Siswa di SMA Muhammadyah belum memperoleh hasil belajar yang baik, khususnya dalam pembelajaran bahasa Inggris nilai tidak memenuhi standar KKM yakni 75. Diperoleh data juga bahwa guru belum menerapkan model pembelajaran yang bervariatif, dimana guru masih terbiasa dengan menjelaskan materi, lalu meminta siswa untuk mengerjakan tugas yang sudah ada di dalam buku paket. Sedangkan menurut siswa, diperoleh data bahwa walaupun pelajaran bahasa Inggris sudah dipelajari sejak SMP tapi mereka masih merasa sulit karena bedanya penulisan dan cara membacanya, dan penguasaan grammar yang belum baik juga menjadi permasalahan mereka dalam berbicara. Selain itu, siswa merasa tidak percaya diri berbicara depan kelas. peneliti menerapkan model pembelajaran Talking Chips untuk mengetahui kemampuan berbicara siswa SMA Muhamadyah kelas X. Talking chips merupakan salah satu strategi pembelajaran kooperatif yang dikembangkan pertama kali oleh Kagan (1992). Sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan pourposive sampling. untuk kelas ekspeeimen dipilih kelas IPS A dan utuk kelas kontrol dipilih kelas IPS B. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen, pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Instrumen yang dipakai adalah tes kemampuan berbicara bahasa inggris. Dari soal yang diberikan siswa diminta untuk menceritakan kembali dengan jenis teks narrative dan report secara lisan (oral test). Adapun indikator penilaian yang diberikan seperti: pemahamn (comprehension), pengucapan (pronounciation), tata bahasa (grammar), kosa kata (vocabulary), dan kelancaran (fluency). dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan yang signifikant pengaruh strategi pembelajaran Talking Chips pada kemampuan berbicara siswa-siswi SMU Muhammadiyah Ende TA 2017/2018.Kata kunci : 1 Pembelajaran ; 2 Talking Stick ; 3 Berbicara