Yohanes Enci Patandean
Sekolah Tinggi Teologi Simpson Ungaran

Published : 4 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Implementasi Pola Pelayanan Gereja Mula-Mula Dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 Terhadap Gerakan Kesatuan Tubuh Kristus Masa Pandemi Yohanes Enci Patandean; Iskandar Iskandar
KAPATA: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Bethel Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.647 KB) | DOI: 10.55798/kapata.v2i2.25

Abstract

The author discusses the implementation of the early church ministry pattern in Acts 2:41-47 to the unity movement of the body of Christ during the pandemic. The situation experienced by humans today, the author feels that this issue is important to discuss. The method used by the author is a qualitative method with a thematic descriptive approach. The condition of the early church they lived in one heart and soul; even though they were many, they lived in unity, sharing. Not only that, but they are also getting closer to the Lord Jesus; the early church service pattern was applied in fostering the faith of the congregation to become more mature during the pandemic. Abstrak Penulis membahas implementasi pola pelayanan gereja mula-mula dalam Kisah Para Rasul 2:41-47 terhadap gerekan kesatuan tubuh Kristus masa pandemi. Keadaan yang dialami oleh manusia saat ini, penulis merasa bahwa isu ini penting untuk dibahas. Metode yang digunkan penulis adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif tematis. Keadaan jemaat mula-mula mereka hidup sehati, sejiwa, meskipun mereka jumlah yang banyak, mereka hidup kompak, saling berbagi satu sama lainnya. Bukan hanya itu saja mereka juga semakin dekat dengan Tuhan Yesus, pola pelayanan jemaat mula-mula diterapkan dalam membina iman jemaat agar semakin dewasa dimasa pandemi.
Tema-Tema Theologis Khotbah Yesus Di Bukit Dalam Injil Matius 5:1-7:29 Yohanes Enci Patandean; Bambang Wiku Hermanto
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 3, No 2 (2019): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (95.728 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v3i2.140

Abstract

The Kingdom of God is the main teaching Jesus teached trough the Sermon on the mountain.  Jesus’ sermon on the mountain may called a basic teaching of Jesus.  All teachings, advices and answers from someone or people group afterward consist to His teachings in the sermon on the mountain.  The Christians are well known to the text of the sermon on the muntain but did not hold the teaching as a foundation in thinking dan deeds in daily life.  Jesus’ main teaching is transformation.  The listener in the ancient time or the reader today, who confess as a citizen of the Kingdom of God couraged ti live not only obey the law literally, but must have deepest acknowledgment about the law and live according to the new deepest sight about the law.  The transformation that become Jesus’ most important teaching are about transformation in personal life, social life, personal spirituality life and communal spirituality life. Kerajaan Allah adalah inti dari khotbah Tuhan Yesus yang disampaikan di atas bukit, atau yang lebih dikenal dengan Khotbah di Bukit.  Khotbah di Bukit dapat juga disebut sebagai inti atau dasar pengajaran Tuhan Yesus.  Semua pengajaran, nasihat dan jawaban yang diberikan atas pertanyaan orang-orang secara pribadi maupun kelompok orang, bersesuaian dengan pengajaran-Nya melalui Khotbah di Bukit.  Orang Kristen tidak asing dengan pengajaran dalam Khotbah di Bukit, tetapi belum semua orang Kristen menjadikan ajaran dalam Khotbah di Bukit sebagai dasar pijakan dalam hidup dan tindakan sehari-hari.  Inti dari jaran Tuhan Yesus dalam Khotbah di Bukit adalah pembaruan.  Para pendengar dan pembaca masa kini, yang mengaku sebagai “warga Kerajaan Allah” didorong untuk hidup bukan saja berpatokan pada hukum yang tertulis; dalam hal ini Hukum Taurat, tetapi pada pemahaman yang lebih dalam dan mendasar atau hakiki dari hukum Tuhan tersebut.  Pembaruan yang menjadi tekanan Tuhan Yesus meliputi kehidupan pribadi, dalam kehidupan bersosial, kerohanian pribadi dan kerohanian komunal atau hidup keagamaan. 
PENGAJARAN TUHAN YESUS MENGENAI BERBAHAGIA DALAM MATIUS 5:3-12 Yohanes Enci Patandean
Evangelikal: Jurnal Teologi Injili dan Pembinaan Warga Jemaat Vol 2, No 2 (2018): Juli
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Simpson

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (139.972 KB) | DOI: 10.46445/ejti.v2i2.103

Abstract

Yohanes Enci Patandean, Preaching the Lord Jesus to be blessed in Matthew 5: 3-12. This article discusses the preaching of the Lord Jesus concerning of blessing in Matthew 5: 3-12 and analyzed there are three points to be analyzed, that is the understanding of blessing, blessing objects/goals and the reasons why should be blessed. The method that used is descriptive with a qualitative approach to the biblical text, and word analysis methods. In the text of Matthew 5: 3-12, Jesus teaches about blessed which includes the standard of living of the blessed people and the reasons why believers should be blessed. Jesus gives the preaching of blessing which includes the standard of living of a happy person is poor before God; mourning; gentle; hunger and thirst for righteousness; generous; sacred heart; bring peace; persecuted by righteousness; blemished and persecuted for Christ; and slandered all evil. Yohanes Enci Patandean, Pengajaran Yesus Mengenai Berbahagia Dalam Matius 5:3-12. Artikel ini membahas tentang pengajaran Tuhan Yesus mengenai berbahagia dalam Matius 5:3-12 dan dianalisis ada tiga hal pokok yang menjadi analisis yaitu pengertian berbahagia, sasaran/objek berbahagia serta alasan-alasan mengapa harus berbahagia. Metode yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif pada teks Alkitab, dan metode analisis kata. Dalam teks Matius 5:3-12, Yesus memberikan pengajaran mengenai berbahagia yang mencakup standar hidup orang-orang yang berbahagia serta alasan-alasan mengapa orang-orang percaya harus berbahagia.Yesus memberikan pengajaran mengenai berbahagia yang mencakup standar hidup orang-orang yang berbahagia dan standar hidup orang yang berbahagia ialah miskin di hadapan Allah; berdukacita; lemah lembut; lapar dan haus akan kebenaran; murah hatinya; suci hatinya; membawa damai; dianiaya oleh sebab kebenaran; dicela dan dianiaya karena Kristus; difitnahkan segala yang jahat.
Prinsip Pembangunan Iman Jemaat Berdasarkan Kisah Para Rasul Yohanes Enci Patandean; Eli Kristiawati
Proceeding National Conference of Christian Education and Theology Vol 1, No 1 (2023): NCCET: Education for All, 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Teologi Simpson Ungaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46445/nccet.v1i1.703

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk menganalisis prinsip-prinsip pembangunan iman jemaat yang terdapat dalam Kisah Para Rasul. Penelitian ini dilaksanakan menggunakan pendekatan penelitian pustaka. Hasil penelitian menunjukkan beberapa prinsip pembangunan iman jemaat dalam Kisah Para Rasul adalah Pertama, ajaran Injil menjadi pusat perhatian dan fokus utama para rasul. Para rasul berkomitmen untuk menyebarkan ajaran Injil kepada semua orang dan membentuk komunitas Kristen yang hidup berdasarkan prinsip-prinsip Injil; Kedua, Kisah Para Rasul menekankan pada kehidupan berjemaat sebagai fondasi dalam komunitas Kristen mula-mula. Kehidupan berjemaat dalam jemaat mula-mula melibatkan pengajaran, persekutuan, saling berbagi, penyembahan, dan pengukuhan iman bersama; Ketiga, Kisah Para Rasul memperlihatkan bahwa kuasa Roh Kudus berperan penting dalam pertumbuhan iman para rasul, hal ini tampak dari peran Roh Kudus yang memberikan mereka kekuatan, keberanian, pengertian, penggenapan janji, dan pengalaman rohani yang memperdalam hubungan mereka dengan Allah; Keempat, Pentingnya kesetiaan dalam penganiayaan bagi para pengikut Yesus yang terlihat dalam keberanian untuk terus memberitakan Injil, mengampuni para penganiaya, dan memuji Allah bahkan dalam situasi yang sulit dan penuh penderitaan.