Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BUAH NANAS (Ananas comosus L. Merr) PERORAL TERHADAP PERBAIKAN PROFIL LIPID PADA TIKUS PUTIH (Rattus Norvegicus) JANTAN STRAIN WINSTAR DISLIPIDEMIA Octadiani Putri, Latifa; Hermayanti, Diah; S, Fathiyah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 9, No 1 (2013): Juni 2013
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (244.222 KB) | DOI: 10.22219/sm.v9i1.4122

Abstract

Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Nanas (Ananas comosus L. Merr) Peroral Terhadap Perbaikan Profil Lipid Pada Tikus Putih (Rattus Norvegius) Jantan Strain Winstar Displidemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh ekstrak nanas (Ananas Comosus L. merr) secara peroral terhadap perbaikan profil lipid pada tikus putih (Rattus norvegicus strain wistar) dislipidemia. Penelitian ini merupakan penelitian true eksperiment, dengan rancangan post test control group design.Sampel penelitian dibagi menjadi lima kelompok. Dari hasil uji One way ANOVA, didapatkan pengaruh yang bermakna (nilai sig = 0,000 < p (0,01)) antara kelompok perlakuan. Hasil uji tukey 1% pada kelompok I, II, III, IV, dan V didapatkan notasi yang berbeda dari tiap kelompok yang artinya tiap kelompok mempunyai kadar profil lipid yang berbeda satu sama lain. Hasil uji korelasi didapatkan korelasi yang berbanding terbalik pada KT, TG, LDL, rasio dan LDL/HDL, berarti bahwa kenaikan dosis ekstrak nanas mampu menyebabkan penurunan KT, TG, LDL, dan rasio LDL/HDL dan didapatkan uji korelasi yang berbanding lurus pada HDL, yakni kenaikan dosis ekstrak nanas mampu menyebabkan peningkatan HDL pada tikus. Kesimpulan: Ekstrak nanas dapat memperbaiki profil lipid dan dosis yang paling efektif pada penelitian ini adalah 4 gr/200grBB/hari.Kata Kunci: Ekstrak nanas, Myricetin, Rattus norvegicus strain wistar, perbaikan profil lipid.
EFEK ANTIMIKROBA EKSTRAK RIMPANG KUNYIT (CURCUMA DOMESTICA) TERHADAP ESCHERICHIA COLI SECARA IN VITRO Putra Adiputra, Resa; Suswati, Irma; S, Fathiyah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 10, No 2 (2014): Desember 2014
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (153.434 KB) | DOI: 10.22219/sm.v10i2.4179

Abstract

Pengaruh Pemberian Boraks Peroral Sub Akut Terhadap Terjadinya Atrofi Testis Tikus Putih Jantan (Rattus novergicus strain wistar). Latar Belakang: Penggunaan boraks banyak disalahgunakan pada makanan. Boraks merupakan salah satu bahan toksik bagi organ testis sehingga dapat menyebabkan atrofi testis melalui penghambatan spermatogenesis. Tujuan: Membuktikan pengaruh pemberian boraks peroral sub akut terhadap terjadinya atrofi testis tikus putih jantan (Rattus novergicus strain wistar) dengan mengukur diameter testis, berat testis, dan jumlah tubulus seminiferus perlapangpandang. Metode: Eksperimental, The Post Test Only Control Group Design. Sampel yang digunakan 24 ekor dibagi 4 kelompok. Kelompok 1 (kontrol negatif), kelompok 2,3,dan 4 masing-masing dengan dosis 400 mg/kgBB, 500 mg/kgBB, dan 600 mg/kgBB selama 28 hari. Dianalisis dengan oneway ANOVA, uji korelasi, dan uji regresi. Hasil penelitian dan diskusi: Terdapat perbedaan diameter testis dan jumlah tubulus seminiferus masing-masing dengan sig p=0,020 (p<0,05) dan sig p=0,00 (p<0,05), sedangkan pada berat testis tidak terdapat perbedaan dengan sig p=0,744 (p>0,05). Analisis korelasi diameter testis (p=0,001), (r=-0,613), jumlah tubulus (p=0,000), (r=0,828), kenaikan boraks menyebabkan penurunan diameter testis dan peningkatan jumlah tubulus. Analisis regresi R2 diameter testis= 0,376 dan R2 jumlah tubulus=0,685. Pada penelitian ini pengaruh boraks terlihat pada gambaran mikroskopis dibandingkan makroskopis, hal ini disebabkan oleh waktu paparan boraks yang kurang lama. Kesimpulan: Pemberian boraks peroral sub akut berpengaruh terhadap atrofi testis.Kata Kunci: Ekstrak rimpang temulawak, Staphylococcus aureus, KHM (Kadar Hambat Minimum), KBM (Kadar Bunuh Minimum).