Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN GANGGUAN JIWA YANG MENGALAMI RAWAT INAP ULANG Kandar, Kandar
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 7 No 1 (2017): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (171.356 KB) | DOI: 10.32583/pskm.7.1.2017.11-15

Abstract

ABSTRAK Pendahuluan: Gangguan jiwa adalah gangguan pikiran atau alam perasaan yang mempengaruhi patologi otak atau berupa disorientasi kepribadian yang menyebabkan ketidakmampuan untuk mengatasi stres. Kekambuhan adalah suatu keadaan dimana timbulnya kembali suatu penyakit yang sudah sembuh dan disebabkan oleh berbagai macam faktor penyebab dan keluarga tidak sanggup untuk memberikan perawatan sehingga harus rawat inap di RSJ.Metode: Tujuan penelitian iniuntuk mengetahui karakteristik pada pasien gangguan jiwa yang mengalami rawat inap ulang. Hasil: gangguan jiwa yang yang rawat ulang adalah laki ? laki, usia produktif (20 ? 60 tahun), jangka waktu rawat inap berikutnya dalam rentang 1 ? 10 hari setelah pulang dari RS dan cakupan wilayah Kota Semarang (27%).Diskusi: Kekambuhan timbul karena keluarga tidak sanggup memberikan perawatan pada pasien gangguan jiwa, sehingga perlu upaya pendidikan kesehatan yang tuntas kepada keluarga tentang cara merawat pasien gangguan jiwa sebelum pasien pulang dari RS.   Kata Kunci:Gangguan jiwa, rawat ulang.   ABSTRACT Introduction:Mental disorder is a disorder of the mind or nature of feeling that affects the pathology of the brain or is a disorientation of the personality that causes the inability to cope with stress. Recurrence is a condition in which the recurrence of a disease that has been healed and caused by various factors causing and families unable to provide care so must be hospitalized in General Mental Health Hospital. Methods:The purpose of this study to know the characteristics of mental patients who have re-hospitalized. Results: Mental disorders that are re-treated are male, productive age (20 - 60 years), the duration of hospitalization again range from 1 to 10 days after return from hospital and coverage of Semarang City (27%).Discussion:Recurrence arises because the family is not able to provide care to the patient mental disorders, so it needs a health education efforts are completed to the family on how to care for patients with mental disorders before the patient came home from the hospital.   Keywords:Mental disorders, re-care
FAKTOR DETERMINAN TENTAMEN SUICIDUM PADA PASIEN GANGGUAN JIWA Kandar, Kandar; Aini, Khusnul
Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES Kendal Vol 9 No 2 (2019): April
Publisher : LPPM STIKES KENDAL

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (63.678 KB) | DOI: 10.32583/pskm.9.2.2019.113-118

Abstract

Kejadian bunuh diri mengalami peningkatan secara signifikan, dan 90% kejadian adalah orang dengan masalah gangguan jiwa baik dengan diagnose depresi (60%), skizofrenia (23%), dan 17% diantaranya dengan bipolar dan epilepsi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor determinan tentamen suicidum pada pasien gangguan jiwa yang di rawat di RSJD Dr. Amino Gondohutomo Semarang. Di tahun 2018 ditemukan 48 pasien yang di rawat dengan tentamen suicidum, 30 pasien perempuan dan 18 laki-laki. 81% diantaranya adalah usia dewasa dan sisanya remaja dan lansia. Dari status pekerjaan 71% pengangguran dan sisanya swasta dan petani. Stressor yang menjadi penyabab pasien berisko bunuh diri sebagian besar karena masalah keluarga, penyakit dan masalah sosial ekonomi. Tingkat risiko bunuh diri dalam rentang sedang-tinggi, yaitu 38 pasien (79%) risiko sedang dan 10 paien (21%) risiko tinggi bunuh diri. Simpulan dari penelitian ini adalah kejadian tentamen suicidum banyak terjadi pada usia produktif dengan faktor risiko utama masalah keluarga, karena penyakit dan masalah sosial ekonomi. Keluarga hendaknya menjadi support system yang baik bagi pasien.   Kata kunci : Faktor determinan, tentamen suicidum, gangguan jiwa   THE DETERMINANT FACTORS OF TENTAMEN SUICIDUM IN TREATED MENTAL PATIENTS   ABSTRACT Suicide events have increased significantly, and 90% of the cases were people with mental disorders  with depression (60%), schizophrenia (23%), and 17% of them with bipolar and epilepsy. The purpose of this study was to determine the determinant factors of tentamen suicidum in treated mental patients in Dr. Amino Gondohutomo psychiatric hospital. In 2018 there were 48 patients treated with tentamen suicidum, 30 female patients and 18 men. 81% of them are adults and others are teenagers and the elderly. From the employment status of 71% unemployed and other private and farm employees. Stressors that cause patients to suicide risk are mostly due to family problems, diseases and socio-economic problems. The rate of suicide risk is in the medium-high range, 38 patients (79%) have moderate risk and 10 patients (21%) have a high risk of suicide. The conclusion of this study is that the incidence of tentamen suicidum occurs mostly in productive age with the main risk factors for family problems, due to diseases and socio-economic problems. The family should be a good support system for patients.  Keywords: Determinant factors, tentamen suicidum, mental health disorders
HUBUNGAN PAPARAN GAME ONLINE BERUNSUR KEKERASAN TERHADAP KEJADIAN PERILAKU AGRESIF PADA REMAJA Pitakasari, Arentha Ayu; Kandar, Kandar; Pambudi, Agung
Jurnal Keperawatan Jiwa (JKJ): Persatuan Perawat Nasional Indonesia Vol 5, No 2 (2017): November 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (77.283 KB) | DOI: 10.26714/jkj.5.2.2017.96-102

Abstract

Game online adalah jenis permainan komputer yang memanfaatkan jaringan komputer. Permainan pada game online kebanyakan menampilkan adegan agresif yang secara tanpa sadar perilaku agresif tersebut akan terekam dalam memori alam bawah sadar remaja sehingga sikap agresif pada remaja begitu mudah terbentuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan paparan game online berunsur kekerasan terhadap kejadian perilaku agresif pada remaja di Kelurahan Bulustalan Semarang. Penelitian ini merupakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional dan sampel diambil secara total dari populasi yang berjumlah 42 responden. Pengambilan data menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan uji statistik Chi – Square tabel 2 x 2. Uji Chi – Square didapatkan nilai p = 0.733, p > 0.005 disimpulkan tidak ada hubungan paparan game online berunsur kekerasan terhadap kejadian perilaku agresif pada remaja di Kelurahan Bulustalan Semarang. Responden yang sering terpapar game online berunsur kekerasan berjumlah 31 responden ( 73,8%) dan yang jarang berjumlah 11 responden (26,2%). Responden yang berperilaku tidak agresif agresif berjumlah 25 responden (59,5%) dan responden yang berperilaku agresif berjumlah 17 responden (40,5%). Kata kunci: Game online, perilaku agresif RELATIONSHIP OF ONLINE GAME EXPOSURE TO VIOLENCE TOWARDS AGRESSIVE BEHAVIOR IN ADOLESCENTS ABSTRACTThe online game is a type of computer games that utilize a computer network. Most online games on games featuring aggressive scenes that are unknowingly aggressive behavior will be recorded in the memory of the unconscious teenager so aggressive attitude on adolescent so easily formed. This research goal  to know the relationship of  exposure to online gaming  fraternity violence against the incidence of aggressive behavior in teenagers in Bulustalan village. This research is a descriptive analytic with cross sectional approach and samples taken in total from a population numbering 42 respondents. Data taken by a questionnaire and analyzed using statistical test of Fisher. Fisher obtained value p = 0.733 p>0,005 concluded there is no relationship of exposure to online gaming fraternity violence against the incidence of aggressive behavior in teenagers in Bulustalan village. Respondents who were often exposed to online gaming fraternity violence amounted to 31 (73,8%) and respondents who seldom numbered 11 respondents (26.2%). Respondents who don’t behave aggressively aggressive totaled 25 respondents (59,5%) and respondents who behave aggressively totaled 17respondents (40.5%). Keywords: online game, aggressive behavior
Peningkatan Kemampuan Pasien dalam Mengontrol Halusinasi melalui Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi PH, Livana; Ar Ruhimat, Imroati Istibsyaroh; Sujarwoo, Sujarwo; Suerni, Titik; Kandar, Kandar; Maya, Anita; Nugroho, Arief
Jurnal Ners Widya Husada Vol 5, No 1 (2018): MARET
Publisher : Universitas Widya Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (348.029 KB) | DOI: 10.33666/jners.v5i1.328

Abstract

Skizofrenia merupakan penyakit neurologi yang dapat mempengaruhi persepsi, cara berpikir, bahasa, emosi dan perilaku sosial, selain itu seseorang dengan skizofrenia juga sering mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan secara bersamaan, hal ini berdampak seseorang dengan skizofrenia akan kehilangan kontrol dirinya yaitu akan mengalami kepanikan dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi. Peran perawat sangat penting dalam membantu seseorang dengan skizofrenia mengontrol halusinasinya, yaitu dengan menerapkan standar asuhan keperawatan Terapi Aktivitas Kelompok (TAK). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana pengaruh aplikasi Terapi Aktivitas Kelompok stimulasi persepsi terhadap kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi di RSJD Amino Gondhohutomo Provinsi Jawa Tengah. penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan desain penelitian Quasi Experiment dengan pendekatan One Group Pretest-postest. Pemilihan sampel dilakukan dengan metode Accidental Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa TAK dapat digunakan untuk mengontrol halusinasi terbukti dari 20 responden didapatkan hasil pretest sebanyak 13 responden atau 65% mengalami halusinasi sedang, setelah dilakukan TAK didapatkan hasil postest sebanyak 12 responden atau 60% berada dalam kategori ringan. Ada peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi sebesar 41% melalui terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.Kata kunci: skizofrenia, halusinasi, terapi aktivitas kelompokTHE IMPROVEMENT OF PATIENT CAPABILITIES IN CONTROLLING HALLUCINATION THROUGH THERAPY ACTIVITIES OF PERCEPTION STIMULATION GROUPSABSTRACTSchizophrenia is a neurological disease that can affect perceptions, ways of thinking, language, emotions and social behavior. Besides, a person with schizophrenia also often experience auditory hallucinations and eyesight simultaneously. This will cause a person with schizophrenia to lose control of himself that will lead to panic and behavior controlled by hallucinations. The role of nurses is crucial in helping a person with schizophrenia in terms of controlling their hallucinations, which is by applying the standard of nursing care of Group Activity Therapy (TAK). The purpose of this study was to find the effect of the application of Group Activity Therapy of perception stimulation on the ability of patients in controlling hallucinations at Amino Gondhohutomo General Hospital of Central Java Province. This research used Descriptive Analytical method through Quasi Experiment research design using One Group Pretest-postest approach. The sample selection was done by Accidental Sampling method. The results showed that Group Activity Therapy can be used to control the hallucination proven from 20 respondents obtained pretest results as many as 13 respondents or 65% experienced moderate hallucinations. After the Group Activity Therapy posttest, it resulted in 12 respondents or 60% are in the light category. There was the improvement of patient capabilities in controlling hallucination by 41% through therapy activities of perception stimulation groups.Keywords: schizophrenia, hallucination, group activity therapy
The Characteristics of Patient Disorders Treated in the Acute Room PH, Livana; Anggraeni, Rina; Indrayati, Novi; Kurian, Midhu; Ar Ruhimat, Imroati Istibsyaroh; Suerni, Titik; Kandar, Kandar; Sujarwo, Sujarwo; Maya, Anita; Nugroho, Arief
Jurnal Ners Widya Husada Vol 7, No 1 (2020): MARET
Publisher : Universitas Widya Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.382 KB) | DOI: 10.33666/jners.v7i1.358

Abstract

Mental disorder patients who are treated in acute rooms averagely stay for 4 days. This will result in frequent changes of patients, so that old patients will meet new patients who have various nursing problems such as the risk of violent behavior, hallucinations, and delusions. The study aimed to determine the characteristics of mental disorder patients treated in the acute room. Quantitative research with a descriptive approach was carried out on 30 patients in the acute room of regional psychiatric hospital Dr. Amino Gondohutomo, Central Java Province. Data collection tool was questionnaire. The sampling technique used was Purposive Sampling Technique. Research data were analyzed univariately using frequency distribution. The results showed that the majority of respondents aged 26-35 years, the last education of respondents was basic education (elementary, junior high school/equivalent), and working in private sector, respondents’ caregivers were parents (father/mother) and children, and were treated for a majority of 7 days. Keywords: characteristics, mental disorder patients, acute room 
The Characteristics Patients at Risk of Violent Behavior PH, Livana; Ar Ruhimat, Imroati Istibsyaroh; Nurnainah, Nurnainah; Kurian, Midhu; Suerni, Titik; Sujarwo, Sujarwo; Kandar, Kandar; Maya, Anita; Nugroho, Arief; Anggraeni, Rina; Indrayati, Novi
Jurnal Ners Widya Husada Vol 6, No 1 (2019): MARET
Publisher : Universitas Widya Husada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (343.688 KB) | DOI: 10.33666/jners.v6i1.345

Abstract

Violent behavior is a maladaptive response from anger. Violent behavioral responses that cannot be controlled by a client will have a negative impact on the client and others. The study aimed to determine the characteristics of patients at risk of violent behavior. This research was a quantitative research through descriptive analytic method. A sample of 40 patients with violent behavior were treated at RSJD Dr. Amino Gondohutomo, Central Java Province. Sampling was done using random sampling method. Data collection tool was a questionnaire. Research data were analyzed univariately using frequency distribution. The results showed that the majority of respondents aged 26-35 years, were male, and high school graduates. Keywords: characteristics, patients, risk of violent behavior
Hubungan Dukungan Keluarga dengan Tingkat Stres Mahasiswa Keperawatan pada Penyusunan Karya Ilmiah Pambudi, Hubertus Agung; Gunawan, Deola Putra Wahyu; Kandar, Kandar
Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing Vol 4 No 1 (2020): Journal Center of Research Publication in Midwifery and Nursing
Publisher : STIKES Bina Usada Bali

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36474/caring.v4i1.174

Abstract

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan, dan penerimaan keluarga. Dukungan keluarga yang adekuat terbukti dapat meningkatkan fungsi kognitif dan kesehatan emosi, karena dukungan keluarga merupakan unsur terpenting dalam membantu individu menyelesaikan masalah. Dukungan keluarga yang diberikan meliputi dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penilaian. Stress merupakan reaksi terhadap faktor fisik, psikologis, atau sosial yang mempengaruhi kesehatan jasmani atau rohani. Tujuan penelitian ini untuk membuktikan adanya hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress dalam penyusunan karya ilmiah pada mahasiswa D-III keperawatan STIKes St. Elisabeth Semarang. Desain penelitian ini adalah kuantitatif cross sectional. Sampel penelitian 33 responden dengan teknik total sampling. Data diperoleh dengan menggunakan kuesioner dukungan keluarga dan kuesioner depression anxiety stress scale. Data dianalisis dengan uji chi – square. Hasil uji chisquare menunjukkan bahwa tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan tingkat stress dalam penyusunan karya ilmiah pada mahasiswa D-III keperawatan STIKes St. Elisabeth Semarang. Mahasiswa diharapkan mampu beradaptasi dan melakukan koping yang positif dan konstruktif
Using Calming Beds to Reduce PANNS-EC Scores in Patients with Violent Behaviors Dwidiyanti, Meidiana; Kandar, Kandar; Suerni, Titik; Wimala, Dina; Wijayanti, Diyan Yuli
Jurnal Aisyah : Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7, No S2 (2022): Suplement 2
Publisher : Universitas Aisyah Pringsewu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (868.34 KB) | DOI: 10.30604/jika.v7iS2.1635

Abstract

Background: Patients with violent behaviors have the potential to harm themselves, others, and their environment. The management of patients with violent behavior needs to consider various aspects, one of which is patients’ spiritual aspect. Combining a spiritual therapy of listening to Qur’an recitation, acupressure, and using a new innovation of a calming bed during the intervention is expected to increase the effect of relaxation and patients’ comfort to optimize the intervention outcomes, namely to reduce aggression level in patients with violent behaviors. Objective: This study aimed to determine the effect of the combined intervention of listening to Qur’an recitation (murottal), acupressure, and using a calming bed on reducing the Positive and Negative Syndrome Scale - Excited Component (PANSS-EC) scores in patients with violent behaviors. Methods: This study used a pre-post test quasi-experimental design without a control group. A total of 50 respondents who agreed to participate in the therapy entirely were randomly recruited. The therapy was given four times with a duration of 30 minutes each. The paired t-test was performed to find out the effect of the intervention. Results: The results showed a significant effect of the intervention on reducing the PANSS-EC score among patients with violent behavior (p=0.000). Conclusion: The combination intervention of listening to Qur’an recitation, acupressure, and use of calming beds can reduce symptoms of violent behaviors by decreasing the PANSS-EC scores. This study suggests using spiritual intervention to help patients with violent behaviors reduce their aggression. Abstrak: Latar Belakang: Pasien dengan perilaku kekerasan berpotensi membahayakan diri sendiri, orang lain, dan lingkungannya. Penanganan pasien dengan perilaku kekerasan harus memperhatikan berbagai aspek, salah satunya adalah aspek spiritual. Kombinasi terapi spiritual dengan mendengarkan murrotal dan acupressure, serta inovasi terbaru penggunaan calming bed selama pemberian intervensi diharapkan mampu meningkatkan efek relaksasi dan kenyamanan pasien sehingga dapat mengoptimalkan hasil intervensi yang diberikan yaitu untuk menurunkan tingkat agresi pada pasien dengan perilaku kekerasan. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas intervensi kombinasi antara mendengarkan murottal dan acupressure serta penggunaan calming bed dalam menurunkan PANSS-EC skor. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan pre dan post-test intervensi tanpa kelompok kontrol. Sampling yang digunakan adalah randomized control trial dengan 50 responden yang bersedia mengikuti terapi dari awal sampai akhir. Terapi diberikan sebanyak 4 kali dengan durasi 30 menit per intervensi. Analisis yang digunakan adalah paired t-test untuk mengetahui pengaruh intervensi. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari pemberian intervensi spiritual kolaborasi dengan acupressure dan calming bed terhadap penurunan perilaku kekerasan dilihat dari skor PANSS-EC (p=0,000). Kesimpulan: Intervensi kolaborasi yang diberikan dapat menurunkan gejala perilaku kekerasan dengan penurunan skor PANSS-EC sesudah intervensi. Dalam pelayanan kesehatan disarankan adanya terapi spiritual dalam membantu menurunkan tingkat agresi pada pasien.