Hamdani, Deni
Unknown Affiliation

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PROSES KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMK PGRI 7 MALANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN PEMAHAMAN SKEMP Hamdani, Deni; Subanji, Subanji; Irawati, Santi
Media Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : IKIP Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (668.614 KB) | DOI: 10.33394/mpm.v1i2.1901

Abstract

Penelitian ini mengkaji proses koneksi matematika siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan pemahaman Skemp, yakni pemahaman relasional dan pemahaman intrumental. Proses koneksi matematika yang terjadi dikaji dengan cara memberikan Lembar Tugas Individu (LTI) dan wawancara sesuai dengan tahapan Polya. Pengambilan data penelitian menggunakan metode Think-Out-Loud(TOL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada LTInomor 1, semua subjek kelompok berkategori pemahaman relasional, dan pada LTI nomor 2, subjek kelompok 1 memiliki pemahaman relasional, sedangkan subjek kelompok 2 memiliki pemahaman instrumental. Proses koneksi matematika subjek denganpemahaman relasional dapat mengontruksi hubungan antar konsep matematika, baik antar materi matematika, dan di dalam materi matematika, sedangkan proses koneksi matematika subjek dengan pemahaman instrumental dapatmengontruksi hubungan antar konsep matematika, baik antar materi matematika, dan di dalam materi matematika setelah diberikan stimulus ide penyelesaian.
PROSES KONEKSI MATEMATIKA SISWA SMK PGRI 7 MALANG DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BERDASARKAN PEMAHAMAN SKEMP HAMDANI, DENI; SUBANJI, SUBANJI; IRAWATI, SANTI
Media Pendidikan Matematika Vol 1, No 2 (2013)
Publisher : IKIP Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.836 KB) | DOI: 10.33394/mpm.v1i2.1887

Abstract

Penelitian ini mengkaji proses koneksi matematika siswa dalam menyelesaikan masalah berdasarkan pemahaman Skemp, yakni pemahaman relasional dan pemahaman intrumental. Proses koneksi matematika yang terjadi dikaji dengan cara memberikan Lembar Tugas Individu (LTI) dan wawancara sesuai dengan tahapan Polya. Pengambilan data penelitian menggunakan metode Think-Out-Loud (TOL). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada LTI nomor 1, semua subjek kelompok berkategori pemahaman relasional, dan pada LTI nomor 2, subjek kelompok 1 memiliki pemahaman relasional, sedangkan subjek kelompok 2 memiliki pemahaman instrumental. Proses koneksi matematika subjek dengan pemahaman relasional dapat mengontruksi hubungan antar konsep matematika, baik antar materi matematika, dan di dalam materi matematika, sedangkan proses koneksi matematika subjek dengan pemahaman instrumental dapat mengontruksi hubungan antar konsep matematika, baik antar materi matematika, dan di dalam materi matematika setelah diberikan stimulus ide penyelesaian.
ENKRIPSI DAN DEKRIPSI TEKS BERBASIS HILL CIPHER MENGGUNAKAN MATRIKS ORDO 2×2 Hamdani, Deni Den
Jurnal Explore Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : STMIK Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.35200/explore.v9i2.192

Abstract

Matriks adalah suatu konsep dalam aljabar linier, yang memiliki banyak aplikasi diantaranya dalam kajian kriptografi. Kriptografi adalah ilmu sekaligus seni untuk menjaga keamanan pesan. Di dalam kriptografi terdapat beberapa macam teknik penyandian pesan, salah satunya adalah teknik penyandian Hill cipher. Hill cipher merupakan sistem pengkodeaan dengan memadukan konsep matriks dengan konsep kongruensi linier dalam proses mengenkripsi suatu naskah yang akan dirahasiakan (plaintext: naskah yang dibaca bermakna) menjadi naskah yang tidak dapat dimengerti (ciphertext: teks tersandi) dan mendekripsikan suatu naskah teks yang tersandi (ciphertext) menjadi naskah yang dapat dimengerti (plaintext). Di dalam Hill cipher, konsep matriks dan kongruensi linier sangat berperan penting dalam enkripsi dan dekripsi sebuah teks, terlebih dalam penggunaan sebuah matriks kunci di dalam makalah memanfaatkan konsep permutasi untuk memilih matriks yang invertibel modulo 26. Kekuatan suatu cipher terletak pada matriks kunci yang digunakan, karena bentuk suatu matriks dapat mempengaruhi usaha yang diperlukan oleh seorang penerima ataupun interceptor. Oleh karenanya juga semakin lama waktu yang dibutuhkan, maka semakin kuat cipher-nya, yang berarti semakin aman digunakan untuk menyandikan suatu naskah.
BUKTI YANG MEMBUKTIKAN DAN BUKTI YANG MENJELASKAN DALAM KELAS MATEMATIKA Hamdani, Deni; Junaidi, J.; Novitasari, Dwi; Salsabila, Nilza Humaira; Tyaningsih, Ratna Yulis
Jurnal Penelitian dan Pengkajian Ilmu Pendidikan: e-Saintika Vol 4, No 2: July 2020
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LITPAM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (902.323 KB) | DOI: 10.36312/e-saintika.v4i2.253

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan secara komprehensif perbedaan bukti yang membuktikan dan bukti yang menjelaskan berdasarkan pertimbangan implikasi kedua bukti tersebut sebagai dasar konstruksi penalaran dan bukti dalam matematika. Kajian dijalani dengan kegiatan menguraikan perbedaan spesifik antara keduanya serta memberikan contoh kasus kedua bukti, dan memberikan justifikasi atas pentingnya pengenalan kedua bukti dalam kelas matematika. Kedua bukti digambarkan dengan permasalahan konsep barisan bilangan ganjil. Bukti yang membuktikan hanya menunjukkan dengan menggunakan induksi matematis, sementara bukti yang menjelaskan menunjukkan dengan bukti Gauss, representasi geometrik bangun titik, dan garis zig-zag. Perbedaan antara keduanya tampak pada pemberian alasan yang berasal dari bukti itu sendiri. Hasil kajian mengindikasikan bahwa peran bukti dalam kelas matematika pada tingkat perguruan tinggi adalah membuktikan/meyakinkan, pada tingkat menengah atas adalah membuktikan dan menjelaskan, dan pada tingkat sekolah menengah pertama dan dasar peran utamanya adalah menjelaskan. Akibatnya bukti matematis tidak hanya membuktikan/menyakinkan, melainkan juga menjelaskan. Karenanya penting mempertimbangkan implikasi bukti dalam kurikulum matematika di sekolah, serta perlunya menyajikan bab materi kepada mahasiswa pendidikan matematika tidak hanya bukti yang membuktikan, melainkan juga bukti yang menjelaskan.Proofs that Prove and Proofs that Explain in Mathematics ClassroomAbstractThe purpose of this study was to comprehensively describe the differences of the proofs that prove and proofs that explain based on the consideration of the implications of the two proofs as the basis for the construction reasoning and proofs in mathematics. The study was undertaken with the activity of describing the specific differences between the two and providing examples of cases of both proofs; and provide justification for the importance of introducing both proofs in mathematics classrooms. Both proofs are illustrated by the problem of the odd number sequence concept. Proofs that prove is only shown using mathematical induction, while proofs that explain shows with Gaussian proof, a geometric representation of point shape, and zigzag line. The difference between the two appears to be the reasoning that comes from the proof itself. The results of the study indicate that the role of proof in mathematics classes at the tertiary level is proving/convincing, at the senior secondary level it is proving and explaining, and at the junior and elementary school level its main role is explaining. As a result, mathematical proof does not only prove/convince, but also explain. It is therefore important to consider the implications of proof in the mathematics curriculum in schools, as well as the need to present chapter materials to mathematics education students not only proofs that prove but also proof that explain.