Claim Missing Document
Check
Articles

Found 37 Documents
Search

Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010 Saputra, Muhammad Adi; Pratama, Rinaldo Adi
MIMBAR PENDIDIKAN Vol 3, No 1 (2018)
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/mimbardik.v3i1.10638

Abstract

ABSTRAKSI: Penelitian ini menjelaskan perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, yang memiliki peranan penting dalam upacara Seren Taun yang diadakan oleh masyarakat adat Paseban. Masalah utama yang dibahas adalah bagaimana perkembangan kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan, pada tahun 1980-2010. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi historis dan budaya. Hasil penelitian menunjukan bahwa kesenian Angklung Buncis di Kecamatan Cigugur, Kabupaten Kuningan berada dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan lahir melalui ide kreatif sesepuh adat, yaitu Pangeran Djatikusumah. Terdapat perkembangan fungsi dalam kesenian tradisional Angklung Buncis, yakni dari fungsi sakral berubah menjadi hiburan dan profan. Perkembangan fungsi tersebut terjadi karena permalasahan yang terdapat dalam lingkup masyarakat adat Paseban dan tuntutan zaman. Selain itu, ada perubahan dalam aspek penampilan, lagu, jumlah pemain, dan laras dalam kesenian Angklung Buncis, dengan tujuan untuk mempertahankan keberlangsungan kesenian tradisional tersebut di tengah-tengah perkembangan teknologi yang semakin maju. KATA KUNCI: Angklung Buncis; Masyarakat Cigugur; Agama Djawa-Sunda; Upacara Seren Taun; Tradisi dan Globalisasi. ABSTRACT: “From Sacral to Profan: Ups and Down of Angklung Buncis Art in Kuningan District, West Java, Year 1980-2010”. This study describes the development of Angklung Buncis Art in Cigugur Subdistrict, Kuningan District, West Java, Indonesia, which has an important role in “Seren Taun” ceremony which held by indigenous peoples of Paseban. The main issue discussed was how the Angklung Buncis Art can be develop in 1980-2010. The method used in this research is qualitative with historical study and cultural approaches. The results showed that the Angklung Buncis Art in Cigugur, Kuningan are within the scope of indigenous peoples of Paseban and born through creative ideas from Prince Djatikusumah. There are developments in the functions of the traditional arts of Angklung Buncis, namely from sacred function turned into entertainment and profan. The development of these functions occur because contained within the scope of indigenous peoples Paseban and globalization. In addition, there are changing in the aspects of appearance, song, number of players, and the barrel that aims to maintain the continuity of traditional art in the midst of the development of increasingly advanced technology.KEY WORD: Angklung Buncis; Cigugur Community; Djawa-Sunda Religion; Ritual of Seren Taun; Tradition and Globalization.  About the Authors: Muhammad Adi Saputra adalah Guru Sejarah di SMAN (Sekolah Menengah Atas Negeri) 8 Tangerang, Banten, Indonesia. Rinaldo Adi Pratama adalah juga Guru Sejarah di SMKN (Sekolah Menengah Kejuruan Negeri) 7 Kabupaten Tangerang, Banten, Indonesia. Untuk kepentingan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: madisaputtra25@gmail.com dan rinaldoadi@outlook.comSuggested Citation: Saputra, Muhammad Adi Rinaldo Adi Pratama. (2018). “Dari Sakral Menuju Profan: Pasang-Surut Kesenian Angklung Buncis di Kabupaten Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1980-2010” in MIMBAR PENDIDIKAN: Jurnal Indonesia untuk Kajian Pendidikan, Volume 3(1), March, pp.59-72. Bandung, Indonesia: UPI [Indonesia University of Education] Press, ISSN 2527-3868 (print) and 2503-457X (online). Article Timeline: Accepted (November 10, 2017); Revised (January 25, 2018); and Published (March 30, 2018).
Mengenai Sutan Akbar pada Masa Revolusi Indonesia di Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1947 – 1948 Pratama, Rinaldo Adi; Kamsori, Moch Eryk
SUSURGALUR Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : SUSURGALUR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (290.27 KB)

Abstract

IKHTISAR: Divisi Bambu Runcing merupakan sebuah lasykar yang dibentuk oleh Sutan Akbar, yang terdiri atas gabungan lasykar-lasykar perjuangan di Jawa Barat yang masih tersisa, setelah Divisi Siliwangi mendapatkan gempuran oleh pasukan Belanda selama Agresi Militer I pada bulan Juli 1947. Keberadaan Divisi Bambu Runcing sebenarnya mendapatkan mandat resmi dari Jenderal Sudirman, yang pada awal revolusi Indonesia memang bersikap oposisional kepada pemerintah. Karena itu, sikap Sutan Akbar juga menentang segala kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah Republik Indonesia, khususnya dalam melakukan diplomasi dengan pihak Belanda. Sutan Akbar memilih daerah Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat, sebagai markas utamanya, yang pada saat itu juga Ciwaru sedang dijadikan Pusat Pemerintahan Darurat Keresidenan Cirebon. Dari daerah Ciwaru inilah Sutan Akbar dapat mengendalikan pergerakan Divisi Bambu Runcing di seluruh wilayah Jawa Barat; namun di Ciwaru ini juga Divisi Bambu Runcing mengalami kehancurannya, karena harus berhadapan langsung dengan kekuatan resmi tentara Republik Indonesia, yakni Divisi Siliwangi.KATA KUNCI: Sutan Akbar; Divisi Bambu Runcing; Kemelut dalam Sejarah; Divisi Siliwangi; Ciwaru. ABSTRACT: “About the Sutan Akbar in the Time of Indonesian Revolution in Ciwaru, Kuningan, West Java, 1947-1948”. Bamboo-Spear Division was an army formed by Sutan Akbar, consisting of a combined army-paramilitary troops struggle in West Java remaining, after Siliwangi Division has gotten onslaught by Dutch troops during the first military aggression in July 1947. The existence of Bamboo-Spear Division actually obtained an official mandate from the General Sudirman, who at the beginning of the Indonesian revolution was indeed to be opposing to the government. Therefore, the political attitude of Sutan Akbar also opposed all policies implemented by the government of the Republic of Indonesia, especially in conducting diplomacy with the Netherlands. Sutan Akbar has chosen Ciwaru, Kuningan, West Java, as its main headquarters, which at that time, Ciwaru was also used as the Center of Emergency Government in Cirebon Residency. From the Ciwaru region, Sutan Akbar can control the movement of Bamboo-Spear Division in the entire region of West Java; but from this Ciwaru region, the Bamboo-Spear Division also experienced a downfall of having to deal directly with the official power of the army of the Republic of Indonesia, namely Siliwangi Division.KEY WORD: Sutan Akbar; Bamboo-Spear Division; Turmoil in History; Siliwangi Division; Ciwaru.  About the Authors: Rinaldo Adi Pratama, S.Pd. adalah Alumni Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI (Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Universitas Pendidikan Indonesia) Bandung, lulus tahun 2015. Moch Eryk Kamsori, S.Pd. adalah Dosen Senior di Departemen Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung. Untuk keperluan akademik, penulis dapat dihubungi dengan alamat e-mail: rinaldo_ap@outlook.comHow to cite this article? Pratama, Rinaldo Adi & Moch Eryk Kamsori. (2015). “Mengenai Sutan Akbar pada Masa Revolusi Indonesia di Ciwaru, Kuningan, Jawa Barat, Tahun 1947 – 1948” in SUSURGALUR: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, Vol.3(2), September, pp.217-228. Bandung, Indonesia: Minda Masagi Press and UBD Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam, ISSN 2302-5808.Chronicle of the article: Accepted (March 13, 2015); Revised (June 13, 2015); and Published (September 30, 2015).
PENGARUH MODEL EVERYONE IS A TEACHER HERE DAN KEMANDIRIAN BELAJAR TERHADAP HASIL BELAJAR SEJARAH INDONESIA Pratama, Rinaldo Adi; Ibrahim, Nurzengky; Sarkadi, Sarkadi
JPI (Jurnal Pendidikan Indonesia) Vol 8, No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/jpi-undiksha.v8i2.17577

Abstract

This research aims to find the influence of the learning model Everyone Is A Teacher Here and Self-Regulated Learning towards of Learning Outcomes ofIndonesiaHistory. The research was conducted at SMAN 8 Tangerang on the academic year 2017/2018. The research method useexperiment, with treatment by level 2X2. The results showed, as a whole, the students who were treated with the Everyone Is A Teacher Here model showed high learning outcomes, when compared to those who were given direct model learning; groups of students who have high self-regulated learning and they receive learning Everyone Is A Teacher Here has a higher learning outcomes in Indonesian history compared to those given direct learning; groups of students who have low Self-Regulated Learning and they receive direct learning, have higher learning outcomes in Indonesian history compared to those studied Everyone Is A Teacher Here; and, ultimately, there is an interaction effect between the learning model and the Self-Regulated Learning of the learning outcomes of Indonesian history.
HASIL BELAJAR SEJARAH INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE BERDASARKAN KEMANDIRIAN BELAJAR Pratama, Rinaldo Adi; Pratiwi, Inne Marthyane
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 6, No 1 (2019): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.088 KB) | DOI: 10.31571/sosial.v6i1.1036

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar Sejarah Indonesia pada siswa setelah mengikuti model pembelajaran aktif tipe Everyone Is A Teacher Here ditinjau dari kemandirian belajar. Penelitian menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X di salah satu SMAN di Tangerang. Instrumen yang digunakan adalah angket kemandirian belajar dan tes hasil belajar siswa pada materi Sejarah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar siswa. Apabila ditinjau berdasarkan kemandirian belajar, hasil belajar Sejarah Indonesia pada siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemandirian rendah. Dengan demikian model pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia pada siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi.
KADIPATEN GUNUNG POLISI: UPAYA BELANDA DALAM MENGUASAI TANAH KASUNANAN SURAKARTA PADA ABAD KE-19 Susanto, Henry; Pratama, Rinaldo Adi
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 6, No 2 (2019): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.631 KB) | DOI: 10.31571/sosial.v6i2.1291

Abstract

Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi peristiwa sejarah mengenai kolonialisme Belanda di Kasunanan Surakarta pada abad ke-19, dalam konteks permasalahan mengapa dan bagaimanakah cara yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda menguasai wilayah Kasunanan Surakarta. Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi langkah-langkah: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun kerangka pikir yang dipergunakan adalah bahwa penguasaan wilayah Kasunanan Surakarta oleh pemerintah kolonial Belanda diasumsikan dalam rangka usaha pemerintah kolonial Belanda untuk menopang keberhasilan industri perkebunan komersial yang ada di wilayah Kasunanan Surakarta pada abad ke-19. Pembentukan pos tundan yang dilanjutkan dengan pembentukan Kadipaten Gunung Polisi sebagai cara Belanda untuk menguasai tanah-tanah milik Kasunanan Surakarta serta menanamkan pengaruh politiknya di wilayah bekas Kerajaan Mataram II.
The Digitizing Archives as an Effort to Protect Family Archives in Tanjung Bintang Village, South Lampung, Lampung Dimas Aditia; Adelia Tamara; Siti Nur Hasanah; Nur Afifah; Rinaldo Adi Pratama
Santhet: (Jurnal Sejarah, Pendidikan Dan Humaniora) Vol 5 No 2 (2021): Santhet : Jurnal Sejarah, Pendidikan, dan Humaniora
Publisher : Proram studi pendidikan Sejarah Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Universaitas PGRI Banyuwangi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.108 KB) | DOI: 10.36526/santhet.v5i2.1328

Abstract

Family archives are records of information about the whereabouts and roles of individual family members in relation to society. This archiving activity has occurred since a person is born in this world. Like when a person is born, there will be a birth certificate filing, and one day when a person grows up and enters the world of education, an educational archive will be created and so on. Departing from the importance of the value of family archives, it is necessary to protect it. The approach used in this activity is to use a qualitative descriptive method. This is so that the data obtained can be used to draw conclusions on the problem that is the focus of research. The analysis used is individuals, namely residents of Tanjung Bintang Village. This study resulted in several findings in the form of important lessons that can be used as examples for other regions. Some of these lessons are the first; archive management awareness needs to be built early on; second; it is necessary to have the participation of the regional archives and library services in an effort to socialize archive management awareness; third; limited public information literacy greatly hinders understanding of the urgency of archive management; fourth; archive storage media is still very limited. So that the role of KKN in the History Education Program at the University of Lampung from April to June in Tanjung Bintang Village, South Lampung Regency, Lampung is very useful.
Integration of STEM education in history learning Rinaldo Adi Pratama; Inne Marthyane Pratiwi; Muhammad Adi Saputra; Sumargono Sumargono
International Journal of Evaluation and Research in Education (IJERE) Vol 11, No 1: March 2022
Publisher : Institute of Advanced Engineering and Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.11591/ijere.v11i1.22064

Abstract

The 21st century needs pupils with learning ability and necessary skills, particularly critical thinking skills instead of content focused. The study of science, technology, engineering and mathematics (STEM) education approach can lead teachers to a new teaching approach in history learning. Through this approach, the teachers can create a new way of teaching history integrated with STEM. This study used a qualitative approach. Data collection in this research using pupil’s work samples, interview, and the teacher journal. This research was conducted in two high school and two vocational school in the urban area. The findings showed that the teachers integrated one of the historical thinking skills and understanding history. The skills are still in the lower level of historical thinking skills. For historical teaching skills to be effectively integrated in history learning, teachers need to be trained so the pupil's historical thinking skills can be enhanced through the integrated history learning with the STEM approach.
HASIL BELAJAR SEJARAH INDONESIA MELALUI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE EVERYONE IS A TEACHER HERE BERDASARKAN KEMANDIRIAN BELAJAR Rinaldo Adi Pratama; Inne Marthyane Pratiwi
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 6, No 1 (2019): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v6i1.1036

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar Sejarah Indonesia pada siswa setelah mengikuti model pembelajaran aktif tipe Everyone Is A Teacher Here ditinjau dari kemandirian belajar. Penelitian menggunakan metode penelitian quasi eksperimen dengan subjek penelitian adalah siswa kelas X di salah satu SMAN di Tangerang. Instrumen yang digunakan adalah angket kemandirian belajar dan tes hasil belajar siswa pada materi Sejarah Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh interaksi antara penggunaan model pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here terhadap hasil belajar siswa. Apabila ditinjau berdasarkan kemandirian belajar, hasil belajar Sejarah Indonesia pada siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi lebih baik daripada hasil belajar siswa yang memiliki kemandirian rendah. Dengan demikian model pembelajaran aktif tipe Everyone Is Teacher Here dapat diimplementasikan dalam pembelajaran Sejarah Indonesia pada siswa yang memiliki kemandirian belajar tinggi.
KADIPATEN GUNUNG POLISI: UPAYA BELANDA DALAM MENGUASAI TANAH KASUNANAN SURAKARTA PADA ABAD KE-19 Henry Susanto; Rinaldo Adi Pratama
Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial Vol 6, No 2 (2019): Sosial Horizon: Jurnal Pendidikan Sosial
Publisher : IKIP PGRI Pontianak

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31571/sosial.v6i2.1291

Abstract

Penelitian ini mencoba untuk merekonstruksi peristiwa sejarah mengenai kolonialisme Belanda di Kasunanan Surakarta pada abad ke-19, dalam konteks permasalahan mengapa dan bagaimanakah cara yang ditempuh pemerintah kolonial Belanda menguasai wilayah Kasunanan Surakarta. Metode penelitian yang dipergunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian sejarah yang meliputi langkah-langkah: heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Adapun kerangka pikir yang dipergunakan adalah bahwa penguasaan wilayah Kasunanan Surakarta oleh pemerintah kolonial Belanda diasumsikan dalam rangka usaha pemerintah kolonial Belanda untuk menopang keberhasilan industri perkebunan komersial yang ada di wilayah Kasunanan Surakarta pada abad ke-19. Pembentukan pos tundan yang dilanjutkan dengan pembentukan Kadipaten Gunung Polisi sebagai cara Belanda untuk menguasai tanah-tanah milik Kasunanan Surakarta serta menanamkan pengaruh politiknya di wilayah bekas Kerajaan Mataram II.
Dinamika Pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013 pada Jenjang SMK/MAK Rinaldo Adi Pratama; Maskun; Nur Indah Lestari
Jurnal Pendidikan Sejarah Vol 8 No 2 (2019): JPS - Jurnal Pendidikan Sejarah, Volume 8 Nomor 2 Tahun 2019
Publisher : Program Studi Pendidikan Sejarah Pascasarjana UNJ

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (712.244 KB) | DOI: 10.21009/JPS.082.02

Abstract

This study aims to explain the dynamics of Indonesian History subject in the 2013 Curriculum at Vocational High School. Implementation of the 2013 Curriculum, the Indonesian History subject had a special place at the Vocational High School level. But, revision of 2013 Curriculum effected on the existence of Indonesian History subject in Vocational High School. This study used a library research method that used library resources in research without field research. The results showed that Indonesian History subject at the beginning of the 2013 Curriculum implementation got allocation 216 hours for six semester in 10th, 11th, and 12th grade. Decreased to 144 hours for four semester in 10th and 11th grade after revised in 2016, and decreased again to 108 hours of time allocation for two semester only in 10th grade in 2017 and changing nomenclature from Indonesian History become History. Tulisan ini bertujuan untuk memaparkan mengenai dinamika pelajaran Sejarah Indonesia dalam Kurikulum 2013 di jenjang SMK/MAK. Seperti diketahui bahwasanya awal penerapan Kurikulum 2013, Sejarah Indonesia mendapatkan tempat istimewa pada jenjang SMK/MAK, namun seiring perkembangan waktu, terjadi revisi yang dilakukan terhadap Kurikulum 2013 yang berdampak pada keberadaan mata pelajaran Sejarah Indonesia yang semakin berkurang jumlah jamnya. Penelitian ini menggunakan metode historis yang mencakup heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sejarah Indonesia pada awal penerapan Kurikulum 2013 mendapatkan alokasi waktu 216 jam pelajaran, semakin berkurang menjadi 144 jam pelajaran setelah terjadi revisi kurikulum pada 2016 dan semakin berkurang lagi menjadi 108 jam pelajaran serta perubahan komenklatur dari Sejarah Indonesia menjadi sejarah setelah perbaikan struktur kurikulum untuk SMK/MAK pada tahun 2017.