Claim Missing Document
Check
Articles

Found 16 Documents
Search

Karakteristik Pengetahuan dan Persepsi Penderita Akne Vulgaris di Kota Mataram Hidajat, Dedianto; Hidayati, Agriana Rosmalina; Cenderadewi, Muthia
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 4 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Beberapa penelitian di negara maju maupun berkembang telah menunjukkan bahwa penderita akne vulgaris (AV) mendapatkan informasi yang inadekuat tentang penyebab dan penanganan AV. Tujuan: Mengetahui karakteristik pengetahuan dan persepsi penderita AV terkait faktor penyebab, sumber informasi, penatalaksanaan dan dampak psikososial AV di kota Mataram Metode: Penelitian ini merupakan survei karakteristik pengetahuan dan persepsi dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil: Dari 162 responden, 51,2% sudah menderita AV selama lebih dari 1 tahun dan 54,9% termasuk derajat ringan. Sebanyak 30% responden menyatakan bahwa AV disebabkan oleh penyebab tunggal dan jenis penyebab terbanyak adalah karena kurangnya kebersihan wajah (34,8%). Stres (25,3%) merupakan faktor yang paling banyak dianggap berperan dalam memperberat AV. Tiga sumber informasi terbesar terkait AV berasal dari internet (20,9%), televisi/radio (19,9%) dan dokter (17,2%). Harapan responden (55,6%) pengobatan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu untuk mengatasi AV. Sebagian besar responden (38,3%) telah mencoba lebih dari 1 jenis produk untuk mengatasi AV sebelum memutuskan untuk berobat ke dokter dan sabun pembersih jerawat merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden (38,1%). Sebagian besar responden (36,4%) menyatakan bahwa menderita AV memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan. Kesimpulan: masih adanya informasi yang belum adekuat dari sumber yang telah ada terkait penyebab, faktor yang mencetuskan dan penanganan AV.
Karakteristik Pengetahuan dan Persepsi Penderita Akne Vulgaris di Kota Mataram Hidajat, Dedianto; Cenderadewi, Muthia; Hidayati, Agriana Rosmalina
Jurnal Kedokteran Vol 5 No 4 (2016)
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Beberapa penelitian di negara maju maupun berkembang telah menunjukkan bahwa penderita akne vulgaris (AV) mendapatkan informasi yang inadekuat tentang penyebab dan penanganan AV. Tujuan: Mengetahui karakteristik pengetahuan dan persepsi penderita AV terkait faktor penyebab, sumber informasi, penatalaksanaan dan dampak psikososial AV di kota Mataram Metode: Penelitian ini merupakan survei karakteristik pengetahuan dan persepsi dengan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Hasil: Dari 162 responden, 51,2% sudah menderita AV selama lebih dari 1 tahun dan 54,9% termasuk derajat ringan. Sebanyak 30% responden menyatakan bahwa AV disebabkan oleh penyebab tunggal dan jenis penyebab terbanyak adalah karena kurangnya kebersihan wajah (34,8%). Stres (25,3%) merupakan faktor yang paling banyak dianggap berperan dalam memperberat AV. Tiga sumber informasi terbesar terkait AV berasal dari internet (20,9%), televisi/radio (19,9%) dan dokter (17,2%). Harapan responden (55,6%) pengobatan berlangsung dalam waktu kurang dari 2 minggu untuk mengatasi AV. Sebagian besar responden (38,3%) telah mencoba lebih dari 1 jenis produk untuk mengatasi AV sebelum memutuskan untuk berobat ke dokter dan sabun pembersih jerawat merupakan produk yang paling banyak digunakan oleh responden (38,1%). Sebagian besar responden (36,4%) menyatakan bahwa menderita AV memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap penampilan. Kesimpulan: masih adanya informasi yang belum adekuat dari sumber yang telah ada terkait penyebab, faktor yang mencetuskan dan penanganan AV. Katakunci
Peningkatan Pengetahuan Studi Etnomedisin Pada Mahasiswa Farmasi Nisa Isneni Hanifa; Agriana Rosmalina Hidayati; Anggit Listyacahyani Sunarwidhi; Dyke Gita Wirasisya
Jurnal Pengabdian Magister Pendidikan IPA Vol 4 No 4 (2021)
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.01 KB) | DOI: 10.29303/jpmpi.v4i4.1240

Abstract

The topic of research on the exploration of natural materials is still a favorite among pharmacy students. This is also supported by the biodiversity in Indonesia which is spread across the region. Students need more insight and description of research topics related to natural product products, one of which is ethnomedicine studies. Based on this background, it is necessary to provide education related to ethnomedicine studies from experts to increase students' knowledge about the topic of exploring medicinal herbs and plants from ethnic groups in Indonesia. Education is carried out using lecture and discussion methods in webinars using virtual meeting applications with pretest and posttest. The webinar was attended by 239 participants, with the majority being pharmacy students from several Indonesian pharmacy universities. From the results of the pretest, it is known that the average knowledge of participants about ethnomedicine is 53.89. After the expert's explanation, the participants' knowledge increased with the average post-test score of 71.21. Participants' knowledge of the ethnomedicine study increased after being given education.
UJI AKTIVITAS MUKOLITIK REBUSAN HERBA PUTRI MALU (Mimosa pudica L) SECARA IN VITRO Erly Sulistanti; Iman Surya Pratama; Agriana Rosmalina Hidayati; Dyke Gita Wirasisya
E-Jurnal Medika Udayana Vol 11 No 7 (2022): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Studi etnobotani rebusan herba putri malu (Mimosa pudica L) memiliki efek mukolitik, namun kajian ilmiah mengenai metabolit sekunder serta aktivitas mukolitik saat ini masih terbatas. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan profil metabolit sekunder dan efek mukolitik rebusan herba putri malu. Pada penelitian ini ekstraksi dilakukan dengan metode rebusan. Penapisan fitokimia dilakukan dengan uji tabung dilakukan untuk alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid/triterpenoid. Rebusan dibuat dalam konsentrasi 7,5 dan 15% b/v untuk pengujian mukolitik secara in vitro menggunakan mukus putih telur bebek. N-asetilsistein (NAC) 2% b/v (kontrol positif), campuran mukus-dapar fosfat-Tween 80 (kontrol negatif) dan ekstrak uji masing-masing dituangkan kedalam larutan mukus. Viskositas mukus kemudian diolah uji statistik parametrik ANOVA dan uji lanjutan LSD menggunakan SPSS versi 16. Studi tersebut menunjukkan rebusan herba putri malu mengandung metabolit sekunder yaitu alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid. Uji mukolitik menunjukkan adanya penurunan viskositas mukus putih telur pada kotrol positif, konsentrasi 7,5 dan 15% b/v. Seluruh kelompok berbeda signifikan dengan kontrol negatif (p<0,05) namun konsentrasi 7,5 dan 15% b/v tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif (p>0,05). Nilai viskositas 7.5 dan 15% b/v berturut-turut adalah 1,1802 cP dan 1,0081 cP (p?0,05). Dari studi ini dapat disimpulkan bahwa rebusan herba putri malu mengandung metabolit sekunder alkaloid, flavonoid, tanin, saponin dan steroid dan efektif sebagai mukolitik dengan menurunkan viskositas mukus secara in vitro pada konsentrasi 15% b/v. Kata kunci : mukolitik, rebusan herba putri malu dan penapisan fitokimia
Uji Aktivitas Antiaskariasis Seduhan dari Simplisia Daun Pecut Kuda (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) Terstandar: Anthelmintic Activity Test of Infusion from Standardized of Pecut Kuda Leaf (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) Simplicia Julia Harpina; Iman Surya Pratama; Agriana Rosmalina Hidayati; Dyke Gita Wirasisya
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) Vol. 4 No. 5 (2022): Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.949 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v4i5.1107

Abstract

Daun pecut kuda secara empiris (Stachytarpheta jamaicensis L. Vahl) telah digunakan sebagai obat cacing. Namun, aktivitas sebagai antiaskariasis belum diteliti lebih lanjut. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan aktivitas antiaskariasis seduhan dari simplisia daun pecut kuda yang distandardisasi sesuai Materia Medika Indonesia. Parameter standardisasi meliputi parameter spesifik dan non spesifik. Pada simplisia dan seduhan dilakukan uji kandungan metabolit sekunder. Uji aktivitas antiaskariasis dilakukan secara in vitro menggunakan Ascaris suum dengan kontrol positif Albendazol 10% b/v, kontrol negatif NaCl 0,9% b/v dan seduhan daun pecut kuda 2,4; 5; 10% b/v. Rerata waktu kematian dianalisis dengan uji Kruskal-Wallis dan Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjuukan simplisia daun pecut kuda telah memenuhi parameter bahan organik asing, organoleptik, reaksi identifikasi, kadar sari larut etanol dan belum memenuhi parameter kadar abu total, kadar abu tidak larut asam dan kadar sari larut air. Kandungan metabolit sekunder pada simplisia dan seduhan daun pecut kuda positif mengandung alkaloid, flavonoid, tannin dan steroid. Seduhan daun pecut kuda memiliki aktivitas sebagai antiaskariasis dengan konsentrasi efektif 2,5% b/v meski lebih rendah dibandingkan kontrol positif (p <0,05).
ALIH INFORMASI TITIK KRITIS HALAL PADA SEDIAAN KOSMETIKA HERBAL Agriana Rosmalina Hidayati; Anggit Listyacahyani Sunarwidhi; Nisa Isneni Hanifa; Neneng Rachmalia Izzatul Mukhlishah; Mahacita Andanalusia
SELAPARANG: Jurnal Pengabdian Masyarakat Berkemajuan Vol 6, No 4 (2022): Desember
Publisher : Universitas Muhammadiyah Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31764/jpmb.v6i4.11741

Abstract

ABSTRAKSaat ini produk halal telah mampu menjadi primadona yang digunakan beberapa negara untuk meningkatkan devisa, tidak terkecuali di Indonesia. Kosmetika sebagai produk dalam memelihara kecantikan semakin berkembang seiring dengan perkembangan bioteknologi. LPPOM MUI mengungkapkan ada dua titik kritis yang perlu diperhatikan dalam kehalalan produk kosmetik yaitu bahan yang digunakan dan tembus air. Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk webinar dan workshop mengenai titik kritis halal pada sediaan kosmetika herbal dilakukan untuk membantu mahasiswa memperoleh informasi dan keterampilan terkait kosmetik halal secara mendalam. Dalam kegiatan webinar, diketahui terjadi peningkatan pengetahuan antara sebelum dan setelah dilakukannya paparan materi (p-value < 0.005). Peserta dengan nilai terbaik selanjutnya mengikuti workshop pembuatan gel anti-acne dengan bahan herbal. Melalui kegiatan pengabdian ini, dapat disimpulkan     bahwa penerapan titik kritis halal pada kosmetik herbal dan formulasi kosmetik herbal halal dapat diimplementasikan untuk pengembangan produk halal di kemudian hari. Kata kunci: edukasi; titik kritis halal; kosmetika herbal; mahasiswa. ABSTRACTHalal products have become the prominance that are used in several countries to increase foreign exchange, including Indonesia. Cosmetic continues to grow along with the development of biotechnology. LPPOM MUI revealed that there are two critical points that need to be considered in the halalness of cosmetic products, such as the materials used and water permeability. Webinar and workshop on halal critical points in herbal cosmetic preparations as community service activity were conducted to help students gain in-depth information and skills related to halal cosmetics. It is known that there is an increase in knowledge between before and after the webinar activity (p-value < 0.005). Participants with the best scores then took part in a workshop on making anti-acne gel with herbal ingredients. Through this service activity, it can be concluded that the application of halal critical points in herbal cosmetics and halal herbal cosmetic formulations can be implemented for the development of halal products in the future. Keywords: education; halal critical point; herbal cosmetics; students.
Studi Etnofarmakologi Tumbuhan Obat Luka Terbuka di Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima: Ethnopharmacological Study of Open Wound Medicinal Plants in Ambalawi District, Bima Regency Avida In Amy; Yayuk Andayani; Agriana Rosmalina Hidayati
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) Vol. 4 No. 6 (2022): Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25026/jsk.v4i6.1279

Abstract

melestarikan pengobatan tradisional oleh penyehat tradisional. Pengobatan tradisional luka terbuka di etnis Bima masih berdasarkan garis keturunan, dokumentasi dan penelitian secara ilmiah masih sedikit. Sehingga perlu dilakukan penelitian terkait studi etnofarmakologi pengobatan luka terbuka. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pemanfaatan etnofarmakologi dan nilai kepentingan suatu tumbuhan untuk pengobatan luka terbuka di Kecamatan Ambalawi, Kabupaten Bima. Pemilihan informan dilakukan dengan metode snowball sampling non diskriminatif dan wawancara dilaksanakan secara semi-terstruktur. Informan merupakan hattra atau biasa disebut sando oleh masyarakat Bima yang memiliki pengetahuan terkait pengobatan luka terbuka. Hasil wawancara dengan informan akan dianalisis menggunakan Index of Cultural Significance (ICS), Fidelity Level (FL), dan Factor of Informant Consensus (FIC). Hasil menunjukkan terdapat 15 spesies dari 14 famili tumbuhan sebagai obat luka terbuka. ICS tertinggi pada spesies Chromolaena odorata L. dengan nilai 186. Nilai FL berkisar antara 11,11-100%. Nilai FIC luka lecet 0,742, luka sayat 0,815, luka tusuk 0,792, luka bakar 0,800, luka gigitan 0,889, dan luka infeksi 0,833. Penentuan dosis masih menggunakan cara tradisional dan secara umum pengobatan dilakukan dua kali sehari. Pengetahuan etnofarmakologi tumbuhan obat luka terbuka oelh Sando Lo’i di Kecamatan Ambalawi berpotensi untuk dikembangkan secara ilmiah lebih lanjut.
Anti-Stapylococcus Epidermidis of Methanolic Extracts from Some East Lombok Medicinal Plants Dyke Gita Wirasisya; Amni Hamid; Muhamad Haikhal; Agriana Rosmalina Hidayati; Anggit Listyacahyani Sunarwidhi; Nisa Isneni Hanifa
Jurnal Biologi Tropis Vol. 23 No. 2 (2023): April-June
Publisher : Biology Education Study Program, Faculty of Teacher Training and Education, University of Mataram, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/jbt.v23i2.4732

Abstract

Wounds are structural and functional disruptions of the skin that occur as a result of an injury. Wound healing is a complex tissue repair or remodelling process in response to the injury. The most common factor that causes wounds not properly heal is infection. An infection develops when microorganisms enter the body, multiply, and trigger an immune reaction in the body. This study aims to determine the activity of Jatropha multifida L., Stachytarpheta jamaicensis (L.) Vahl, Centella asiatica (L.) Urb., Euphorbia pulcherrima Willd. ex Klotzsch, and Angelica keiskei (miq.) Koidz has long been used to treat and manage wounds in East Lombok. The plants were dried and macerated with methanol; excessed solvent was evaporated. Disc diffusions were used to determine the antibacterial activity of the plant extracts. All extracts were tested against Staphylococcus epidermidis, a common cause of wound infection. Statistically, the activity of Jatropha multifida (5;10 mg/mL), Stachytarpheta jamaicensis (10 mg/mL), Centella asiatica (10 mg/mL), Euphorbia pulcherrima (M) (5, 10 mg/mL), and Angelica keiskei (2,5; 5; 10 mg/mL) extracts were comparable with positive control. However, Angelica keiskei has a wider inhibition zone than other extracts. This discovery could be served as a basis for using plants to aid wound healing, especially to combat the interference bacteria. However, further research is needed to discover the active phytochemicals involved in the antibacterial and wound healing process.
Teh herbal terstandar simplisia bunga gemitir (Tagetes erecta Linn.) sebagai kandidat antioksidan baru Kadar Riansyah; Aliefman Hakim; Agriana Rosmalina Hidayati
Sasambo Journal of Pharmacy Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sjp.v4i1.194

Abstract

Empirically, gemitir flower (Tagetes erecta Linn.) has been used for generations as an alternative to treat whooping cough and eye pain medication. Gemitir flower is potential as an antioxidant because it contains secondary metabolites of phenolic groups, flavonoids, and alkaloids that have been shown to have antioxidant activity. As a pharmaceutical products, medicinal plants must be guaranteed quality and safety. This study aims to determine the suitability of the simplicia quality of gemitir flowers by standardization based on Indonesian Herbal Pharmacopoeia and Indonesian Materia Medica, and also to determine the antioxidant potential of standardized herbal teas of gemitir flowers. This first step of this research were standardization of gemitir flower simplicia based on specific and non-specific parameters, followed by making standardized herbal tea of gemitir flower. Antioxidant activity test was carried out on tea preparations using the DPPH method. The results showed that the simplicia of gemitir flower met all the standard parameters of specific and non-specific standardization with an ash content value of 3,47%, acid insoluble ash content of 0,11%, water soluble extract content of 24,86%, ethanol soluble extract content of 21,67%, drying shrinkage content of 9,33%, moisture content of 9,23% and foreign organic matter of 0,3%. Standardized herbal tea simplicia gemitir flower was able to inhibit 50% of DPPH free radicals at a volume of 33,87 µL. Based on the results, it can be concluded that the empirical use of gemitir flower tea potential as a natural antioxidant.
Formulasi tablet hisap ekstrak etanol daun kemangi (Ocimum sanctum L.) dengan variasi konsentrasi bahan pengikat gelatin Putri Nuryana; Windah Anugrah Subaidah; Agriana Rosmalina Hidayati
Sasambo Journal of Pharmacy Vol. 4 No. 1 (2023): April
Publisher : Universitas Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29303/sjp.v4i1.213

Abstract

Basil leaves (Ocimum sanctum L.) contain secondary metabolites as inhibitors of the growth of pathogenic microbes in the mouth, so they can be used as lozenges. The choice of binder in the formulation is very important, because it can affect the physical properties of the tablet. The purpose of this study was to determine the content of secondary metabolites in basil leaf extract and determine the best formula for lozenges of ethanol extract of basil leaves based on variations in gelatin binding agents. Basil leaves were extracted using the sonication method with 96% ethanol solvent and subjected to phytochemical screening (test tube and TLC). Tablets were formulated using the wet granulation method with variations of gelatin in formula 1 (5%), formula 2 (7.5%), and formula 3 (10%). The physical properties of the granules are evaluated and compressed. The resulting tablets were evaluated for physical properties. The results showed that basil leaves contained compounds belonging to the class of flavonoids, saponins and tannins. The results of the granule flow time test for formula 1 and 2 did not meet the requirements, formula 3 met the requirements for the Indonesian Pharmacopoeia Edition III. The angle of repose, settling, and granule water content tests (formula 1, 2, and 3) met the requirements of the Indonesian Pharmacopoeia Edition III. The results of tablet evaluation in the weight uniformity test for formulas 1, 2, and 3 were 257 mg ± 0.226; 248 mg ± 0.068 and 253 mg ± 0.157. Tablet hardness test of 3.721 kg ± 0.268; 4.221 kg ± 0.929 and 6.636 kg ± 1.035. Tablet friability test of 3.4% ± 0.152; 1.1% ± 0.264 and 0.9% ± 0.1. The disintegration time test was 7.6 minutes ± 2.452; 11 minutes ± 2.154 and 18.6 minutes ± 4.016. From this study it can be concluded that the ethanol extract of basil leaves has secondary metabolites of flavonoids, saponins and tannins. Variations in gelatin binder affect the physical properties of the tablet, where the concentration of gelatin binder is best in formula 3 (10%).