Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

PENGEJAWANTAHAN TARI GENDING SRIWIJAYA: SOCIOCULTURAL DALAM PERSPEKTIF NILAI Yoan Mareta; Sariyatun Sariyatun; Leo Agung Sutimin
Patra Widya: Seri Penerbitan Penelitian Sejarah dan Budaya. Vol. 20 No. 2 (2019): Agustus
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52829/pw.290

Abstract

Tari Gending Sriwijaya merupakan tari sambut asal Sumatera Selatan yang sejauh ini dipandang sebagai icon cultural. Sebagai warisan nilai estetika dari perjalanan sejarah yang panjang, tari ini dapat difungsikan sebagai bentuk manifestasi nilai. Tujuan penelitian ini adalah untuk menafsirkan nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam setiap gerakan tari Gending Sriwijaya, menerjemahkan nilai-nilai tersebut, serta relevansinya dengan realitas yang ada pada masyarakat selama ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik observasi/pengamatan dan kajian literatur. Hasil penelitian ini menunjukkan adanya sumbangsih literasi makna yang sangat luas dari setiap gerakan tari Gending Sriwijaya. Setelah dikaji melalui pendekatan sociocultural, ditemukan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam tari Gending Sriwijaya terdiri dari nilai sosial, nilai budaya, nilai
TARI GENDING SRIWIJAYA: MORALITAS DALAM REFLEKSI HISTORIS CIVIL SOCIETY Yoan Mareta; Sariyatun Sariyatun; Leo Agung Sutimin
Patanjala: Journal of Historical and Cultural Research Vol 11, No 2 (2019): PATANJALA Vol. 11 No. 2, JUNE 2019
Publisher : Balai Pelestarian Nilai Budaya Jawa Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.707 KB) | DOI: 10.30959/patanjala.v11i2.485

Abstract

Tari Gending Sriwijaya adalah tari tradisional yang mengandung unsur budaya Palembang di setiap bagiannya. Setelah memicu kontroversi kontemporer yang menganjurkan penghapusan tari Gending Sriwijaya, tulisan ini hadir sebagai ungkapan kritis menolak konsepsi tersebut. Pentingnya warisan budaya dalam konteks kebudayaan haruslah disajikan sebagai acuan edukasi sebab kehadirannya merupakan bentuk historical value. Tujuan penulisan ini adalah kajian tari Gending Sriwijaya berfokus pada tafsir gerak yang diperagakan oleh penari melalui metode penelitian fenomenologi, guna mencari nilai moralitas yang terkandung dalam gerak tari dan mencari refleksi historis civil society dalam orientasi nilai. Hasil pembahasan: 1) Historisitas tari Gending Sriwijaya; 2) Tafsir gerak tari Gending Sriwijaya dalam kajian nilai moralitas; 3) Nilai refleksi historis civil society. Tari Gending Sriwijaya sebaiknya menjadi orientasi logis dalam pengejawantahan tari sebagai refleksi nilai historis, sebab kebutuhannya menyokong adab generasi mendatang yang berkontribusi terhadap kesuksesan visi civil society.Gending Sriwijaya dance is a traditional dance that contains elements of Palembang culture in every part of it. After triggering a contemporary controversy that advocated the abolition of the Gending Sriwijaya dance, this paper came as a critical expression of rejecting the claim. The importance of cultural heritage must be presented as an educational reference because its presence is a form of historical value. The purpose of this writing is the study of Gending Sriwijaya dance which focuses on interpretations of motion that are exhibited by dancers through phenomenology research methods, in order to find the moral values contained in dance movements and seek historical reflection of civil society. Results of discussion: 1) The historicity of the Gending Sriwijaya dance; 2) The moral values contained in the motions of the Gending Sriwijaya dance; 3) Historical reflection values of civil society. Gending Sriwijaya dance should be a logical orientation in the embodiment of dance as a reflection of historical value because its usefulness as a support for future generations of who will contribute to the success of vision of civil society.
Self-Esteem: Orientasi Karakter dalam Pembelajaran Sejarah Yoan Mareta; Robit Nurul Jamil
Tarikhuna: Journal of History and History Education Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/thje.v4i1.4245

Abstract

Historical education in the context of learning must offer valuable solutions to overcoming character problems. This urgency should be understood by all history educators as a mandate that history is a heritage of values, it is necessary to absorb values, so that the goal of history in forming wise human beings will be achieved. Self-esteem is one aspect of personality that has an important role and has a major influence on individual attitudes and behavior. This value is very important to support the national identity and character of students. The dynamics of modernization requires a container of values in cultural transformation, so that students who are citizens have filters to sort out the impact of the current of modernization. The research method used is a qualitative paradigm (qualitative description). The results of the discussion: 1) Explanation of self-esteem in character building; 2) The position of learning history in growing self-esteem. The conclusions of this study include: 1) Self-esteem has a major influence on the formation of students' character; 2) History learning is a bridge for students' character growth; 3) Character building is very difficult in national education if learning is not oriented to certain values.
Pembelajaran Sejarah Lokal: Enkulturasi Berpikir Kritis Yoan Mareta; Robit Nurul Jamil
Tarikhuna: Journal of History and History Education Vol 4, No 1 (2022)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15548/thje.v4i1.4591

Abstract

Sejarah lokal memberikan sumbangsih besar terhadap sejarah nasional. Namun, bukan berarti sejarah lokal selalu menjurus kearah politik. Sejarah lokal juga dapat dimaknai sebagai pengalaman berharga dalam penanaman nilai dan karakter bagi peserta didik. Maka dari itu, dibutuhkan peran optimal dari guru sejarah untuk merancang sebuah pembelajaran sejarah lokal yang dapat menjalankan fungsi enkulturasi berpikir kritis. Konsep berpikir kritis diharapkan mampu mengarahkan peserta didik untuk berpikir solusional pada saat yang tepat. Penulisan ini menggunakan paradigma kualitatif dengan metode studi literatur. Hasil penelitian meliputi: 1) Deteksi nilai filosofis dalam sejarah lokal; 2) Berpikir kritis dalam kajian sejarah lokal; 3) Metode aktivasi dalam pembelajaran sejarah. Kesimpulan yang di dapat yakni: 1) Nilai-nilai sejarah (historical value) yang terdapat pada sejarah lokal sangatlah penting untuk dijadikan refleksi dan imajinasi masa depan dalam berkehidupan dan berbangsa; 2) Pembelajaran sejarah lokal dapat menjadi lebih menarik jika dikontekstualisasikan dengan lingkungan sekitar; 3) Guru dapat leluasa untuk menggunakan berbagai model pembelajaran berbasis nilai pada materi sejarah lokal.
Sejarah Pemikiran Gerakan Reformasi : Indonesia Lisa Rukmana; Yoan Mareta
Jurnal EduSosial Vol. 2 No. 2 (2022): Jurnal Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Publisher : Jurusan Pendidikan IPS FKIP UNJA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.753 KB) | DOI: 10.22437/jeso.v2i2.22405

Abstract

Abstrak: Reformasi mengubah wajah politik di Eropa kemudian perubahan itu terjadi di bagian-bagian dunia. Reformasi digagas oleh Martin Luther, seorang pastur di Jerman yang merasa prihatin dengan kondisi umat Kristen. Selain kepapaan masyarakat Kristen yang bertolak belakang dengan kondisi kehidupan mewah para penguasa dan para pastur Gereja, pemberlakuan praktek penjualan Surat Penghapusan Dosa atau yang disebut Surat Aflat menjadi penyebab munculnya dorongan untuk menyusun ulang pola kehidupan masyarakat Kristen. Luther memprotes penyelewengan pihak gereja dengan mencetuskan 95 Dalil dan memakunya di pintu gereja, usaha itu mendapat sambutan dari cendikiawan-cendikiawan Barat yang terbuka pikirannya. Buah dari penerimaan itu reformasi gereja bertransformasi menjadi gerakan pembaharuan pada kesadaran teokrasi yang lebih kuat, perubahan dan pembaharuan bentuk-bentuk hidup gereja, sikap aktif terhadap politik, hingga cara pandang reformasi bertransformasi memuat nilai-nilai utama yang menjadi landasan dan harapan berproses, bernegara dan bermasyarakat. Kata kunci: reformasi, gereja, Katolik Roma, Martin Luther, Calvinisme Abstract: The reforms changed the face of politics in Europe then those changes took place in those parts of the world. The Reformation was initiated by Martin Luther, a priest in Germany who was concerned about the condition of Christians. In addition to the poverty of the Christian community which is contrary to the luxurious living conditions of the rulers and priests of the Church, the imposition of the practice of selling penance letters or the so-called Aflat letter is the cause of the urge to rearrange the pattern of Christian community life. Luther protested against the irregularities of the church by inventing the 95 Theses and nailed them to the door of the church, the effort received a response from Western scholars who were open-minded. The result of the acceptance of church reform is transformed into a movement of renewal in the consciousness of a stronger theocracy, change and renewal of the forms of church life, an active attitude towards politics until the perspective of reform is transformed to contain the main values that are the foundation and expectations of the process, state, and society. Keywords : reformasi, gereja, Katolik Roma, Martin Luther, Calvinisme
The Pemanfaatan Konten Digital dalam Upaya Peningkatan Promosi Pariwisata di Era 5.0 Society Destri Yaldi; Yoan Mareta
Journal of Community Engagement Research for Sustainability Vol. 2 No. 6 (2022): November
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Riau

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Technology developments are the main foundation in changing life in this digital era. The widespread use of technology is clear evidence that humans and technology cannot live separately. 5.0 society is the concept that technology will coexist with humans to improve a good quality of life. Tourism is one sector that can benefit from the 5.0 era of society. Through digital content, people can find tourist objects they want to visit by searching various digital media or what is often called social media. This research uses a conceptual review to review the use of digital content as an effort to increase tourism promotion in the era of 5.0 society.
Expladish: Mengajar Bahasa Inggris Anak-anak melalui Program Community Service oleh Siswa Kelas XI SMAN Sumatera Selatan Yoan Mareta; Zelka Dapala
ABDIMASKU : JURNAL PENGABDIAN MASYARAKAT Vol 6, No 2 (2023): Mei 2023
Publisher : LPPM UNIVERSITAS DIAN NUSWANTORO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33633/ja.v6i2.1213

Abstract

Kedudukan Bahasa Inggris yang bukan merupakan bahasa sehari-hari pada masyarakat kita membuat siswa Sekolah Dasar kesulitan dalam mengembangkan skillnya. Anak yang berasal dari keluarga pra-sejahtera memiliki kendala ekonomi untuk mengikuti kursus yang berbayar. Maka dari itu melalui program Community Service yang rutin dilaksanakan satu tahun sekali, siswa kelas XI SMAN Sumatera Selatan yang tergabung dalam kelompok 1 memilih tema berjudul Expladish (explore, play, and study english). Kegiatan ini memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk belajar lebih lanjut mengenai Bahasa Inggris. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Participatory Action Research (PAR) yang diartikan sebagai pendekatan penelitian yang mendorong pihak-pihak yang terkait dalam berkomitmen untuk menghasilkan perubahan sosial yang dilakukan melalui pemberdayaan dengan masyarakat. Hasil yang didapat dari program ini antara lain: 1) Munculnya kesadaran dalam diri anak-anak untuk lebih mengeksplorasi kemampuan berbahasa Inggris, 2) Bertambahnya pengetahuan seperti pengayaan vocabulary, 3) Meningkatnya kemampuan untuk merangkai kata dalam bahasa Inggris. Program pengabdian kepada masyarakat ini sangat penting untuk dilaksanakan secara rutin karena dapat meningkatkan daya dukung anak pada rentang usia 6-12 tahun untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan mampu bersaing dalam pendidikan di era modern.
Cultural Penetration: Post-Modern Threat to Historical Learning Yoan Mareta; Lisa Rukmana; Destri Yaldi
Indonesian Journal of History Education Vol 8 No 1 (2023): Development of Learning History
Publisher : Universitas Negeri Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15294/ijhe.v8i1.66184

Abstract

According to the view of post-modernism in the world of education, humans are no longer subjects and actors to take advantage of science and technology but fall trapped into objects and targets controlled by science and technology as a product of modernism. In fact, technology and information are currently the solution to the development of creativity in the learning process which is also reflected in the implementation of the independent learning curriculum. This research uses a qualitative paradigm with a literature study method. In-depth analysis of the process of elaboration and subjective meaning are the thing that is most highlighted in qualitative research. The theory is then used as a guide to align the research focus with the facts of the field. The research results obtained are described as follows: Post-Modern Threats, Cultural penetration in the historical learning, and Digitalization and historical empathy. The conclusion is that digitization in historical learning is an important literacy process and really requires technological advances. But furthermore, the packaging must still include the essence of the nation's values and character.
Urgensi Pemahaman Sejarah Indonesia dalam Mewujudkan Sikap Bela Negara Mahasiswa Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Jambi Lisa Rukmana; Yoan Mareta
Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari Jambi Vol 23, No 2 (2023): Juli
Publisher : Universitas Batanghari Jambi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33087/jiubj.v23i2.3831

Abstract

This study aims to analyze the relationship between understanding Indonesian history and students' national defense attitudes. This research is a type of quantitative research with a correlational approach. The sample used was 257 students, data collection using questionnaires and tests. Questionnaires are used to reveal data about the attitude of state defense, while tests are used to reveal understanding of Indonesian history. Data analysis techniques using quantitative descriptive analysis. The prerequisite test of analysis is normality test and linearity test. Hypothesis testing using Karl Pearson correlation poduct moment. The results of the findings show that there is a positive and significant relationship between understanding Indonesian history and students' national defense attitudes with a correlation coefficient of 0.742. Thus, if the understanding of Indonesian history is high, it will lead to a strong state defense attitude in students.