Ketut, I Gusti
Unknown Affiliation

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

MAKNA SIMBOLIK UPACARA KAYORI SUKU PENDAU DI DESA TOVIA TAMBU KECAMATAN BALAESANG Filiandani, Sofia; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (551.872 KB)

Abstract

Permaslahan pokok dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana makna simbol verbal dan nonverbal dalam upacara suku Pendau di Desa Tovia Tambu Kecamatan Balaesang ? 2) bagaimana fungsi simbol dalam upacara Kayori suku Pendau di Desa Tovia Tambu Kecamatan Balaesang ?. Penelitian ini bertujuan 1) mendeskripsikan makna simbol verbal dan simbol nonverbal upacara Kayori suku Pendau di Desa Tambu Tovia Kecamatan Balaesang. 2) Mendeskripsikan fungsi simbol dalam upacara Kayori suku Pendau di Desa Tovia Tambu Kecamatan Balaesang ?. Teknik pengumpulan data melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi untuk teknik analisis data penulisan menggunakan beberapa cara diantaranya (1) pengumpulan data (2) reduksi data (3) penyajian data (4) penarikan kesimpulan. Hasil Penelitian ini menunjukkan bahwa makna simbol upacara kayori suku Pendau terdiri dari simbol verba dan nonverba. Adapun simbol verbal yang terdapat  dalam upacara Kayori adalah berupa mantra yang dibacakan oleh pemangku adat yang bermakna sebagai permohonan untuk mendapatkan keberkahan dari Allah SWT, dan simbol nonverba yaitu (1) baju adat (2) siga (3) selempang (4) bunga (5) senjata (parang) (6) kelapa biji (7) dabang syarat dan perlengkapan yang ada dalam upacara kayori merupakan persyaratan yang harus ada dan harus dipenuhi jika ingin melakukan upacara kayori syarat atau perlengkapan yang digunakan harus sesuai dengan syarat yang ingin dilaksanakan. Kesimpulan pelaksanaaan upacara kayori adalah suatu tradisi atau kepercayaan yang masih ada sampai sekarang yang menjadi salah satu adat istiadat tradisional yang dipercayai oleh masyarakat suku Pendau Kata kunci : makna, simbolik, upacara, kayori
VARIASI KEFORMALAN DALAM WACANA KELAS MAHASISWA ANGKATAN 2016 KELAS A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA UNIVERSITAS TADULAKO Sudaryati, Sri; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (233.493 KB)

Abstract

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimanakah bentuk variasi keformalan dalam wacana kelas mahasiswa angkatan 2016 kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako? Tujuan penelitian ini mendeskripsikan variasi keformalan dalam wacana kelas mahasiswa angkatan 2016 kelas A Program Studi Pendidikan Bahasa Indonesia Universitas Tadulako. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dalam proses mendapatkan data penelitian dan mendeskripsikan dengan kata-kata tertulis. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu (1) observasi, (3) simak, (4) rekam, dan (5) catat. Teknik analisis data yang digunakan yaitu (1) data yang diperoleh dengan cara merekam dan mencatat tuturan para informan, (2) data yang diperoleh dengan cara merekam dan mencatat diubah ke dalam bentuk wacana tulis, (3) menganalisis variasi keformalan dalam wacana kelas berdasarkan hasil rekam dan catat tersebut. Hasil penelitian menunjukan bahwa di dalam wacana kelas juga terdapat variasi keformalan yang terdiri dari ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab. Kata Kunci: ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, ragam akrab
TINDAK TUTUR DIREKTIF GURU DI LINGKUNGAN SMP NEGERI 19 PALU: KAJIAN PRAGMATIK Darwis, Agustina; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (250.319 KB)

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana bentuk dan fungsi tindak tutur direktif guru di lingkungan SMP Negeri 19 Palu. Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan bentuk dan fungsi tindak tutur direktif guru di lingkungan SMP Negeri 19 Palu. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Sumber data yang digunakan adalah guru. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu teknik rekam, simak, dan catat. Teknik analisis data terdiri dari (1) pengumpulan data, (2) reduksi data, (3) penyajian data, (4) verifikasi atau penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tindak tutur direktif  guru dalam kelas ditemukan pada bentuk dan fungsi dalam bertutur. Bentuk tindak tutur direktif guru terdiri atas bentuk direktif meminta, perintah dan bertanya. Bentuk direktif meminta ditandai dengan pemarkah coba, tolong, harap dan ayo. Bentuk direktif perintah ditandai dengan pemarkah silakan, cepat, dan perhatikan. Bentuk direktif bertanya ditandai dengan pemarkah apa, berapa dan bagaimana. Sedangkan fungsi tindak tutur direktif terbagi dua fungsi yang meliputi fungsi langsung mencakup: memerintah, melarang, bertanya, fungsi tidak langsung mencakup: meminta, melarang, memerintah.  Kata Kunci : Tindak tutur, direktif, bentuk, fungsi.
Kemampuaan Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi Memahami Kalimat Perintah Bahasa Indonesia. Yulandari, Sri; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (495.191 KB)

Abstract

Masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi memahami kalimat perintah bahasa Indonesia? Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi memahami kalimat perintah bahasa Indonesia. Motode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan metode mengumpulkan data yaitu pemberian tes atau evaluasi berupa soal pilihan ganda sebanyak 30 nomor.Setelah data dikumpulkan dilakukan pengolahan data dari hasil evaluasi siswa dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) di kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu 70. Hasil dari penelitian ini telah diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi memahami kalimat perintah bahasa Indonesia yaitu 64,70 sehingga, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 4 Sigi belum mampu memahami kalimat perintah bahasa Indonesia. Kata Kunci: Kemampuan; Meemahami; Kalimat Perintah.
SISTEM SIMBOL DALAM UPACARA ADAT TORAJA RAMBU SOLO: KAJIAN SEMIOTIK Embon, Debyani; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (585.086 KB)

Abstract

Permasalahan dalam penelitian ini mengenai simbol-simbol apakah yang terdapat dalam upacara adat Toraja rambu solo, dan bagaimanakah penggunaan simbol-simbol pada prosesi dan tahap pelaksanaan upacara adat rambu solo. Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengungkapkan simbol-simbol dalam upacara adat Toraja rambu solo. Rambu solo adalah suatu tradisi yang dilakukan oleh masyarakat suku Toraja untuk mengadakan upacara terakhir bagi orang yang telah meninggal. Jenis penelitian ini yaitu penelitian kualitatif, dengan menggunakan desain penelitian kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, dan rekaman. Teknik analisis data dilakukan dengan cara reduksi data, penyajian data, dan verifikasi data. Hasil penelitian yang ditemukan bahwa simbol-simbol yang terdapat dalam upacara rambu solo terdiri dari simbol verbal dan simbol nonverbal. Adapun simbol verbal yang terdapat dalam upacara adat rambu solo adalah berupa doa-doa yang diucapkan oleh To Minaa yang bermakna sebagai pemujaan, permohonan, dan untuk pengagungan. Sedangkan simbol nonverbal berupa alat-alat sebagai perlengkapan upacara yang bermakna sebagai persembahan kepada para leluhur serta penghormatan terakhir bagi almarhum dan bagi keluarga yang ditinggalkan. Kata kunci : Simbol, Toraja Rambu Solo, Semiotik.
PREFIKS BAHASA BADA Potoe, Demantrius; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (382.786 KB)

Abstract

Permasalahan penelitian ini yaitu bentuk, fungsi dan makna prefiks bahasa Bada. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan bentuk, fungsi dan makna prefiks bahasa Bada. Penelitian ini diharapkan sebagai suatu langkah untuk melestarikan bahasa daerah dari kepunahan. Sumber data dari penelitan ini adalah data lisan bahasa Bada. Pengumpulan data dilakukan dengan metode simak dan metode cakap. Hasil dari penelitian ini diantaranya (1) bentuk prefiks {ba},  {ni}, {ta}, {mo}, {pe, {ma}, {po}, {ke}, {me}, {ra}, {te}, {na}, {ro}, (2) fungsi prefiks terbagi menjadi dua bagian yakni fungsi derivasional dan infleksional, (3) makna prefiks diantararnya bermakna melakukan kebiasaan, menyatakan sesuatu, memerintah, melakukan pekerjaan, menyatakan alat atau benda, sedang melakukan pekerjaan, menyatakan jumlah, menyatakan suatu perbuatan telah terjadi.Kata Kunci: Prefiks Bahasa Bada.
KEMAMPUAN SISWA KELAS XI IPS 2 SMA NEGERI 3 PALU MENENTUKAN IDE POKOK DALAM PARAGRAF Herawati, Herawati; Ketut, I Gusti; Harisah, Sitti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.141 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Palu. Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimanakah kemampuan siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Palu Menentukan Ide Pokok dalam Paragraf. Tujuan penelitian untuk mendeskripsikan kemampuan siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Palu Menentukan Ide Pokok dalam Paragraf. Jenis penelitian yang digunakan penulis adalah metode deskriptif dengan metode mengumpulkan data yaitu pemberian tes evaluasi berupa tes objektif sebanyak 10 nomor dan tes esay terdiri dari 8 paragraf. Data kemampuan siswa yang diperoleh diolah dengan menggunakan rumus  untuk menentukan nilai rata – rata siswa.Berdasarkan hasil pengolahan data penelitian dan kriteria ketuntasan maksimal (KKM) di kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Palu pada mata pelajaran bahasa Indonesia yaitu 78. Hasil dari penelitian ini telah diperoleh nilai rata-rata kemampuan siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Palu dalam menentukan ide pokok dalam paragraf yaitu 6,23 sehingga dapat disimpulkan bahwa siswa kelas XI IPS 2 SMA Negeri 3 Palu belum berhasil menentukan ide pokok dalam paragraf. Terdapat dua faktor penyebab siswa tidak mampu menentukan ide pokok dalam paragraf yaitu faktor siswa dan faktor guru. Adanya faktor dari siswa disebabkan oleh kurangnya latihan dan membaca dalam menentukan ide pokok dalam paragraf. Sedangkan faktor dari guru yaitu guru membutuhkan metode tersendiri mengelola pembelajaran agar menarik, menyenangkan dan memberikan manfaat bagi siswa. Sehingga siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran bahasa Indonesia.. Kata Kunci : Kemampuan, ide pokok, paragraf. 
MAKNA SIMBOL PAKAIAN PERNIKAHAN ADAT BUTON KAJIAN SEMIOTIK Fatmawati, Fatmawati; Ketut, I Gusti
BAHASA DAN SASTRA Vol 3, No 3 (2018): Jurnal Bahasa dan Sastra
Publisher : BAHASA DAN SASTRA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (358.948 KB)

Abstract

Fokus permasalahan  dalam penelitian ini adalah apa saja makna simbol yang terdapat pada pakaian pernikahan adat Buton. Penelitian ini juga bertujuan untuk mendeskripsikan apa saja makna simbol pakaian pernikahan adat Buton. Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan metode cakap. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini diawali dengan tahap observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini terdapat beberapa makna simbol pada pakaian pernikahan mempelai pria yaitu: ikat kepala (kampurui), mahkota (lipi-lipi), baju bahaladada, sala arabu, sarung (biasamasil)i, ikat pinggang (sulepe), sarung besar (bio ogena), keris (tobo), bunga  (kamba), dan makna simbol yang terdapat pada pakaian pernikahan mempelai wanita yaitu: penutup kepala (tipolo), baju kombo, sarung lonjo, punto, kalung ( jao-jaonga), gelang (simbi), pengikat tangan (kabokema lima), anting-anting (dali-dali), kupu-kupu  (kambarambei), kukuharimau (korokoronjo), kipas (kambero), benda (sampelaka) dan sapu tangan (kalegona).Kata Kunci: Makna Simbol, Pakaian Pernikahan  Adat Buton