Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Drama Musical Sepatu Kaca Zasna, Melisa; Yusril, Yusril; Sulaiman, Sulaiman
Jurnal Seni, Desain dan Budaya Vol 4, No 1
Publisher : Jurnal Seni, Desain dan Budaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (324.627 KB)

Abstract

AbstractGlass Shoes drama musical is an alternative whose made by director for attract the public's attention to watching theatrical performances. Based on facts found in the field, the theater has now lost its audience. Therefore, theater artist must make a new breakthrough in giving understanding to the audience, through the work he created. Musical dramas that carry children's tales are based on the importance of providing educational values to character formation. The combination of music, dance and vocals will provide different sensations and provide entertainment for the audience. Koreo and songs created based on the script will convey a sense that is not conveyed by words. This relates to a musical drama featuring three main objects, namely dialogue, dance and singing. The making of dances and songs is done carefully and intensely so as not to stick to one another. The Glass Shoes drama musical uses mobile settings that can be moved and moved quickly as needed. Penyesuaian video art di setiap adegan dapat memberikan visual yang menarik . perpaduan antara setting mobile dan video art serta unsur lainnya akan mewujudkan multi disiplin ilmu yang sejalan. Adjustment of video art in each scene can provide interesting visuals. a combination of mobile settings and video art and other elements will realize multi-disciplines that are in line. The Glass Shoes drama musical using the method from Bertold Brecht will flavor the storyline during the show. The purpose of using the method of Bertold Brecht is to make the audience aware and give a break so that the audience can immediately digest the content delivered in the show. This method is in line with the desire of the worker who has entertainment concepts in the show.Keywords : Musical Drama, V-Effect, MontageAbstrakDrama musikal Sepatu Kaca merupakan salah satu alternatif yang dibuat pengkarya untuk menarik perhatian masyarakat untuk menonton pertunjukan teater. Sesuai dengan fakta yang dialami pengkarya serta data dari sumber lain yang menyatakan bahwa teater telah mengalami penurunan penikmat. Oleh sebab itu seniman teater harus melakukan terobosan dalam memahami kebutuhan penonton dalam karyanya. Drama musikal yang mengusung dongeng anak-anak didasari oleh kepentingan memberikan nilai-nilai edukatif pada pembentukan karakter. Paduan musik , tarian serta vokal akan memberikan sensasi yang berbeda dan memberikan hiburan bagi para penontonnya. Koreo dan lagu yang diciptakan berdasarkan naskah akan menyampaikan rasa yang tidak tersampaikan oleh kata kata. Hal ini berhubungan dengan drama musikal yang menampilkan? tiga objek pokok yaitu dialog, tarian dan nyanyian. Pembuatan tarian dan nyanyian dilakukan dengan? seksama dan intens agar tidak menempel? satu sama lain. Drama musikal Sepatu Kaca menggunakan setting mobile yang bisa digeser dan dipindahkan secara cepat sesuai kebutuhan. Penyesuaian video art di setiap adegan dapat memberikan visual yang menarik . perpaduan antara setting mobile dan video art serta unsur lainnya akan mewujudkan multi disiplin ilmu yang sejalan. Drama muskal sepatu kaca menggunakan metode dari Bertold Brecht akan membumbui jalan cerita selama pertunjukan. Tujuan dari penggunaan metode dari Bertold Brecht adalah untuk menyadarkan penonton dan memberi jeda agar penonton bisa langsung mencerna isian yang disampaikan dalam pertunjukan. Metode ini selaras dengan keinginan pengkarya yang mempunyai kosep hiburan dalam pertunjukan.Kata kunci : Drama musikal, V-Effect, Montage
Penyutradaraan Naskah Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek Karya Danarto dengan Konsep Alienasi Brecht Melalui Spirit Teater Tradisional ZULHIJASRI ZULHIJASRI; YUSRIL YUSRIL
Creativity And Research Theatre Journal Vol 3, No 2 (2021): Creativity And Research Theatre Journal (CARTJ)
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/cartj.v3i2.2204

Abstract

Penyutradaraan naskah Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto merupakan upaya untuk mementaskan naskah ke atas panggung. Upaya ini diawali dengan menganalisa struktur dramatik lakon dan melakukan kajian atas kemungkinan-kemungkinan untuk pementasan, baik yang terkait dengan penyutradaraan, pemeranan tokoh, dan unsur lainnya. Naskah ini disutradarai dengan gaya realisme sosial dan genre komedi satir menggunakan konsep Alienasi Brecht melalui spirit teater tradisional. Naskah Obrok Owok-Owok Ebrek Ewek-Ewek karya Danarto bercerita tentang perjalanan cinta segitiga antara Sumirah, Kusningtyas dan Tommy.
Drama Musical Sepatu Kaca Melisa Zasna; Yusril ril; Sulaiman man
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 1
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36982/jsdb.v4i1.1391

Abstract

Glass Shoes drama musical is an alternative whose made by director for attract the public's attention to watching theatrical performances. Based on facts found in the field, the theater has now lost its audience. Therefore, theater artist must make a new breakthrough in giving understanding to the audience, through the work he created. Musical dramas that carry children's tales are based on the importance of providing educational values to character formation. The combination of music, dance and vocals will provide different sensations and provide entertainment for the audience. Koreo and songs created based on the script will convey a sense that is not conveyed by words. This relates to a musical drama featuring three main objects, namely dialogue, dance and singing. The making of dances and songs is done carefully and intensely so as not to stick to one another. The Glass Shoes drama musical uses mobile settings that can be moved and moved quickly as needed. Penyesuaian video art di setiap adegan dapat memberikan visual yang menarik . perpaduan antara setting mobile dan video art serta unsur lainnya akan mewujudkan multi disiplin ilmu yang sejalan. Adjustment of video art in each scene can provide interesting visuals. a combination of mobile settings and video art and other elements will realize multi-disciplines that are in line. The Glass Shoes drama musical using the method from Bertold Brecht will flavor the storyline during the show. The purpose of using the method of Bertold Brecht is to make the audience aware and give a break so that the audience can immediately digest the content delivered in the show. This method is in line with the desire of the worker who has entertainment concepts in the show.
Perempuan Minang Merantau Wenhendri Wenhendri; Yusril Yusril; Ediwar Ediwar
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.034 KB) | DOI: 10.36982/jsdb.v4i2.598

Abstract

AbstractDesigning theatrical work of female migration scripts, inspired by the phenomenon of social change in the Minangkabau community, which tells the story of minangkabau women who go abroad. Social change has and will continue to occur, it may occur as a development from whitin society itself. So every Minangkabau person must know the kinship arrangement with each other other, in order to understand his own place and position.           Exploring the value of tradition and preserving the noble values of the nation are the main ideas that will be poured in this work, namely modern theater that cannot be separated from the text elements of a literary work in a complete composition, dialogs, moods, spectacles, backgrounds, themes and figures that bintolakan randai. Randai pattern is meant here, the motion, dialogue, gurindam, character and story. In the creation of theater art, writers and directors do randai pattern as traditional theater Minangkabau mate with the nature of modern theater, in which the players in the women’s migration script must be clever, shrewd, silat, ekting and dialogue.Keywords : Theater Migration of Women is a Modern TheaterAbstrakPerancangan karya seni teater naskah lakon Migrasi Perempuan, terinspirasi dari fenomena perubahan sosial masyarakat Minangkabau, yang bercerita tentang perempuan Minangkabau yang pergi merantau. Perobahan sosial telah dan akan terus terjadi, mungkin terjadi sebagai perkembangan dari dalam masyarakat itu sendiri. Maka setiap orang Minangkabau wajib mengetahui susunan kekerabatan satu dengan yang lainnya, supaya dapat memahami tempat dan kedudukannya sendiri. Menggali nilai tradisi dan melestarikan nilai-nilai luhur bangsa adalah gagasan utama yang akan dituangkan dalam kekaryaan ini, yaitu teater modern yang tidak terlepas dari unsur-unsur teks suatu karya sastra dalam susunan yang utuh; (dialog, mood, spektakel, latar, tema dan tokoh) yang berpolakan randai. Pola-pola randai yang dimaksud disini adalah, adanya gerak, dialog, gurindam, penokohan dan cerita. Dalam penciptaan karya seni teater, penulis sekaligsus sutradara melakukan pola-pola randai sebagai teater tradisional Minangkabau mengawinkan dengan hakekat teater modern, yang mana para pemain dalam naskah lakon Migrasi Perempuan harus pandai berdendang, bergore, gerak silat, akting dan dialog.Kata kunci : Teater “Perempuan Minang Merantau”, randai, teater, modern
“Nan Lah Lapuak” (Pengaruh Modernitas Terhadap Adat) Erwin Mardiansyah; Rasmida Rasmida; Yusril Yusril
Besaung : Jurnal Seni Desain dan Budaya Vol 4, No 2
Publisher : UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.437 KB) | DOI: 10.36982/jsdb.v4i4.794

Abstract

ABSTRACTThe dance work entitled "Nan Lah Lapuak" was created by Erwin Mardiansyah based on empirical experiences that occurred around workers. Based on that experience, the authors gained understanding and interpretation of Minangkabau traditional life that began to fade, especially in Nagari Regency, Paninggahan Regency, Solok District. Adaik is an understanding held by a person or community for a long time and has undergone inherited inheritance. However, in the community residing in Nagari Paninggahan, Junjung Sirih Sub-district, Solok District was formerly adhered to and became a guide in living life, but now the habit has begun to fade. One of the causes of customary fading is due to the development of the era and the era of globalization that flourished in society. To bring ideas into works of art, artists use heroic themes and dramatic types. In addition to the movements of the dancers in this work wearing traditional costumes and traditional costumes that have been modified as one of the symbols that have been faded by the times and technology. Exploration of motion in this work rests on the Minangkabau silk movement and is combined with modern techniques, and adapted to the character possessed by the worker. The methods used in this work include data collection, motion exploration, improvisation, choreography process, evaluation.Keywords : Adat, Society, ModernizationABSTRAKAdaik is traditional Karya tari yang berjudul “Nan Lah Lapuak” ini diciptakan oleh pengkarya berdasarkan pengalaman empiris yang terjadi sekitar pengkarya. Berdasarkan pengalaman tersebut pengkarya mendapatkan sebuah pemahaman dan penafsiran terhadap kehidupan adat-istiadat Minangkabau yang mulai memudar, khususnya pada Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok. Adaik merupakan sebuah pemahaman yang dianut oleh sebuah kaum atau masyarakat sejak dahulu dan telah mengalami pewarisan yang bersifat turun temurun. Namun, pada masyarakat yang berada di Nagari Paninggahan Kecamatan Junjung Sirih Kabupaten Solok dahulunya Adat begitu menjunjung dan menjadi pedoman dalam menjalani kehidupan, namun sekarang Adat tersebut mulai memudar. Salah satu penyebab pemudaran adat tersebut dikarenakan oleh perkembangan zaman dan era-globalisasi yang sedang berkembang ditengah masyarakat tersebut. Untuk melahirkan ide garapan ke dalam karya tari, pengkarya menggunakan tema heroik dan tipe dramatik. Selain gerak yang dilahirkan penari dalam karya ini mengenakan kostum tradisi dan kostum tradisi yang telah dimodifikasi sebagai salah satu simbol bahwasanya adat telah memudar oleh perkembangan zaman dan teknologi. Eksplorasi gerak dalam karya ini berpijak pada gerak silek Minangkabau dan digabungkan dengan teknik moderen, serta disesuaikan dengan karakter yang dimiliki oleh pengkarya. Metoda yang digunakan dalam melahirkan karya ini diantaranya, pengumpulan data, eksplorasi gerak, improvisasi, proses koreografi, evaluasi.Kata kunci : Adat, Masyarakat, Moderenisasi
PERANCANGAN PERTUNJUKAN TEATER RAMBUN PAMENAN DALAM POLA TEATER TRADISIONAL RANDAI DENGAN PENDEKATAN TEATER MODERN (WELL MADE PLAY) Ikhsan Haryanto; Yusril Yusril; Martarosa Martarosa
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 2 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i2.19848

Abstract

AbstrakPerancangan pertunjukan teater Rambun Pamenan ini bertujuan untuk menggarap randai dengan mengadaptasi konsep teater modern. Pola yang digunakan dalam garapan ini adalah pola randai, tetapi untuk aktingnya menggunakan pemeranan presentatif (realistik). Metode penciptaan yang digunakan pada perancangan ini adalah metode pelatihan aktor oleh Richard Boleslavsky. Karya yang dihasilkan dari proses kreatif ini adalah sebuah pertunjukan teater modern dengan pola randai. Perancangan pertunjukan teater modern berbasis tradisi ini merupakan penciptaan formula baru dari berbagai idiom idiom tradisi yang dipergunakan sebagai titik tolak dalam berkarya.Kata Kunci: rambun pamenan, randai, teater modern. AbstractTheater Design Rambun Pamenan is designed to work on randai by adapting the concept of modern theater. The pattern used in this claim is the randai pattern, but for acting it uses a presentative (realistic) cast. The Selection Method used in this design is the actor training method by Richard Boleslavsky. The work produced from this creative process is a modern theater work with randai patterns. The design of traditional theater shows based on tradition is a new formula from traditional idioms which are used as a starting point in the making.Keywords: rambun, pamenan, randai, modern theater. 
PENCIPTAAN FILM FIKSI “SIRIAH JADI KARAKOK” DENGAN FENOMENA LESBIAN DI SUMATERA BARAT Gema Pertiwi; Yusril Yusril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 8, No 1 (2019): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v8i1.13140

Abstract

AbstrakPenciptaan karya seni Film ini mengisahkan tentang fenomena lesbian ini sangat bertentangan dengan norma-norma yang berlaku di Minangkabau. Hal ini menjadi menarik karena di daerah yang masih memegang teguh ajaran agama Islam, walaupun keberadaan kaum lesbian itu sendiri masih sulit atau jarang ditemui, namun perilaku menyimpang tersebut ada dan bisa untuk ditelusuri keberadaannya. Kaum lesbian sudah tidak segan menunjukan keberadaan mereka. Tekstur karya seni merupakan deskripsi keseluruhan bentuk isi sebuah karya film fiksi ini. Film fiksi merupakan film yang  memandang plot cerita didalamnya menggunakan unsur pembuat film. Film fiksi secara umum  dapat menjelaskan tujuan dan maksud dari konten ceritanya kepada penonton.  Kata Kunci: lesbian, fenomena, film fiksi.AbstractThe creation of this film art work tells the story of the lesbian phenomenon which is very contrary to the norms prevailing in Minangkabau. This is interesting because in regions that still hold fast to the teachings of Islam, even though the existence of lesbians themselves is still difficult or rare to find, the deviant behavior exists and can be traced. Lesbians are not reluctant to show their existence. The texture of the artwork is a description of the entire shape of the contents of a fictional film. Fiction film is a film that looks at the plot of the story using filmmakers. Fiction films in general can explain the purpose and purpose of the story content to the audience.  Keywords: lesbian, phenomenon, fiction film.
MAKNA BUDAYA MINANGKABAU DALAM FILM SALISIAH ADAIK Hendarti Darmawan; Dede Pramayoza; Yusril Yusril
Gorga : Jurnal Seni Rupa Vol 9, No 1 (2020): Gorga : Jurnal Seni Rupa
Publisher : Fakultas Bahasa dan Seni Universitas Negeri Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24114/gr.v9i1.18359

Abstract

AbstrakFilm Salisiah Adaik merupakan film independen Sumatera Barat yang bertemakan budaya Minangkabau. Film ini menceritakan tentang perselisihan adat pernikahan antara daerah Pariaman dan Payakumbuh yang dikemas dalam bentuk fiksi dengan gaya artistik yang detail dan khas sehingga memiliki nilai estetik. Estetika film Salisiah Adaik telah melahirkan makna dan arti budaya itu sendiri, untuk mengungkapkan makna tersebut dilakukan dengan analisa estetika formalisme Sergei Eisenstein. Setiap adegan dapat menggambarkan dan mengungkapkan makna budaya Minangkabau seperti kedamaian, keramahan masyarakat Minangkabau dan keteguhan masyarakat Minangkabau dalam menjunjung tinggi tradisi daerah masing-masing sesuai dengan pepatah Minangkabau lain lubuak lain ikaannyo, lain ladang lain ilalang (lain lubuk lain ikannya, lain ladang lain ilalang.Kata Kunci: salisiah adaik, makna budaya minangkabau.AbstractSalisiah Adaik is an independent West Sumatra film with a Minangkabau culture theme. This film tells about a marriage custom dispute between the Pariaman and Payakumbuh areas which is packaged in fiction with a detailed and distinctive artistic style that has aesthetic value. The aesthetics of the film Salisiah Adaik has given birth to the meaning and meaning of the culture itself, to express the meaning is done with aesthetic analysis of Sergei Eisenstein's formalism. Each scene can depict and express Minangkabau cultural meanings such as peace, friendliness of the Minangkabau people and the determination of the Minangkabau people in upholding the traditions of their respective regions in accordance with the Minangkabau proverb, another lubuak ikaannyo, another field of grass that is different (another bottom of the fish, another field of reeds. Keywords: salisiah adaik, makna budaya minangkabau. 
KRITIK BUDAYA MINANGKABAU DALAM FILM DI BAWAH LINDUNGAN KA’BAH Diniya Khairani Aisya; Yusril Yusril; Sahrul Sahrul
Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol 4, No 2 (2017): Bercadik: Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni
Publisher : Institut Seni Indonesia Padang Panjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (275.953 KB) | DOI: 10.26887/bcdk.v4i2.569

Abstract

ABSTRACT Minangkabau culture is one of the oldest cultures in Indonesia. Minangkabau has rules that organize its people called as custom. Custom in Minangkabau is custom that philosophizes to nature because, in Minangkabau, existing customs can be altered such as nature that is always dynamic. However, there are certain parts of Minangkabau that cannot be altered. Minangkabau culture is an interesting culture to become the background of the story in the film. One of the films using Minangkabau as the background of its story is the film “Di Bawah Lindungan Ka’bah.” The film “Di Bawah Lindungan Ka’bah” is a film adapted from a novel with the same title. When watching a film, viewers will be presented pictures related to setting; acting and actors’ movement; costume and make-up, and lighting. Those four things are elements found in mise-en-scene. Mise en scene in a film determines many things such as viewers’ understanding of story delivered in the film. The mise en scene of the film “Di Bawah Lindungan Ka’bah” uses many Minangkabau elements such as rumah gadang, baju kuruang basiba (= basiba long dress), and surau. However, not all of those Minangkabau elements are accordingly suitable to describe Minangkabau culture in this film. Keywords: Minangkabau, Film, Di Bawah Lindungan Ka’bah, Mise-en-scene
PENYUTRADARAAN LAKON ORANG GILA DIATAS ATAP KARYA KIKUCHI KAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN REALISME SUGESTIF Ambar Febriani; Yusril Yusril; Sahrul N
Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan Vol 5, No 1 (2019): Laga-Laga : Jurnal Seni Pertunjukan
Publisher : Institut Seni Indonesia Padangpanjang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26887/lg.v5i1.698

Abstract

Artikel berjudul Penyutradaraan Lakon Orang Gila di Atas Atap karya Kikuchi Kan menggunakan pendekatan realisme sugestif. Lakon merupakan karangan dari seorang penulis Jepang yang kritis terhadap situasi yang sedang terjadi masyarakat.  Alasan pengkarya memilih naskah ini karena naskah Jepang ini jarang dipentaskan di Indonesia dan tema yang diangkat dalam lakon sangat dekat dengan pengkarya sehingga memudahkan analisis terhadap lakon. Pengkarya menggunakan pendekatan realisme sugestif dalam  untuk mewujudkan lakon ke atas pentas. Pendekatan ini pengkarya gunakan guna memberikan peluang baru dalam pencapaian artistik dan bloking aktor tanpa menghilangkan makna dari lakon.Set panggung yang di jelaskan dalam naskah Orang Gila di Atas Atap adalah sebuah rumah dan halaman belakangnya.  Seiring berjalannya proses penyutradaraan lakon Orang Gila di Atas Atap karya Kikuchi Kan menggunakan pendekatan realisme sugestif, banyak kemungkinan-kemungkinan positif yang bisa ditemukan seperti bloking aktor yang tidak membelakangi penonton, panggung bisa dibagi menjadi beberapa titik namun masih dalam satu peristiwa dan panggung bisa digunakan lebih luas sehingga bloking aktor bisa lebih lebar. Dapat disimpulkan bahwa realisme sugestif bisa memberikan efek tontonan  yang menarik untuk sebuah pertunjukan teater