Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

GEDUNG PERTUNJUKAN SENI (TEATER) DI BANYUMAS Dengan Penekanan Arsitektur Post Modern – Neo Vernakular Ginanjar, Akhmad; Yuniastuti, Tri; Murti, Desy Ayu Krisna
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.97

Abstract

Banyumas sebagai bagian dari kebudayaan Indonesia, merupakan daerah yang mempunyai kebudayaan yang kental, antik, dan unik. Banyumas lebih dikenal dengan bahasa ngapaknya, yang bagi sebagian orang terdengar lucu, dan apa adanya sesuai dengan ikon daerahnya yakni Bawor dengan senjatanya kudi. Banyumas juga tak bisa terlepas dari arus globalisasi dan social media. Pengaruh negatif yang terjadi di Banyumas adalah dengan mulai punahnya beberapa seni tradisional, yaitu Gondolio dari Desa Tambaknegara, Rawalo, Tari Buncis dari Desa Tanggeran, Kecamatan Somagede, Dhalang Jemblung Sumpiuh dan Tambak, Sintren dari Purwojati, Rengkong di Kutaliman, Kedungbanteng, Cepetan dari Desa Watu Agung Tambak, Rinding dari Gumelar, dan Baritan Desa Plana, Somagede. Di sisi lainnya minimnya fasilitas gedung kesenian juga jadi masalah tersendiri di Kabupaten Banyumas.Melihat hal itu, sangatlah dibutuhkan sebuah ruang untuk pelestarian dan pengembangan berbagai seni Banyumas. Ruang yang mampu mewadahi proses pertunjukan, regenerasi, dan pengembangan seni Banyumas. Sebuah Gedung Pertunjukan Seni (Teater) Banyumas, dengan karakter Arsitektur Post Modern- Neo Vernakular bisa dijadikan antitesa hal tersebut. Karena disatu sisi unsur-unsur local Banyumas musti terus dilestarikan dan dikembangkan dalam dunia arsitektur dan dalam segala bidang.
Ragam Hias Mirong Simbol Kebesaran dan Kepemilikan Bangunan Milik Raja Kasultanan Yogyakarta Sukirman, Sukirman; Murti, Desy Ayu Krisna
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v1i2.98

Abstract

Bangunan Rumah Tradisional Keraton Yogyakarta banyak yang dihiasi khususnya menggunakan ornamen tradisional Jawa berupa stilirisasi bentuk tumbuh-tumbuhan. Diantara ragam hias mirong, yang bila melihat bentuknya bukan stilirisasi tumbuhan. Tidak terdapat dokumen yang menyertai proses pembuatan ragam hias mirong yang menerangkan makna dan artinya, sehingga muncul berbagai persepsi tentang mkana dan arti ragam hias mirong. Satu diantaranya mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (penguasa laut selatan). Di samping untuk menghias beberapa bangunan di dalam keraton mirong juga dipergunakan untuk menghias bangunan Masjid Agung Yogyakarta, yang menjadi persoalan, relevankah pemaknaan bahwa mirong sebagai perwujudan Ratu Kidul (Penguasa Ratu Selatan). Masyarakat awam belum tahu makna dan artinya, padahal mirong merupakan bagian dari karya, cipta, rasa, dan karsa Keraton Yogyakarta yang merupakan ciri khas dan identitas bangunan, ragam hias dan budaya Keraton.
Pengaruh perubahan fungsi bangunan pada bentuk bangunan Bangsal Banjar Andhap Dalem Mangkubumen Yogyakarta Yuniastuti, Tri; Murti, Desy Ayu Krisna
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 2, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v2i1.65

Abstract

Dalem Mangkubumen awalnya adalah rumah tinggal bagi Putra Mahkota Kraton Yogyakarta calon Sultan Hamengkubuwono VII. Sejak dibangun mulai tahun 1874, Dalem Mangkubumen mengalami perubahan fungsi: awalnya sebagai rumah Pangeran beserta kerabat Kraton, sebagai kampus Universitas Gadjah Mada (1949-1982) dan kampus Universitas Widya Mataram sejak tahun 1982 hingga saat ini. Hal ini mengakibatkan bangunan di Dalem Mangkubumen mengalami perubahan baik tata ruangnya maupun penampilannya termasuk bangunan Bangsal Banjar Andhap.           Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal Banjar Andhap akibat perubahan fungsi yang terjadi hingga saat ini. Penelitian ini diharapkan juga dapat mengungkap bagaimana tata ruang dan penampilan bangunan sebelum mengalami perubahan sehingga dapat menjadi acuan melestarikan bangunan yang asli. Agar tujuan penelitian tersebut dapat tercapai, maka cara atau metode yang dinilai tepat digunakan adalah metode grounded yang didasarkan atas penelusuran empirik.           Hasil penelitian menunjukkan bahwa telah terjadi perubahan tata ruang dan penampilan bangunan Bangsal banjar Andhap sejak digunakan sebagai tempat pendidikan Fakultas Hukum Universitas Widya Mataram : yang semula terbuka tanpa dinding karena berfungsi untuk umum, menjadi tertutup berdinding luar dan partisi yang membatasi ruang-ruang Fakultas Hukum UWM. Penambahan material komponen bangunan bersifat semi permanen, sehingga tidak kesulitah apabila suatu saat harus dikembalikan ke bentuk aslinya.
PERAN RUANG SOEKARNO-NEHRU SEBAGAI BANGSAL PRINGGITAN PADA DALEM MANGKUBUMEN Murti, Desy Ayu Krisna; Wibowo, Satrio Hasto Broto
Sinektika: Jurnal Arsitektur Vol 16, No 2: Juli 2019
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1203.376 KB) | DOI: 10.23917/sinektika.v16i2.10601

Abstract

Dalem Mangkubumen merupakan kompleks yang dibangun oleh Sultan HB VI untuk putra mahkota yang akan diangkat menjadi HB VII pada tahun (1855- 1977). Pada masanya Dalem Mangkubumen diperuntukan untuk calon raja, sehingga dari segi arsitektural hampir menyerupai keraton. Oleh karena itu pula nama lain Dalem Mangkubumen adalah Keraton Alit. Setelah HB VII bertahta, maka fungsi Dalem Mangkubumen diperuntukan untuk tempat tinggal bagi para pangeran, antara lain Pangeran Mangkubumi dan Pangeran Juminah, yang setelahnya tidak lagi ditempati hingga tahun 1942. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fungsi dan peran bangsal pringgitan pada Dalem Mangkubumen, sejak tidak digunakan lagi sebagai tempat tinggal pangeran, hingga keberadaannya sampai saat ini. Metode yang digunakan adalah kualitatif diskriptif, dengan observasi dan study literature untuk mengungkap peran bangsal pringgitan. Bangsal pringgitan sempat digunakan untuk pertemuan Presiden Soekarno, PM India Jawaharlal Nehru dan Sri Sultan HB IX, sehingga dinamakan bangsal Soekarno-Nehru. Beberapa elemen arsitektural dan struktural masih terjaga keasliannya. Perubahan hanya dilakukan pada bagian sekat dan beberapa material plafon. Dari aspek fungsinya memiliki karakteristik yang cenderung sama dari awal hingga saat ini, yaitu sebagai ruang pertemuan yang bersifat umum. Sedangkan dari aspek konstelasi susunannya secara mikro memiliki kekhasan yang tidak dimiliki oleh pringgitan lain, seperti bentuk atap dan besaran ruang yang meskipun mengalami perubahan, namun tetap mempertahankan prinsip yang ajeg, yaitu tempat untuk pertunjukan dengan gaya arsitektur mengikuti arsitektur Keraton Yogyakarta.
Langgam Arsitektur Masjid Pathok Negoro Sebagai Akulturasi Arsitektur dari Masa Kedatangan Hindu Budha, Islam Hingga Belanda Murti, Desy Ayu Krisna
Jurnal Arsitektur dan Perencanaan (JUARA) Vol 3, No 1 (2020): Februari (Jurnal Arsitektur dan Perencanaan)
Publisher : Universitas Aisyiyah Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31101/juara.v3i1.1121

Abstract

Masjid Pathok Negoro berdiri pada masa Sultan Hamengkubuwono I dan dibangun hampir bersamaan dengan pembangunan keraton Yogyakarta untuk menandakan batas wilayah negara atau nagari Yogyakarta. Hal ini membuat masjid-masjid yang kemudian didirikan dinamakan masjid Pathok negoro yang berarti batas negara “pathok negoro”.  Fungsi awal dari masjid Pathok Negoro sebagai batas dari wilayah kekuasaan Yogyakarta yang kemudian berkembang dengan fungsi lain seperti pusat keagamaan. Masjid-masjid ini memiliki keunikan dalam bentuk arsitektural. Jika dilihat secara historik masjid Pathok Negoro melewati berbagai peristiwa yang membentuk kota Yogyakarta. Pengaruh kebudayaan yang pernah ada di tanah Jawa mempengaruhi bentuk arsitektur masjid Pathok Negoro. Adapun kebudayaan yang mempengaruhi bentuk-bentuk arsitektural adalah kebudayaan Hindu, Kebudayaan Budha dan tentu saja Kebudayaan Islam. Bentuk pengaruh terdapat pada susunan atap dan beberapa elemen yang terdapat di bangunan tiap masjid yang mempunyai keunikan sendiri-sendiri. Sehingga bisa disimpulkan bahwa langgam arsitektur masjid Pathok Negoro memiliki ciri khas dari masa Mataram Hindu pada bagian susunan mustoko (atap) serta ornamen serta Budha pada beberapa bagian ornamen dan susunan denah. Hingga masa datangnya Islam menjadi Mataram Islam.
USULAN DESAIN PENATAAN LANSKAP PADUKUHAN JETHAK II, SIDOKARTO, GODEAN, SLEMAN Murti, Desy Ayu Krisna; Yuniastuti, Tri
Jurnal Ilmiah Padma Sri Kreshna Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/psk.v2i2.200

Abstract

Padukuhan Jethak merupakan desa wisata yang dahulunya mempunyai potensi wisata yang cukup menarik untuk dikunjungi, akan tetapi seiring berjalannya waktu pergantian penguru sehingga kurang adanya pengelolaan yang terintegrasi. Dari segi arsitektur pun pada dasarnya kurang menarik dalam segi penataan lanskap atau penataan taman dan jalan. Setelah diusulkan program yang dijalankan padukuhan Jethak II menerima usulan yang diajukan berdasarkan usulan tim dosen UWM. Harapannya adalah pemanfaatan salah satu bidang ilmu arsitektur yaitu lanskap dapat diwujudkan secara nyata  kepada masyarakat Jethak II dengan adanya program tersebut. Beberapa hal yang menjadi objek utama adalah penataan area terbuka dan pengembangan tanaman hijau di area terbuka di Jethak II. Adapun prosesnya dengan memberdayakan masyarakat, mengikut sertakan masyarakat secara langsung dalam program tersebut
Analisa kajian literatur Green Building berdasarkan sudut pandang perkembangan ekonomi Artha, Bhenu; Tyas, Nurina Vidya Ayuning; Murti, Desy Ayu Krisna; Asri, Cahya Purnama
JURNAL ARSITEKTUR PENDAPA Vol 3, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/pendapa.v3i2.166

Abstract

Industri konstruksi memiliki dampak berbahaya terhadap lingkungan, ekonomi, dan masyarakat. Sehingga perlu diterapkan pasokan tenaga berkelanjutan dimana hal ini dapat diterapkan pada bangunan dengan konsep green building. Wujud perhatian masyarakat di Indonesia terkait green building  saat ini mulai meningkat dan penerapan green building di Indonesia dirasa perlu dilaksanakan. Hal ini dapat dimulai dengan membuat peraturan yang mendorong aplikasi green building, terutama untuk perkantoran, sekolah, universitas, yang dapat dimulai dari kantor-kantor pemerintah, seperti halnya yang telah dilakukan dengan adanya peraturan tentang kendaraan listrik atau bebas emisi.
Analisis political uncertainty dan non-performing loan pada bank non devisa di Indonesia Jufri, Ali; Aryanti, Rista Puput; Murti, Desy Ayu Krisna; Artha, Bhenu
Entrepreneurship Bisnis Manajemen Akuntansi (E-BISMA) Vol.2, No.1 (2021): Juni 2021
Publisher : Universitas Widya Mataram

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37631/e-bisma.v2i1.296

Abstract

This study aims to determine the differences in non-performing loans (NPLs) at non-foreign exchange banks in Indonesia for the two-year period before and after the general election. The results showed that there was no difference of non-performing loans (NPLs) at non-foreign exchange banks in Indonesia for the period of two years before and after the general election.