Saputro, Sigit Ani
Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Published : 7 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

Khotbah Ekspositori yang Alkitabiah Menurut Nehemia 8:1-9 Sigit Ani Saputro
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 1 (2017): Teologi dan Pelayanan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (750.446 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v1i1.9

Abstract

Abstract: Sermon is a part of a ministry in the church service. It oftenly considered as a way to convey the true God’s Word. However, not every sermon is biblical. This article aimed to give a description of a biblical expository sermon. This is a biblical research with exposition approach on Nehemiah 8:1-9. And the conclusion of the research gave four criterions of biblical expository sermon, those are: Preacher must have a wide knowledge, sermon must be text oriented, as an embodiment of a ministry and compliment to God, have a specific ability to communicate the Bible’s contents. Abstrak: Khotbah merupakan salah bentuk pelayanan yang dilakukan dalam ibadah. Khotbah sering diartikan sebagai sarana menyampaiakan kebenaran firman Tuhan. Namun tidak semua khotbah bersifat alkitabiah. Artikel ini bertujuan untuk memberikan deksripsi tentang khotbah yang alkitabiah. Artikel ini merupakan penelitian teks Alkitab dengan pendekatan eksposisi pada Nehemia 8:1-9. Kesimpulan memberikan empat kriteria sebagai khotbah ekspositori yang alkitabiah, yaitu: Pengkhotbah  harus memiliki pengetahuan yang luas,  khotbah harus tetap berdasarkan kepada teks, sebagai suatu wujud pelayanan dan pujian kepada Allah, memiliki ketrampilan khusus dalam mengkomunikasikan isi kitab.
Pandangan dan Sikap Nabi Habakuk dalam Masa Sulit Menurut Kitab Habakuk Foeng Wie Sien; Sigit Ani Saputro; Joseph Christ Santo
Angelion Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.316

Abstract

Everyone faces difficult times all the time according to the times. In suffering and trouble often arise questions, cries and complaints to God. How much longer Lord? Where is your justice? The author takes the book of Habakkuk which teaches today's believers to be a guide to face difficult times. This study aims to determine the views and attitudes of the prophet when facing difficult times can be an example that can be applied in everyday life for believers today. The name Habakkuk means one who hugs or embraces. In accordance with the meaning of his name, he is someone who embraces, embraces God and dares to argue to get answers to his questions, screams and complaints until he gets answers. Allah's answer made the prophet's faith strong and at the end of his sentence, the prophet said that it was precisely through this struggle that Allah made the prophet strong, like the feet of a deer that trod on the hills.Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman. Dalam penderitaan dan masalah sering muncul pertanyaan, teriakan dan pengaduan kepada Allah. Berapa lama lagi Tuhan? Di manakah keadilan-Mu? Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang percaya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap nabi ketika menghadapi masa sulit dapat menjadi teladan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang percaya zaman sekarang. Nama Habakuk memiliki arti yaitu orang yang memeluk atau merangkul. Sesuai dengan arti namanya, dia adalah seorang yang memeluk, merangkul kepada Allah dan berani berdebat untuk mendapat jawaban atas pertanyaan, teriakan dan pengaduannya sampai mendapatkan jawaban. Jawaban Allah yang membuat iman nabi kokoh dan di akhir kalimatnya, nabi mengatakan justru melalui pergumulan ini Allah menjadikan nabi kuat, bagaikan kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit.
Studi Eksposisi Gembala Menurut Yehezkiel 34 dan Aplikasinya bagi Gembala Sidang Masa Sekarang Arnadyah Tiatira Hera Sukmani; Tonny Mulia Hutabarat; Sigit Ani Saputro
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.64 KB)

Abstract

Gembala sidang merupakan pemimpin pastoral yang profesional dan mengabdikan diri pada pelayanan dan panggilan Tuhan. Keseluruhan Alkitab mencatat profesi penggembala, mulai dari penggembala domba dan penggembala umat. Klasifikasi gembala yang baik dan jahat tercatat dalam Yehezkiel 34. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kepustakaan. Hasil dari penelitian ini berupa ucapan atau tulisan yang diamati dalam konteks tertentu dengan tujuan menjelaskan gembala yang baik dan jahat menurut Yehezkiel 34 dan menjelaskan relevansi bagi gembala sidang. Proyeksi hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi pengertian gembala yang ideal bagi gembala sidang di masa sekarang yang dengar-dengaran akan Tuhan, melakukan penggembalaan berupa pembimbingan, rekonsiliasi, pemberitaan firman, juga mendorong gembala melakukan kunjungan, melakukan konseling dengan etika yang benar, mengelola berkat Tuhan serta mencari yang terhilang.
Kajian Teologis Model Penginjilan Rasul Paulus Dalam Kitab Kisah Para Rasul Pasal 8-28 dan Implementasinya Bagi Penginjilan Gereja Adi Tena Bolo; Paulus Purwoto; Sigit Ani Saputro
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.849 KB)

Abstract

Salah satu cara dalam menjalankan amanat agung adalah dengan menerapkan sebuah cara atau metode sebagai landasan utama dalam praktiknya. Alkitab juga mencatat bagaimana rasul Paulus menjalankan misi dan strateginya dalam memperluas Injil Kerajaan Allah. Model-model ini tertuang dalam tiga model yaitu model perjalanan pertama, perjalanan kedua, dan perjalanan ketiga. Gereja saat ini juga bisa menerapkan ketiga macam model ini untuk melakukan penginjilan, bukan hanya itu dalam pengembangan pos penginjilan juga sangat baik dilakukan dengan menerapkan model penginjilan Paulus.
Analisis Kata Berkenan Menurut Roma 12:1-2 sebagai Karakter Yesus dan Kerinduan-Nya terhadap Semua Orang Percaya Sigit Ani Saputro
Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan Kristiani Vol 2, No 2 (2022): November 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research was conducted to find out the meaning of the word "acceptable" in Romans 12:1-2. In the Gospels it is recorded that Jesus was acceptable to God the Father. This study uses a descriptive qualitative approach, carried out by exegesis on Romans 12:1-2. The purpose of this exegesis is to find out what acceptable to God in His church. This exegesis produces theological principles that can be applied in the context of the church today. The results of this study show three things that make God "acceptable", namely presenting the church's physical body as a sacrifice that is holy and acceptable while alive, stops being conformed to this world, and constantly transforms with the renewal of the mind.Penelitian ini dilakukan untuk menemukan arti kata “berkenan” dalam Roma 12:1-2. Di dalam Injil dicatat bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, dilakukan dengan melakukan eksegesis atas Roma 12:1-2. Tujuan dari eksegesis ini adalah untuk mengetahui apa yang membuat Allah berkenan kepada gereja-Nya. Eksegesis ini menghasilkan prinsip-prinsip teologis yang dapat diterapkan dalam konteks gereja masa kini. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tiga hal yang menjadikan Allah “berkenan”, yaitu mempersembahkan tubuh jasmani jemaat sebagai persembahan yang kudus dan yang berkenan selagi hidup, berhenti menjadi serupa dengan dunia ini, dan terus-menerus berubah rupa dengan pembaharuan pikiran. 
Pembentukan Karakter Anak dalam Keluarga Berdasarkan Amsal 23:14 Suferniwati Fau; Sigit Ani Saputro; Titik Haryani
Miktab: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 2, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakter merupakan benih yang tertanam dalam diri manusia sejak manusia diciptakan oleh Allah dalam Kejadian 1: 28. Letak kesamaan manusia dengan Allah berada pada karakter, ketika Allah menciptakan dan menghembuskan nafas kehidupan kepada manusia pertama yaitu Adam di situlah Roh Allah tertanam dalam diri manusia. Beberapa masalah yang sangat mempengaruhi pembentukan karakter anak yaitu kurangnya pemahaman bagi orang tua bahwa, pembentukan karakter anak sangat penting untuk dilakukan sejak anak masih kecil, dan adanya masalah dalam menerapkan pembentukan karakter terhadap anak sehingga membuat karakter anak menjadi tidak baik. Metode yang digunakan adalah metode eksegesis terapan yang mencari, mengumpulkan, mempelajari data menggunakan literatur-literatur dan berbagai buku yang berhubungan dengan pokok pembahasan. Sehubungan dengan metode kualitatif yang digunakan dalam penulisan skripsi ini akan mengarahkan kepada penjelasan apa adanya. Adapun kesimpulan akhir sebagai berikut: pertama, pembentukan karakter sangat penting untuk diterapkan kepada anak-anak sejak dini agar karakter anak menjadi baik di masa yang akan datang; kedua penggunaan rotan dalam pembentukan karakter anak harus dilakukan dengan cara yang bijak dan berhikmat dengan berlandaskan kasih, tujuan penggunaan tongkat yaitu untuk mendidik anak menjadi lebih baik; ketiga, lingkungan keluarga sangat berperan penting dalam pembentukan karakter anak karena keluarga merupakan lingkungan pertama di mana seorang anak mendapatkan nilai-nilai kehidupan namun tidak hanya lingkungan keluarga, melainkan lingkungan sekolah, gereja dan masyarakat.
Pandangan dan Sikap Nabi Habakuk dalam Masa Sulit Menurut Kitab Habakuk Foeng Wie Sien; Sigit Ani Saputro; Joseph Christ Santo
Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 3, No 1 (2022): Juni 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jan.v3i1.316

Abstract

Everyone faces difficult times all the time according to the times. In suffering and trouble often arise questions, cries and complaints to God. How much longer Lord? Where is your justice? The author takes the book of Habakkuk which teaches today's believers to be a guide to face difficult times. This study aims to determine the views and attitudes of the prophet when facing difficult times can be an example that can be applied in everyday life for believers today. The name Habakkuk means one who hugs or embraces. In accordance with the meaning of his name, he is someone who embraces, embraces God and dares to argue to get answers to his questions, screams and complaints until he gets answers. Allah's answer made the prophet's faith strong and at the end of his sentence, the prophet said that it was precisely through this struggle that Allah made the prophet strong, like the feet of a deer that trod on the hills.Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman. Dalam penderitaan dan masalah sering muncul pertanyaan, teriakan dan pengaduan kepada Allah. Berapa lama lagi Tuhan? Di manakah keadilan-Mu? Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang percaya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap nabi ketika menghadapi masa sulit dapat menjadi teladan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang percaya zaman sekarang. Nama Habakuk memiliki arti yaitu orang yang memeluk atau merangkul. Sesuai dengan arti namanya, dia adalah seorang yang memeluk, merangkul kepada Allah dan berani berdebat untuk mendapat jawaban atas pertanyaan, teriakan dan pengaduannya sampai mendapatkan jawaban. Jawaban Allah yang membuat iman nabi kokoh dan di akhir kalimatnya, nabi mengatakan justru melalui pergumulan ini Allah menjadikan nabi kuat, bagaikan kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit.