Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

Gambaran Kejadian Dermatofitosis pada Kucing di Pusat Kesehatan Hewan Kota Cimahi dengan Pendekatan Sistem Informasi Geografis Husna, Nabila; Wismandanu, Okta; Sujatmiko, Budi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (4) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dermatofitosis atau ringworm adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh kapang dermatofita, menginfeksi kulit bagian superfisial, dan memiliki keratin seperti pada stratum korneum kulit, rambut, kuku dan tanduk. Genus yang berperan penting dalam infeksi dermatofitosis pada bidang veteriner hanya Trichophyton spp. dan Microsporum spp. Microsporum canis adalah agen penyebab yang paling sering menginfeksi kucing. Kucing jantan, kucing usia muda, dan kucing berambut panjang memiliki prevalensi kejadian dermatofitosis yang tinggi. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yang bertujuan untuk mengetahui sebaran kasus dermatofitosis pada kucing di Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan) Kota Cimahi tahun 2016 dengan bantuan aplikasi Quantum Geographic Information System (QGIS), selain itu tujuan dari penelitian ini juga untuk mengetahui gambaran kejadian dermatofitosis berdasarkan faktor ras, usia, jenis kelamin, dan musim pada pasien kucing Puskeswan Kota Cimahi tahun 2016. Sampel pada penelitian ini berasal dari data rekam medis pasien kucing Puskeswan Kota Cimahi tahun 2016 dengan total sampel 106 kasus dermatofitosis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kejadian dermatofitosis pada kucing di Puskeswan Kota Cimahi tahun 2016 terkonsentrasi pada wilayah Kecamatan Cimahi Tengah dan lebih banyak terjadi pada musim hujan. Kucing dengan jenis kelamin jantan, ras kucing persia dan usia muda (0-4 bulan) adalah karakter kucing yang paling sering terinfeksi dermatofitosis.
Korelasi Prestasi Akademik dengan Nilai Keterikatan Interaksi Manusia-Hewan Menggunakan Pet Attachment and Life Impact Scale Rosaef, Jemimma Pamelasari; Rahmiati, Dwi Utari; Sujatmiko, Budi
Indonesia Medicus Veterinus Vol 9 (3) 2020
Publisher : Faculty of Veterinary Medicine, Udayana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19087/imv.2020.9.3.401

Abstract

Interaksi antara manusia dengan hewan telah terjadi selama puluhan ribu tahun yang lalu. Interaksi manusia dengan hewan memiliki berbagai efek yang positif terhadap manusia, terutama dalam aspek kognitif dan pendidikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran interaksi manusia dan hewan, hubungan, serta kuatnya hubungan prestasi akademik mahasiswa kedokteran hewan dengan nilai keterikatan interaksi manusia dan hewan menggunakan instrument Pet Attachment and Life Impact Scale (PALS). Subjek dalam penelitian merupakan mahasiswa Program Studi Kedokteran Hewan (PSKH) Universitas Padjadjaran yang memiliki hewan peliharaan dan tinggal bersama atau pernah tinggal bersama hewan peliharaan. Metode penelitian menggunakan teknik survei dengan instrument kuesioner PALS. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan uji korelasi Spearman. Berdasarkan penelitian didapatkan hasil bahwa terdapat Korelasi positif antara prestasi akademik mahasiswa PSKH Unpad dengan nilai keterikatan interaksi manusia dan hewan dengan kekuatan hubungan sebesar r = 0,26 dan p-value = < 0,001. Kuatnya hubungan tersebut menunjukkan bahwa adanya interaksi manusia dan hewan dapat berpengaruh terhadap peningkatan prestasi akademik mahasiswa PSKH Unpad.
Geographic Accessibility towards Primary Health Care in Karawang District Nabila Ramadina; Mulya Nurmansyah Ardisasmita; Budi Sujatmiko
Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol 16, No 3 (2021): Volume 16, Issue 3, August 2021
Publisher : Faculty of Public Health Universitas Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (276.336 KB) | DOI: 10.21109/kesmas.v16i3.4352

Abstract

Health accessibility refers to the availability of health care services accessible to the community as required. However, the convenience of accessing such services vary throughout regions due to geography. Hence differences in geographic accessibility can be an obstacle to accessing health care. This study characterized the influence of geographic accessibility on primary health care (PHC) in Karawang District. A cross-sectional study was conducted in November 2019 in five sub-districts of Karawang District. Respondents were interviewed using questionnaires to collect geographic (mileage and travel time from respondents’ house to nearest PHC) and transportation (mode of transportation and transportation cost) data. In total, the study involved 513 randomly selected households, of which 11% had far to travel to the PHC, 22% had a long traveling time, and 23% had expensive transportation costs, with motorcycles being the most common means of transport. Therefore, PHCs in several sub-districts in Karawang District are less accessible due to geographic barriers.
Pola Pelayanan Kesehatan Penderita Hipertensi Peserta JKN di FKTP Jawa Barat 2015-2016 Shuffi Galuh Aditiyanti; Yulia Sofiatin; Irvan Afriandi; Nita Arisanti; Budi Sujatmiko
Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia Vol 10, No 4 (2021)
Publisher : Center for Health Policy and Management

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/jkki.64168

Abstract

Angka kejadian hipertensi di Jawa Barat sejak tahun 2013 hingga 2017 terus meningkat. Hipetensi merupakan salah satu penyakit kronis yang pengobatannya ditanggung oleh Badan Penyelenggara Jaminan (BPJS) Kesehatan. Pelayanan tingkat pertama yang diberikan BPJS Kesehatan yaitu Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP). Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan menggunakan data tersier. Hasil dari penelitian ini, terdapat 80.840 pasien dengan diagnosis hipertensi, mayoritas perempuan dengan kelompok usia 55-64 tahun, dan segmen Pekerja Penerima Upah (PPU). Semua subjek dari penetian ini menjalani rawat jalan dengan dirujuk ke rumah sakit, sehingga pasien hipertensi yang berobat pada FKTP Kapitasi Jawa Barat merupakan pasien rujuk balik. Hipertensive Heart Disease merupakan salah satu komplikasi dari hipertensi esensial yang paling banyak ditemui pada penelitian ini (44,3%). Pelayanan faskes primer dapat berperan dalam pencegahan sekunder hipertensi untuk mencegah komplikasi. Layanan penunjang sederhana dilakukan secara tepat, cepat dan meningkatkan kualitas pelayanan agar pasien hipertensi merasa nyaman dan mempercayai kompetensi dokter pada layanan primer. Terutama pada penderita hipertensi dengan jenis kelamin perempuan di usia 55-64 tahun dan dari segmen PPU, karena angka kejadiannya yang tinggi dan untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut.
Health-Seeking Behavior of People in Five Sub-Districts in Karawang Regency Iqbal Ainnun Azis; Nita Arisanti; Helni Mariani; Dwi Agustian; Wulan Mayasari; Budi Sujatmiko
Review of Primary Care Practice and Education (Kajian Praktik dan Pendidikan Layanan Primer) Vol 4, No 2 (2021): May
Publisher : Faculty of Medicine, Public Health, and Nursing

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/rpcpe.63490

Abstract

Background: Health-seeking behavior is an individual’s action to maintain and improve their degree of health and/or search for treatment, and it is influenced by many factors. The objectives of this study were to identify the preferences and reasons of people to visit healthcare facilities.Methods: This study was a descriptive study, conducted on November 5th 2019 at five sub-districts in Karawang Regency. Data were collected from all respondents using a guided questionnaire by trained enumerators. The respondents who did not complete the questionnaire were excluded from this study. Data were analyzed using Microsoft Office Excel 2013 and presented in percentages.Results: Out of 430 subjects, 18.6% were male and 81.4% were female, who were mostly in the age range of ≥ 18 years (99.5%). The sub-district health community center (Puskesmas) was the healthcare facilities most frequently visited and most preferred (39.7% and 40.9%), followed by a private clinic (21.3% and 22.3%) and a midwife (18.1% and 17.9%). Additionally, accessibility, affordability of the treatment cost, and waiting time were the main factors that influence people’s decision in using the healthcare facilities.Conclusion: The sub-district health community center was the healthcare facilities most frequently visited and most preferred by respondents. Accessibility, cost affordability, and waiting time were the factors that influence people’s decision in using the healthcare facilities.
Karakteristik Pasien Tuberkulosis Lost to Follow Up dari Empat RS di Kota Bandung Azizah - Muthiah; Noormarina Indraswari; Budi Sujatmiko
Jurnal Epidemiologi Kesehatan Indonesia Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : Department of Epidemiology, FoPH, UI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (22.696 KB) | DOI: 10.7454/epidkes.v3i1.3208

Abstract

di Indonesia sebelum pelaksanaan sistem pengawasan TB nasional pada tahun 2017 mencapai 47% dari total kasus, termasuk di dalamnya kasus TB lost to follow up atau hilang dari pengamatan. Pasien yang termasuk dalam kelompok ini akan meningkatkan risiko perburukan klinis, kambuh, gagal pengobatan, dan menjadi resistan terhadap obat, selain itu mereka juga akan mejadi sumber penularan di masyarakat. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui karakteristik pasien rawat jalan TB yang hilang dari pengamatan dari empat rumah sakit terpilih di Kota Bandung. Penelitian ini menggunakan studi deskriptif dengan rancangan potong lintang. Sampel dalam penelitian ini berjumlah 50 pasien TB paru yang putus berrobat selama >2 bulan berturut-turut. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Karakteristik pasien TB rawat jalan yang hilang dari pengamatan yaitu 62% berjenis kelamin laki-laki, median usia 41 tahun, 68% sudah menikah, median lama pendidikan 9 tahun, 48% bekerja sebagai wiraswasta, 92% memiliki asuransi kesehatan dan 48% di antaranya bukan penerima bantuan iuran, 84% membayar pengobatan menggunakan asuransi, 44% termasuk ke dalam golongan pendapatan rendah, 80% memiliki rumah pribadi, 86% merupakan penduduk asli Kota Bandung, 56% pernah atau masih merokok, 88% memiliki PMO, 84% tidak pernah menderita TB dan 96% tidak memiliki keluarga yang pernah menderita TB, serta 76% tidak pernah hilang dari pengamatan dan 86% tidak memiliki keluarga yang pernah hilang dari pengamatan.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU BERISIKO PADA REMAJA Mia Wahdini; Noormarina Indraswari; Ari Indra Susanti; Budi Sujatmiko
JKM (Jurnal Kebidanan Malahayati) Vol 7, No 2 (2021): Vol.7 No.2 April 2021
Publisher : Program Studi Kebidanan Fakultas Kedokteran Universitas Malahayati

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33024/jkm.v7i2.3411

Abstract

FACTORS RELATING TO BEHAVIOR RISK IN TEENS Background: Physical and psychological development can lead adolescence to do risky behaviors, such as having premarital sex and using drugs. These behaviours are influenced by sociodemographic factor, knowledge, family function, and source of information on adolescent reproductive health.Objective: This study aimed to investigate risk factors associated with risky behaviors in adolescents (15-24 years old and unmarried) in West Java Province.Methods: Factors investigated in this study are: predisposing factor, such as age, sex, and knowledge; enabling factor, such as place of residency, economic status, and access to information; reinforcing factor, such as family. Secondary data from Survey of Population Performance and Accountability, Family Planning, and Family Development 2018 is used in this study. Data is analysed using descriptive and inferential statistics (bivariate and multivariate logistic regression). Results: Older adolescent, being male, live in urban area, whose mother is ≥ 60 years are more exposed to risky behavior. Adolescents who have higher educational level, more awareness in adolescent reproductive health, and whose parents are well informed towards adolescent reproductive health are associated with reduction of risky behavior. Conslusion: Factors related to risky behaviour in adolescents are age, sex, adolescent’s level of education, mother’s age, and exposure to  adolescent reproductive health.Suggestion the government needs to initiate and improve programs related to KRR Keywords: Adolescent, Risk behavior, Premarital sex, Drugs, Adolescent reproductive health ABSTRAK Latar belakang: Perkembangan fisik dan psikis dapat memicu remaja untuk melakukan perilaku berisiko seperti melakukan seks pranikah dan mengonsumsi narkoba. Perilaku ini dipengaruhi oleh faktor sosiodemografi, pengetahuan remaja, fungsi keluarga, dan sumber informasi tentang kesehatan reproduksi remaja (KRR).Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja, usia 15-24 tahun, dan belum menikah di Jawa Barat.Metode: Faktor-faktor yang diteliti terdiri dari: faktor yang berasal dari diri remaja (predisposisi),  misalnya, usia, jenis kelamin, dan pengetahuan; faktor pendorong (enabling), contohnya tempat tinggal, status ekonomi, dan akses informasi; faktor penguat (reinforcing), yaitu keluarga. Penelitian ini menggunakan data Survei Kinerja dan Akuntabilitas Program (SKAP) Kependudukan, Keluarga Berencana, dan Pembangunan Keluarga tahun 2018. Data dianalisis secara deskriptif dan inferensial menggunakan bivariat dan multivariat regresi logistik.Hasil: Profil remaja yang lebih tua, berjenis kelamin laki-laki, tinggal di perkotaan, memiliki ibu yang berusia ≥ 60 tahun lebih rentan terhadap perilaku berisiko. Sedangkan remaja berpendidikan menengah tinggi, pengetahuan KRR yang lebih baik, dan memiliki orang tua yang lebih banyak terpapar informasi KRR berpengaruh signifikan terhadap penurunan perilaku berisiko.Kesimpulan: Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku berisiko pada remaja adalah umur, jenis kelamin, tempat tinggal, pendidikan remaja, usia ibu, dan paparan pengetahuan KRR.Saran pemerintah perlu menginisiasi dan memperbaiki program yang berkaitan dengan KRR Kata kunci: Remaja, perilaku berisiko, Seks pranikah, Narkoba, Kesehatan reproduksi remaja
GAMBARAN KEBIASAAN MEROKOK DI INDONESIA BERDASARKAN INDONESIA FAMILY LIFE SURVEY 5 (IFLS 5) Nisa Nisrina Salsabila; Noormarina Indraswari; Budi Sujatmiko
Jurnal Ekonomi Kesehatan Indonesia Vol 7, No 1 (2022)
Publisher : Fakultas Kesehatan Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.7454/eki.v7i1.5394

Abstract

Karakteristik dan pola kebiasan merokok adalah data yang sangat penting dalam upaya pengembangan program pengendalian merokok di Indonesia. Namun sampai saat ini belum ada data yang komprehensif dan sistematik yang mewakili seluruh masyarakat Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik perokok, kebiasaan merokok, dan ketergantungan merokok dalam kebiasaan merokok di Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional dengan menggunakan data IFLS 5. Subjek penelitian adalah penduduk berusia 15 tahun keatas dengan jumlah sebanyak 12.591 orang. Hasil penelitian menunjukan bahwa perokok di Indonesia sebagian besar berjenis kelamin laki-laki (95%), hanya lulusan SD (35%), bekerja (80%), memiliki ekonomi rendah (79%), dan tinggal di perkotaan (57%). 46% mulai merokok saat remaja dengan jenis rokok yang sering digunakan adalah rokok kretek filter. Nilai tengah rokok yang dikonsumsi adalah 12 batang/hari dengan pengeluaran Rp11.000,00/pembelian dan Rp56.000,00/minggu. 46% perokok merokok >60 menit setelah bangun tidur, 68% sulit menahan diri untuk tidak merokok di tempat yang terlarang, 37% perokok berat untuk tidak merokok di pagi hari, 21% perokok langsung merokok setelah bangun tidur, dan 22% dari perokok akan tetap merokok pada saat sakit. Kondisi ini menunjukan perilaku merokok masyarakat Indonesia yang buruk, sehingga diperlukan intervensi berupa edukasi yang komprehensif, baik personal dan/atau komunitas pada kelompok dengan demografi dan karakteristik tersebut.
Sosialisasi Pangan ASUH (AMAN, SEHAT, UTUH, DAN HALAL) dan Jajanan Sehat Dalam Upaya Meningkatkan Kesadaran Masyarakat atas Kualitas Hidup Sehat Trianing Tyas Kusuma Anggaeni; Noormarina Indraswari; Budi Sujatmiko
Media Kontak Tani Ternak Vol 4, No 1 (2022): Februari
Publisher : Fakultas Peternakan, Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/mktt.v4i1.38627

Abstract

Kesadaran masyarakat terhadap kualitas dan keamanan pangan asal hewan meningkat saat masa pandemi Covid-19, mulai dari daging dan telur ayam, daging sapi, dan daging ikan yang termasuk ke dalam pangan asal hewan. Salah satu cara yang bisa dilakukan untuk mewujudkan keamanan pangan di Indonesia adalah dengan menerapkan pola pangan ASUH (Aman, Sehat, Utuh, halal), yaitu pangan yang bebas dari kontaminasi berbahaya (kontaminasi fisik, kimia atau biologis), memiliki nilai gizi yang tinggi, tidak tercampur bahan lain, dan diolah berdasarkan syariat Islam sehingga halal untuk dikonsumsi. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang terintregasi, dilaksanakan dalam upaya meningkatkan kewaspadaan masyarakat terkait kontaminasi berbahaya pada pangan asal hewan, sosialisasi konsep Pangan ASUH serta mengurangi angka keracunan makanan khususnya di sekolah dasar dan menambah pengetahuan bagi anak-anak agar mengetahui jajanan yang sehat. Kegiatan edukasi dilaksanakan kepada masayarakat, pedagang dipasar tradisional Pasar Resik dan Pasar Cileunyi, siswa sekolah daasar SD Negri Mekarsari, 15 pedagang produk olahan asal hewan, dan disosilisasikan lebih jauh melalui platform media sosial youtube dan Instagram. Konten yang disebarkan telah menjangkau 9.181 akun instagram dengan 78,8%nya berada di rentang umur 25-34 berdasarkan insight akun instagram.
PELATIHAN PEMASARAN DARING “DIGITAL MARKETING” PADA UMKM DI DESA CITALI KABUPATEN SUMEDANG BUDI SUJATMIKO; Noormarina Indraswari; Trianing Tyas Anggaeni; Okta Wismandanu; Samson CMS
Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat Vol 3, No 2 (2022): Sawala : Jurnal pengabdian Masyarakat Pembangunan Sosial, Desa dan Masyarakat
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sawala.v3i2.37156

Abstract

Pemasaran daring atau “Digital Marketing” adalah salah satu metode pemasaran yang sedang berkembang saat ini. Penguasaan teknologi ini dapat meningkatkan omset dan penjualan produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) lebih luas lagi. Namun, baru sedikit UMKM di desa Citali yang dapat menggunakannya. Pelatihan ini bertujuan untuk melatih para UMKM di desa Citali agar mampu memasarkan produknya secara daring menggunakan pasar digital “Marketplace” popular untuk memperluas pemasaran produk. Metode yang digunakan dalam pelatiahan ini adalah pemaparan dan simulasi. Hasil evaluasi menunjukan bahwa pelaku UMKM sangat antusias dan mempunyai kesan yang positif dengan kegiatan ini, serta berkeinginan segera mempraktekkannya. Seluruh UMKM berhasil didaftarkan pada “marketplace” bukalapak pada akhir pelatihan.