Dukungan sosial merupakan dukungan hidup berupa bantuan dan interaksi sosial yang diberikan oleh keluarga dan lingkungan kepada seseorang. Dukungan sosial dapat meningkatkan kualitas hidup. Pasien pasca stroke dapat mengalami suatu depresi dan penurunan kualitas hidup akibat kondisi yang dialaminya sehingga akan menjadi kurang responsif dalam proses rehabilitasi. Hal tersebut menyebabkan pasien pasca stroke membutuhkan dukungan sosial terutama dari keluarga dan orang-orang terdekat sehingga dapat menerima kondisinya setelah mengalami serangan stroke. Kemampuan seseorang menerima kondisi hidupnya disebut penerimaan diri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada pasien pasca stroke. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan teknik pengambilan data secara cross-sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari kuesioner dukungan sosial dan kuesioner penerimaan diri. Responden yang telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dipilih dengan tehnik consecutive sampling. Analisis statistik yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis bivariat dengan menggunakan uji korelasi Spearman. Jumlah responden pada penelitian ini adalah 55 orang. Sebanyak 43 orang (78,2%) responden memiliki dukungan sosial baik dan sebanyak 12 orang (21,8%) responden memiliki dukungan sosial cukup. Sebanyak 13 orang (23,6%) responden memiliki penerimaan diri baik, sebanyak 39 orang (70,9%) memiliki penerimaan diri cukup, dan sebanyak 3 orang (5,5%) memiliki penerimaan diri kurang baik. Hasil uji korelasi Spearman menunjukkan nilai p=0,008 dengan r=0,356. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan sosial dengan penerimaan diri pada pasien pasca stroke