Akbar, Kurnia Ardiansyah
Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember, Jl. Kalimantan No.I/93 68121 Jember, Jawa Timur, Indonesia

Published : 13 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

Bahaya Kesehatan dan Keselamatan Kerja Penggunaan Kompor Gas Dua Tungku Pada Industri Berskala Kecil Menggunakan Metode FMEA (Failure Modes and Effects Analysis) Akbar, Kurnia Ardiansyah
Window of Health : Jurnal Kesehatan Vol. 3 No. 4 (Oktober, 2020)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Muslim Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33368/woh.v0i0.375

Abstract

The use of gas stoves is beneficial in terms of economy and efficiency, but on the other hand it leaves problems, especially in the K3 aspect. Cases of failure in the use of gas stoves that cause explosions and fires are caused by various factors. Critical research efforts related to risks in utilization can be carried out by using a systematic risk assessment related to the failure of the utilization system of a tool, namely FMEA (Failure Modes and Effects Analysis). The purpose of this research is to analyze the risks of occupational health and safety hazards using a two-burner gas stove in order to get priority issues that need to be watched out for. This research is a descriptive study with a quantitative approach. The research was conducted in a small-scale industry in Jember Regency, East Java Province in March-May 2020. Data analysis and processing as well as determination of risk priorities were carried out with FMEA guidelines. The results showed that the two-burner gas stove consists of four systems, namely the stove frame system, the burner ignition system and the fire control system. Fuel system and air regulation system, with 12 subsystems in the four systems. This study concludes that there are three health and safety hazards in the use of a two-burner gas stove in a small-scale industry, namely the first is the danger to the fuel system, to be precise the stove regulator subsystem, the second is the occupational health and safety hazard in the fuel system, to be precise the valve subsystem. gas cylinders and the three occupational health and safety hazards in the stove frame system to be precise in the pan support sub system. The advice given to small-scale industries and the public using a two-burner gas stove is to behave safely and always keep the stove in safe condition by paying attention to the results of the hazard analysis that has been carried out.
Kejadian Mild Cognitive Impairement pada Petani Tembakau Pengguna Pestisida di Kabupaten Jember Reny Indrayani; Prehatin Trirahayu Ningrum; Ellyke Ellyke; Isa Marufi; Anita Dewi Moelyaningrum; Ragil Ismi Hartanti; Rahayu Sri Pujiati; Kurnia Ardiansyah Akbar; Globila Nurika; Ana Islamiyah Syamila
Media Kesehatan Masyarakat Indonesia Vol. 16 No. 1: MARET 2020
Publisher : Faculty of Public Health, Hasanuddin University, Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (608.774 KB) | DOI: 10.30597/mkmi.v16i1.9042

Abstract

Mild Cognitive Impairment (MCI) is a prodromal phase of cognitive decline that can precede the emergence of Alzheimer's Disease (AD). The populations most at risk are farmers who apply pesticides to their crops. The purpose of this study was to analyze the relationship between age, length of working, and pesticide use (frequency and duration of spraying) with the incidence of MCI in tobacco farmers in Jember District. The type of this study was observational analytic with cross sectional design. The respondents of this research were 200 farmers in the district area, with stratified sampling method. Data analysis used the chi-square statistical test. The results showed that most respondents were aged ≥ 45 years and most respondents had working period of > 10 years. Most respondents sprayed pesticides 3-4 times in 1 month and the duration of spraying was evenly divided into two groups, ≤ 2 hours and> 2 hours. The results of bivariate analysis showed that in the study respondents, there was no relationship between age, years of working, and frequency of pesticide spraying with MCI, but there was a relationship between the length of pesticide spraying (p = 0,026) with MCI. Based on these results, it is necessary to educate tobacco farmers, especially in Jember Regency about the dangers of pesticides and to shorten the duration of pesticide spraying.
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBAYARAN KAPITASI BERBASIS PEMENUHAN KOMITMEN PELAYANAN (KBKP) DI KABUPATEN JEMBER Christyana Sandra; Yennike Tri Herawati; Ni'mal Baroya; Sulistiyani Sulistiyani; Prehatin Trirahayu Ningrum; Kurnia Ardiansyah Akbar; Andrei Ramani
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 17 No 1 (2021)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v17i1.22441

Abstract

Kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan (KBKP) merupakan salah satu sistem pembayaran dalam program jaminan kesehatan nasional pada puskesmas untuk meningkatkan pelayanan yang efektif dan efisien sehingga mutu layanan yang diberikan dapat terjaga. Kabupaten Jember sebagai salah satu kabupaten yang menjalankan kebijakan tersebut, namun diketahui terdapat kendala dalam pelaksanaan kebijakan tersebut. Penilaian terhadap puskesmas melalui KBKP dilihat berdasarkan pencapaian indikator yang meliputi angka contact rate, rasio rujukan rawat jalan non spesialistik, rasio peserta prolanis dan 1 indikator tambahan yaitu kunjungan rumah. Namun pelaksanaan kebijakan ini terdapat beberapa permasalahan yang dapat menghambat pencapaian target. Penelitian ini menggunakan metode Riset Implementasi. Riset ini membahas berbagai masalah implementasi dalam konteks yang beragam dimana pengambilan datanya dilakukan secara kualitatif (indepth interview) dan kuantitatif (analisis data sekunder). Evaluasi pelaksanaan KBKP tahun 2016 menunjukkan masih banyaknya tantangan dan hambatan sehingga BPJS Kesehatan mengeluarkan petunjuk teknis terkait KBKP. Tujuan penyusunan petunjuk teknis tersebut adalah memberikan panduan bersama pelaksanaan pembayaran kapitasi berbasis pemenuhan komitmen pelayanan di FKTP. Pemerintah daerah diketahui kurang terlibat dalam kebijakan KBKP tersebut, tidak terdapat kebijakan yang mendukung kebijakan KBKP di tingkat kabupaten. Pencapaian target indikator yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP masih sulit dicapai oleh puskesmas khususnya pada indikator contact rate, pencapaian target indicator contact rate hanya 15 puskesmas (30%). Pencapaian indikator rujukan non spesialistik yang telah ditetapkan dalam regulasi KBKP selalu dapat dicapai oleh puskesmas (100%), namun indikator prolanis target pencapaiannya hanya 38 puskesmas dari 50 puskesmas yang dapat mencapai (76%). Sulitnya pencapaian target indikator contact rate karena petugas kesehatan di puskesmas tidak sempat meng-entry data kontak sehat dan kontak sakit pada aplikasi P Care. Diketahui KBKP dapat meningkatkan kepuasan peserta karena memaksa puskesmas untuk meningkatkan contact rate dengan peserta JKN dan merasa di ‘spesial’kan dengan program prolanis. Kebijakan KBKP juga dapat meningkatkan mutu pelayanan puskesmas karena puskesmas harus meningkatkan sarana prasarana agar 145 diagnosis tersebut dapat diselesaikan.
Gambaran Sarana Proteksi Aktif Kebakaran Dan Kepatuhan Konsumen Pada Tanda Dan Rambu Peringatan Di SPBU Sebagai Upaya Pencegahan Kebakaran Ayu Mega Lestari; Reny Indrayani; Kurnia Ardiansyah Akbar
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 15 No 2 (2019)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v15i2.17546

Abstract

One of the workplaces that often occurs in fires is a Petrol Station. As an effort to prevent fire with the availability of fire protection facilities available at gas stations. The purpose of this study is to describe the means of active fire protection and consumer compliance with warning signs and signs contained by gas stations as an effort to prevent fires in the Petrol Station Regency of Bondowoso. This research uses a descriptive quantitative research that illustrates the level of compliance with SPBU Safety Man Module regulations, SPBU Standard Operating Procedures and Management, K3LL Guidelines, Public Works Minister Regulation No: 26/PRT/M /2008 and SNI based on actual conditions. The sample in this study were 7 Petrol Station in Bondowoso Regency and 100 individuals related to consumer compliance. Data collection was carried out by interview, observation and documentation study. The average result of the suitability level of active protection facilities is 24.6% with the APAR criteria where the suitability level reaches 61.9% and the absorbance of sand reaches 85.71%. For fire detectors, fire alarms, fire hydrants and hose reels have not been implemented. While the level of consumer compliance is 95.83%. The results showed that active fire protection facilities at gas stations were not in accordance with laws and regulations, while consumer compliance was in the good category.
Health Risk Management Pada Unit Insektisida Padatan Kurnia Ardiansyah Akbar
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 12 No 1 (2016)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Kegiatan produksi pada unit insektisida padatan PT Petrosida Gresikmasih menggunakan proses manual secara keseluruhan sangat rentan terhadap risikobahaya bagi pekerja. Bahaya tersebut sangat berpotensi mempengaruhi kesehatan pekerjayang pada akhirnya akan mempengaruhi performa kerja dan produktifitas pekerja.Penggunaan manajemen risiko kesehatan diperlukan dalam upaya preventif terjadinyapenyakit akibat kerja dan kecelakaan akibat kerja.Tujuan Penelitian: melakukan health risk management di unit insektisida PT. PetrosidaGresik..Metode Penelitian : Kegiatan health risk management meliputi mengidentifikasi bahayakesehatan, melakukan analisis penilaian bahaya dan pengendalian risiko bahaya yangtepat di tempat kerja unit insektisida PT. Petrosida GresikMetode observasi partisipatifdigunakan sebagai bahan identifikasi, analisis dan pengendalian health risk management.Perhitungan risiko dan pengolahan data dilakukan menggunakan Quantitative RiskAnalysis Matrix-Level Of Risk The Australia Standards / New Zealand Standards 4360, 2004.Hasil Penelitian: Hasil penelitian menunjukkan terdapat 63 faktor risiko dengan tingkatrisiko Tinggi berasal sejumlah 26 sumber bahaya, risiko sedang berasal sejumlah 35sumber bahaya, dan risiko rendah berasal sejumlah 2 sumber bahaya dengan metodepengendalian menggunakan pengendalian berjenjeng sesuai hirarki pengendalian. Kata Kunci : health risk management, faktor risiko, PT. Petrosida Gresik
EVALUASI SISTEM PROTEKSI AKTIF DAN SARANA PENYELAMATAN JIWA PADA HOTEL X DI KABUPATEN JEMBER Regina Nanda Savitri; Reny Indrayani; Kurnia Ardiansyah Akbar
Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Vol 18 No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Jember

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19184/ikesma.v18i1.22921

Abstract

Hotel termasuk dalam gedung bertingkat yang berpotensi mengalami kebakaran karena material yang ada dalam bangunan rawan terhadap penjalaran api. Karakteristik penghuni hotel juga sangat beragam karena berasal dari berbagai kalangan usia, kondisi fisik, kesehatan, pendidikan, pekerjaan, dan pengetahuan tentang kebakaran yang berbeda. Sistem pendeteksian merupakan komponen awal yang penting untuk pengamanan bahaya kebakaran. Prioritas selanjutnya adalah menyelamatkan penghuni dari asap kebakaran, karena sebagian besar penyebab kematian adalah asap kebakaran. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi penerapan sistem proteksi aktif kebakaran dan sarana penyelamatan jiwa sebagai upaya pencegahan dari bahaya kebakaran. Penelitian ini merupakan evaluatif dengan pendekatan kuantitatif. Unit analisis penelitian ini meliputi detektor, alarm, sprinkler, APAR, hidran, sarana jalan keluar, pintu dan tangga darurat, tempat berhimpun, dan lampu darurat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persentase penerapan sistem proteksi aktif kebakaran adalah 65,67% dengan kategori cukup dan persentase penerapan untuk sarana penyelamatan jiwa adalah 75,50% dengan kategori cukup. Hasil penilaian penerapan ini diperoleh dengan membandingkan kondisi aktual lapangan dengan ketentuan dari standar yang berlaku. Pihak hotel diharapkan mampu memperbaiki komponen yang rusak dan melakukan pemeliharaan pada komponen yang masih dalam kondisi baik agar tidak mengalami kerusakan dan dapat diandalkan.
DETERMINANTS OF MUSCULOSKELETAL DISORDERS IN COFFEE PICKER IN KABUPATEN LUMAJANG kurnia ardiansyah akbar
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 4, No 2 (2020): Improve Industry Performance by Optimizing Occupational Health Management
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v4i2.4032

Abstract

Musculoskeletal disorders become a attention in theOcuupational health sector. One of the sectors that is affected is the agricultural sector. The results of previous studies indicate that musculoskeletal disorders in farmers will reduce up to 60% of farmer productivity. Musculoskeletal disorders are health problems that often occur in coffee pickers but are rarely noticed. Based on preliminary research from 30 respondents who were interviewed 100% of respondents claimed to experience rheumatic pain, cramps, sprains and numbness. Parts of the body that experienced complaints expressed by respondents had a variety of  neck, right shoulder, left calf and waist. This complaint is an indication that coffee pickers have experienced musculoskeletal disorders. This study aims to analyze the musculoskletal disorders. The study was conducted on coffee pickers in 2 villages namely Tawon Songo and Jabon Villages Pasrujambe Kabupaten Lumajang with a total sample of 35 respondents taken by simple random sampling. The research design used was cross-sectional study. Based on the research results it was found that musculoskletal disorders were experienced by 32 respondents. Of the variables studied, two significant variables were risk factors for musculoskletal disorders, namely age (sig = 0.009) and burden (sig = 0.000).
ANALISIS FAKTOR PSIKOSOSIAL PERAWAT DENGAN KEJADIAN KECELAKAAN KERJA DI RSUD BLAMBANGAN KABUPATEN BANYUWANGI Nur Fauziyah; Reny Indrayani; Kurnia Ardiansyah Akbar
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 6, No 2 (2022): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v6i2.6718

Abstract

Kecelakaan kerja memiliki dampak kerugian bagi pihak instansi dan tenaga kerja. Salah salah satu faktor pendukung kejadian kecelakaan kerja adalah psikososial, faktor ini tidak mudah diamati oleh individu maupun manajemen, sehingga jarang dilakukan pengukuran dan pengendalian di tempat kerja. Sebesar 41% kecelakaaan kerja area rumah sakit lebih besar daripada area industri dengan jenis kasus needle stick injury, luka gores, luka bakar, penyakit infeksi dan lainya. RSUD Blambangan Kabupaten Banyuwangi memiliki data kecelakaan kerja dan belum pernah melakukan pengukuran serta evaluasi terkait psikososial kerja, sehingga tujuan penelitian untuk menganalisis faktor psikososial perawat dengan kejadian kecelakaan kerja. Penelitian menggunakan metode analitik dengan desain cross-sectional. Populasi penelitian sebanyak 215 perawat dengan sampel sebanyak 67 perawat menggunakan teknik simple random sampling. Pegumpulan data menggunakan angket online The Copenhagen Psychosocial Questionnaire III (COPSOQ III). Analisis data menggunakan uji rank correlation test dan uji chi-square (α=0,05) dengan bantuan program SPSS. Hasil analisis penelitian nilai Sig.(2-tailed) faktor individu yakni usia (0,400 > α); jenis kelamin (0,929 > α); tingkat pendidikan (1,000 > α); masa kerja (0,129 > α) dan unit kerja (0,929 > α) sedangkan nilai Asymp. sig (2-tailed) faktor psikososial yakni (1,000 > α), sehingga dapat disimpulkan bahwa faktor individu (usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, masa keja dan unit kerja) dan faktor psikososial tidak memiliki hubungan dengan kejadian kecelakaan kerja pada perawat. Tidak adanya hubungan dapat diartikan bahwa perawat dengan kategori faktor individu dan faktor psikososial apapun memiliki peluang yang sama dapat mengalami kejadian kecelakaan kerja. Bagi pihak perawat disarankan untuk lebih mengenali batas kemampuan dalam menanggung beban kerja, serta melaporkan perilaku ofensif dan kecelakaan kerja yang pernah dialami.Kata kunci: kecelakaan kerja; perawat; psikososial.
PERBEDAAN BEBAN KERJA MENTAL DAN STRES KERJA GURU SDN DENGAN GURU SLBN Dewi Ratna Sari; Kurnia Ardiansyah Akbar; Iken Nafikadini
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 5, No 2 (2021): Industrial Hygiene and Occupational Health
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v5i2.5181

Abstract

Beban kerja mental yang tinggi pada guru SD Negeri dan guru SLB Negeri dapat menjadi penyebab timbulnya stres kerja. Pengukuran beban kerja mental diperlukan untuk dapat dilakukan upaya penyesuaian beban kerja mental dengan kapasitas yang dimiliki guru, sehingga stres kerja dapat dicegah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan beban kerja mental dan stres kerja antara guru SD Negeri dengan SLB Negeri. Penelitian ini merupakan penelitian komparatif dengan pendekatan cross sectional. Penelitian ini dilakukan di seluruh sekolah SD Negeri dan SLB Negeri di kelurahan Patrang dengan sampel keseluruhan anggota populasi yang berjumlah 35 orang. Variabel pada penelitian ini terdiri dari variabel independe yaitu beban kerja mental dan karakteristik individu (usia, jenis kelamin, dan masa kerja) dan variabel dependen yaitu stres kerja. Teknik pengumpulan data menggunakan angket dan dokumentasi. Analisis data yang digunakan adalah statistis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan karakteristik individu usia, sedangkan jenis kelamin dan masa kerja tidak terdapat perbedaan. Beban kerja mental dan stres kerja pada guru SD Negeri lebih tinggi daripada guru SLB Negeri, sehingga berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan beban kerja dan stres kerja pada guru SD dan guru SLB. Saran untuk instansi/sekolah yaitu meningkatkan partisipasi guru dalam menyampaikan pendapat dan pengambilan keputusan, penyusuanan dan pengembangan strategi belajar, memberikan penghargaan kepada guru. Saran bagi guru yaitu memanfaatkan waktu istirahat sebaik mungkin, guru yang lebih tua dan lebih memilliki pengalaman dapat memberikan bimbingan kepada guru lain yang mengalami kesulitan, menjadwalkan olahraga ringan.Kata Kunci: stres kerja; beban kerja mental; guru 
ANALISIS SARANA PENYELAMATAN JIWA SEBAGAI UPAYA TANGGAP DARURAT KEBAKARAN Mahrus Aldiansyah; Kurnia Ardiansyah Akbar; Ragil Ismi Hartanti
Journal of Industrial Hygiene and Occupational Health Vol 5, No 1 (2020): Integrated Occupational Safety and Health Implementation
Publisher : Universitas Darussalam Gontor

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21111/jihoh.v5i1.4550

Abstract

Industri yang mengolah kayu merupakan tempat yang memiliki potensi bahaya kebakaran karena proses produksinya yang bersinggungan langsung dengan bahan yang mudah terbakar. Pemenuhan sarana penyelamatan jiwa merupakan aspek yang penting guna mengurangi dampak suatu kebakaran industri. PT. Kutai Timber Indonesia merupakan salah satu industri yang memproduksi plywood terbesar di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan sarana penyelamatan jiwa di unit produksi plywood PT. Kutai Timber Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian evaluatif. Penelitian ini dilakukan di gedung unit produksi plywood dengan responden 1 orang yang berasal dari Divisi Keselamatan dan Lingkungan. Hasil dari penelitian didapatkan bahwa jalan keluar dan titik kumpul memiliki skor presentase sebesar 100% dengan kategori baik, petunjuk arah jalan keluar juga memiliki kategori baik dengan presentase sebesar 80,95%. Aspek sarana penyelamatan jiwa yang kategorinya kurang adalah pintu darurat dan lampu darurat dengan skor presentase sebesar 9,52% dan 32,35%. Saran yang dapat direkomendasikan adalah meningkatkan persentase penerapan sarana penyelamatan jiwa yang mmiliki kategori kurang dengan menyediakan pintu darurat yang terbuat dari baja tahan api, tidak terkunci, dan memiliki push bar system. Perusahaan juga harus menyediakan lampu darurat yang tidak digunakan sehari-hari dan bersumber dari baterai sehingga memudahkan akses evakuasi penghuni gedung ketika terjadi keadaan darurat seperti kebakaran.Kata Kunci: kebakaran; industri; evakuasi