana Tanah Liat dan Semak yang Terbakar: Menerima Berkat-Berkat Jumat Agung dan Paskah Sidharta, Leonard
Veritas : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 14 No 1 (2013)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi SAAT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (16.928 KB)

Abstract

Apakah ada cara-cara yang benar untuk merayakan Jumat Agung dan Paskah? Sebagai orang-orang Kristen yang tidak ingin disebut sebagai “orang-orang Kristen KTP,” kita sudah tentu tidak akan dipuaskan dengan jawaban bahwa karena dua hari tersebut adalah dua peristiwa gerejawi yang penting maka kita harus pergi ke gereja dan mengikuti ibadah dengan khusyuk. Pastilah ada jawaban-jawaban yang lebih dalam lagi. Namun di mana kita menemukan jawaban-jawaban tersebut? Paling tidak kita dapat mengatakan bahwa kita harus bersedih pada hari Jumat Agung dan bersukacita pada hari Paskah. Hal tersebut merupakan jawaban yang normal dan bahkan beberapa orang Kristen mengatakan bahwa tanpa ekspresi emosi yang benar orang-orang Kristen belum melaksanakan even-even kudus tersebut dengan cara yang benar dan sungguh-sungguh. Akan tetapi, meski respons-respons emosional tersebut dapat menjadi respons yang singkat dan tidak mengubahkan kehidupan, ada yang salah dengan mengatakan bahwa satu-satunya cara untuk melaksanakan even-even tersebut adalah dengan memusatkan emosi kita kepada Yesus entah sebagai korban yang tragis atau sebagai pemenang yang dibenarkan. ... Sebagaimana yang akan saya perlihatkan dibawah ini, salah satu alasan mengapa perasaan kita terhadap Kristus bersifat mengubahkan kehidupan adalah karena perasaan-perasaan tersebut menenggelamkan kita di dalam Kristus.