Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

Myoepithelial Carcinoma Spindle cell type, Clear cell type, and Plasmacytoid type: Serial Kasus A Case Series of Myoepithelial Carcinoma Spindle cell type, Clear cell type, and Plasmacytoid type Lestari, Dian Yuliartha; Fauziah, Dyah
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 2, No 4 (2018): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Myoepithelial Carcinoma adalah salah satu keganasan kelenjar liur yang sangat jarang terjadi, dimana terdiri dari komponen sel-sel myoepithelial yang berdifferensiasi sebagai sel spindle, sel jernih (clear), sel epitheloid, sel stelate, maupun sel plasmacytoid. Kami melaporkan 3 kasus myoepithelial carcinoma yang didiagnosis di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu 4 tahun terakhir dengan ti ga tipeyang berbeda, yaitu; spindle cell type, clear cell type, dan plasmacytoid type. Dua kasus terjadi pada kelenjar parotis, lainnya pada kelenjar submandibula, dimana ketiganya terjadi pada wanita dengan rentangusia 45-76 tahun. Keluhan saat datang berobat adalah timbul benjolan semakin membesar secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri. Hasil pemeriksaan histopatologis menyatakan suatu carcinoma mengesankan myoepithelial carcinoma. Hasil pemeriksaan immunohistokimia smooth muscle actin (SMA)dan S100 mayoritas menunjukkan hasil yang positif, dimana menyokong diagnosis suatu myoepithelial carcinomaKata kunci: myoepithelial carcinoma, spindle cell type, clear cell type plasmacytoid type
PENGARUH BATAS INSISI, INDEKS MITOSIS, DAN TUMOR NEKROSIS TERHADAP ANGKA REKURENSI TUMOR PHYLLODES Lestari, Dian Yuliartha; Prihanti, Gita Sekar
Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan Vol 1, No 2 (2015): MAGNA MEDICA
Publisher : Jurnal Berkala Ilmiah Kedokteran dan Kesehatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang: Tumor phyllodes adalah salah satu neoplasma fibroepitelial yang jarang ditemukan, sekitar kurangdari 1% dari seluruh neoplasma pada payudara. Penentuan prognosis dari tumor phyllodes berdasarkan klasifikasihistopatologis sukar diterapkan. Untuk mengevaluasi tumor phyllodes, penting adanya penanda faktor prognostik,terutama berdasarkan kriteria dari tumor phyllodes itu sendiri (seperti indeks mitosis, batas insisi).Tujuan: Untuk mengetahui pengaruh batas insisi, indeks mitosis dan tumor nekrosis terhadap angka rekurensi tumorphyllodes.Metode: Merupakan penelitian observasional analitik dari periode 2009-2011, dan diikuti hingga 2014. Untuk mengetahuipengaruh batas insisi terhadap angka rekurensi dilakukan uji mann whitney, untuk mengetahui pengaruh indeks mitosisterhadap angka rekurensi dilakukan uji unpaired t-test, dan untuk mengetahui pengaruh tumor nekrosis terhadap angka frekurensi dilakukan uji chi square.Hasil: Didapatkan 16 sampel yang memenuhi kriteria inklusi dengan 10 sampel tidak kambuh dan 6 sampel kambuh.Tidak didapatkan pengaruh antara batas insisi (p=0,05), indeks mitosis (p=0,06), dan tumor nekrosis (p=0,152) terhadapangka rekurensi tumor phyllodesKesimpulan: Tidak didapatkan pengaruh antara batas insisi, indeks mitosis, dan tumor nekrosis terhadap angkarekurensi tumor phyllodesKeywords: batas insisi, indeks mitosis, tumor nekrosis, tumor phyllodes, angka rekurensi
HUBUNGAN ANTARA MAKAN PAGI DENGAN KEMAMPUAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DASAR Yuliartha Lestari, Dian
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 5, No 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i2.1001

Abstract

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Maka dilakukan penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar anak usia sekolah dasar, khususnya kelas V di SDN Mangliawan I, Kelurahan Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian observational descriptif-analitik. Sampel yang digunakan adalah total sampling dengan 20 anak yang terbiasa makan pagi setiap hari, 20 anak yang terbiasa makan pagi 1-3 kali tiap minggu, dan 18 anak yang tidak terbiasa makan pagi. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah anak perempuan lebih terbiasa makan pagi setiap hari dibandingkan dengan anak laki-laki (3:2), dengan pola makan mayoritas (42,5%) berupa nasi dan lauk-pauk, tetapi tingkat konsumsi energi hampir seluruhnya (80%) kurang. Kemampuan konsentrasi belajar antara yang bernilai positif/mendukung (favourable) dan yang bernilai negatif/tidak mendukung (unfavourable) seimbang (50%), dengan anak yang terbiasa makan pagi (70%) kemampuan konsentrasi belajarnya favourable, dan anak yang tidak terbiasa makan pagi (78%) kemampuan konsentrasinya unfavourable. Telah terbukti adanya korelasi yang signifikan antara makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar (p=0,011).  Kata kunci : anak usia sekolah dasar, kemampuan konsentrasi belajar, makan pagi
A CASE SERIES OF MYOEPITHELIAL CARCINOMA SPINDLE CELL TYPE, CLEAR CELL TYPE, AND PLASMACYTOID TYPE Lestari, Dian Yuliartha; Fauziah, Dyah
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 13, No 2 (2017): DESEMBER 2017
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (0.036 KB) | DOI: 10.22219/sm.v13i2.5524

Abstract

Myoepithelial Carcinoma adalah salah satu keganasan kelenjar liur yang sangat jarang terjadi, dimana terdiri dari komponen sel-sel myoepithelial yang berdifferensiasi sebagai sel spindle, sel jernih (clear), sel epitheloid, sel stelate, maupun sel plasmacytoid. Kami melaporkan 3 kasus myoepithelial carcinoma yang didiagnosis di Rumah Sakit Dr. Soetomo Surabaya dalam kurun waktu 4 tahun terakhir dengan tiga tipe yang berbeda, yaitu; spindle cell type, clear cell type, dan plasmacytoid type. Dua kasus terjadi pada kelenjar parotis, lainnya pada kelenjar submandibula, dimana ketiganya terjadi pada wanita dengan rentang usia 45-76 tahun. Keluhan saat datang berobat adalah timbul benjolan semakin membesar secara perlahan dan tidak menimbulkan nyeri. Hasil pemeriksaan histopatologis menyatakan suatu carcinoma mengesankan myoepithelial carcinoma. Hasil pemeriksaan immunohistokimia smooth muscle actin (SMA) dan S100 mayoritas menunjukkan hasil yang positif, dimana menyokong diagnosis suatu myoepithelial carcinoma Kata kunci:  myoepithelial carcinoma, spindle cell type, clear cell type plasmacytoid type
LYMPHOMA PADA TESTIS Lestari, Dian Yuliartha; Kusumastuti, Etty Hary
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 14, No 1 (2018): JUNI 2018
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (500.43 KB) | DOI: 10.22219/sm.Vol14.SMUMM1.6643

Abstract

Limfoma pada testis pertama kali dikenalkan oleh Malassez dan Curling pada tahun 1866. Keganasan limfomapada testis berkisar 1-7% dari seluruh keganasan pada testis, dan kurang dari 1% dari seluruh Non Hodgkin Lymphoma.Kami melaporkan kasus anak laki-laki berusia 6 tahun tanpa riwayat kesehatan sebelumnya, mengeluhkan adanya pembengkakanpada testis kanan dan periorbita sejak 6 bulan sebelum MRS. Pemeriksaan radiologis menunjukkan adanya pembesarankelenjar limfe paraaorta serta pseuodotumor bulbi. Pemeriksaan immunomarker dengan LDH, ß HcG, dan AFP menunjukkanhasil 2201 ì/l, <1 mì/l, and 0,75 IU/l. Pasien dilakukan orchidectomy dextradandidiagnosis sebagai Malignant Round CellTumor sesuai Non Hodgkin Lymphoma. Pemeriksaan immunohistokimiamenunjukkan positifuntuk CD45 dan negatifuntuk NSE. Limfoma pada testis merupakan keganasan yang termasuk jarang dimana diagnosis ditegakkan berdasarkanhistopatologi. Tidak ada etiologi dan predisposisi yang pasti untuk tumor ini. Terapi meliputi prosedur pembedahan,khemoterapi, dan radioterapi, akan tetapi tidak ada standarisasi untuk prosedur yang akurat. Faktor-faktor yang dihubungkandengan prognosis yang baik meliputi : usia pasien yang lebih muda, lokasi tumor, adanya seklerosis pada analisis patologi,ukuran tumor yang lebih kecil, grade tumor yang lebih rendah dan tidak adanya epididymal atau spermatic cord yang terlibat.Kata Kunci: Non Hodgkin Lymphoma, Testis
EVALUATION OF SST-2 ROLE IN LVH REGRESSION OBTAINED IN HYPERTENSIVE MICE MODELS AFTER BLOCKING RENIN-ANGIOTENSIN SYSTEM Yusetyani, Lilik; Rofida, Siti; Lestari, Dian Yuliartha; Kurniawan, Wawan; Hijriani, Nursela; Saputra, Ilham Niawan; Soeharto, Setyawati; Rahman, Mohammad Saifur
Journal of Tropical Life Science Vol 9, No 1 (2019)
Publisher : Journal of Tropical Life Science

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soluble ST2, is a protein which acts as a decoy receptor for interleukin-33, and served as biomarker associated with left ventricular hypertrophy (LVH).  Few data exist in evaluating the effects of anti-hypertensive agents on the role-played form ST2 on regression of LVH. This study was designed to compare the effects of captopril and valsartan on blood pressures, plasma renin and soluble ST2 levels and regression of LVH in hypertensive mice models. Twenty-four male mice (Mus musculus L), were divided into four groups, namely aquadest/control, L-NAME, L-NAME + captopril and L-NAME + valsartan groups respectively. Mice blood pressures were measured on day 14th after induction with L-NAME extract 1.75 mg/25 g BW/day (pretreatment) and day 14th post treatment. Levels of plasma renin, sST2, and ventricular wall thicknesses reflecting LVHs, were measured on day 14th post treatment. Administration of L-NAME within 14 days resulted in making mice models to be hypertensive paralleled by an increase of Ventricular wall thickness. Treatment with captopril and valsartan lowered the blood pressures to normal level within the next 14 days. Valsartan and captopril treatment induced a significant decrease of plasma renin level. Valsartan, but not for captopril treatment prevented wall thickness increase (p &lt; 0.05), while plasma sST2 was not able to mirroring this effect. Captopril and valsartan had similar effect in lowering plasma renin level and   blood pressure, but sST2 seems to be not involved in LVH regression obtained in hypertensive mice models after blocking renin-angiotensin system.
The Effect Of Basic Life Support Training On Basic Life Support Knowledge In ‘Aisyiyah Cadre Lestari, Dian Yuliartha; Noerwahjono, Abi; Savira, Cindy
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 16, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.265 KB) | DOI: 10.22219/sm.Vol16.SMUMM1.12718

Abstract

Background: Basic life support or BLS is an early emergency intervention cases which possibly happens anywhere. BLS is important to be given accurately and immediately not only by healthcare professionals but also by lay people in order to give early intervention towards emergency cases until medical teams arrives. ‘Aisyiyah cadre, as part of the society, are expected to be able to give early intervention that is BLS correctly.Objective: To assess the impact of basic life support training on the knowledge of ‘Aisyiyah cadre towards basic life support.Method: This study is a analytical observational study with cross-sectional approach. The sample of this study is 38 participants which are ‘Aisyiyah cadre from Malang city. Participants included on this study are those who do not have any medical background. Data analysis were using wilcoxon test.Result and discussion: 13 participants were having knowledge improvement, 24 participants did not have any improvements, and one of the participants were having degradation of knowledge level after the BLS training were given. According to wilcoxon test, the p-value was 0,001 which means that the BLS training given have positive impact on the improvement of ‘Aisyiyah cadre’s knowledge towards BLS.Conclusion: There is a significant impact between BLS training on the knowledge of ‘Aisyiyah cadre towards BLS which indicates that the BLS training given have postivive impact on the improvement of ‘Aisyiyah cadre’s knowledge towards BLS.
PERBANDINGAN PENGGUNAAN FIKSASI HAIR SPRAY DENGAN FIKSASI RUTIN PADA PAP SMEAR DENGAN METODE BETHESDA Yuliartha Lestari, Dian
Saintika Medika: Jurnal Ilmu Kesehatan dan Kedokteran Keluarga Vol 11, No 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v11i2.4198

Abstract

Latar belakang. PAP smear merupakan metode deteksi dini yang rutin digunakan untuk lesi peradangan serta kankerserviks di seluruh dunia. Metode fiksasi basah untuk PAP smear saat ini selain menggunakan alkohol, juga menggunakan Hair spray. Tujuan. Untuk membandingkan kualitas fiksasi menggunakan alkohol dan hair spray. Metode. Merupakan penelitian observasional analitik, dengan total sampling dari bulan September-Desember 2014. Variabel yang dinilai adalah adekuat spesimen, kualitas staining, ada tidaknya artefak, serta ada tidaknya sel yang degenerasi. Uji statistik menggunakan Uji Kesesuaian Kappa, dikatakan sesuai jika koefisien kappa >0,6 (p<0,05). Hasil. Didapatkan jumlah sampel sebanyak122 sampel. Hasil koefisien kappa untuk adekuat spesimen sebesar 0,792. Hasil koefisien kappa untuk kualitas staining sebesar 0,627. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya artefak sebesar 0,196. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya sel yang degenerasi sebesar 1,000. Kesimpulan. Terdapat kesesuaian antara penggunaan fiksasi menggunakan alkohol maupun hairspray, dalam hal adekuat sel, kualitas staining, maupun ada tidaknya sel yang degenerasi.Keyword : PAP smear, alkohol, hairspray
HUBUNGAN ANTARA MAKAN PAGI DENGAN KEMAMPUAN KONSENTRASI BELAJAR ANAK USIA SEKOLAH DASAR Dian Yuliartha Lestari
Saintika Medika Vol. 5 No. 2 (2009): Juli 2009
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v5i2.1001

Abstract

Makan pagi atau sarapan sangat bermanfaat bagi setiap orang. Bagi orang dewasa, makan pagi dapat memelihara ketahanan fisik, mempertahankan daya tahan saat bekerja dan meningkatkan produktivitas kerja. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran, sehingga prestasi belajar menjadi lebih baik. Maka dilakukan penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar anak usia sekolah dasar, khususnya kelas V di SDN Mangliawan I, Kelurahan Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang. Penelitian ini merupakan penelitian observational descriptif-analitik. Sampel yang digunakan adalah total sampling dengan 20 anak yang terbiasa makan pagi setiap hari, 20 anak yang terbiasa makan pagi 1-3 kali tiap minggu, dan 18 anak yang tidak terbiasa makan pagi. Kesimpulan yang didapatkan pada penelitian ini adalah anak perempuan lebih terbiasa makan pagi setiap hari dibandingkan dengan anak laki-laki (3:2), dengan pola makan mayoritas (42,5%) berupa nasi dan lauk-pauk, tetapi tingkat konsumsi energi hampir seluruhnya (80%) kurang. Kemampuan konsentrasi belajar antara yang bernilai positif/mendukung (favourable) dan yang bernilai negatif/tidak mendukung (unfavourable) seimbang (50%), dengan anak yang terbiasa makan pagi (70%) kemampuan konsentrasi belajarnya favourable, dan anak yang tidak terbiasa makan pagi (78%) kemampuan konsentrasinya unfavourable. Telah terbukti adanya korelasi yang signifikan antara makan pagi dengan kemampuan konsentrasi belajar (p=0,011).  Kata kunci : anak usia sekolah dasar, kemampuan konsentrasi belajar, makan pagi
PERBANDINGAN PENGGUNAAN FIKSASI HAIR SPRAY DENGAN FIKSASI RUTIN PADA PAP SMEAR DENGAN METODE BETHESDA Dian Yuliartha Lestari
Saintika Medika Vol. 11 No. 2 (2015): Desember 2015
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22219/sm.v11i2.4198

Abstract

Latar belakang. PAP smear merupakan metode deteksi dini yang rutin digunakan untuk lesi peradangan serta kankerserviks di seluruh dunia. Metode fiksasi basah untuk PAP smear saat ini selain menggunakan alkohol, juga menggunakan Hair spray. Tujuan. Untuk membandingkan kualitas fiksasi menggunakan alkohol dan hair spray. Metode. Merupakan penelitian observasional analitik, dengan total sampling dari bulan September-Desember 2014. Variabel yang dinilai adalah adekuat spesimen, kualitas staining, ada tidaknya artefak, serta ada tidaknya sel yang degenerasi. Uji statistik menggunakan Uji Kesesuaian Kappa, dikatakan sesuai jika koefisien kappa >0,6 (p<0,05). Hasil. Didapatkan jumlah sampel sebanyak122 sampel. Hasil koefisien kappa untuk adekuat spesimen sebesar 0,792. Hasil koefisien kappa untuk kualitas staining sebesar 0,627. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya artefak sebesar 0,196. Hasil koefisien kappa untuk ada tidaknya sel yang degenerasi sebesar 1,000. Kesimpulan. Terdapat kesesuaian antara penggunaan fiksasi menggunakan alkohol maupun hairspray, dalam hal adekuat sel, kualitas staining, maupun ada tidaknya sel yang degenerasi.Keyword : PAP smear, alkohol, hairspray