Putri, Agustin Soewitomo
Sekolah Tinggi Teologi Torsina

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Konstruksi Teologia Persahabatan Melalui Pemaknaan Koinonia dalam Bingkai Moderasi Beragama Agustin Soewitomo Putri; Elkana Chrisna Wijaya
JURNAL TEOLOGI GRACIA DEO Vol 4, No 2: Januari 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Baptis, Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46929/graciadeo.v4i2.114

Abstract

Teologia Persahabatan: Merekonstruksi makna Koinona dalam Moderasi Bergereja dan Beragama. Salah satu dari Tri tugas gereja, yaitu koinonia. Sehubungan dengan tugas tersebut, gereja mengemban tugas yang tidak sederhana, yaitu tidak hanya sekedar membangun hubungan yang harmonis antara umat dan Allah, namun juga membangun hubungan yang harmonis dengan sesama, baik yang di dalam gereja maupun di luar gereja (umat beragama lainnya), dalam upaya untuk menghindari atau mengurangi kekerasan, yang disebut dalam penelitian ini dengan moderasi bergereja dan beragama.Pendekatan penulis dalam penelitian ini menggunakan metodologi kualitatif, yaitu dengan mendeskripsikan dan mengkaji kata koinonia tersebut dengan menggunakan berbagai sumber literatur yang mendukung penelitian ini. Dengan demikian melalui penelitian ini diperoleh sebuah pemahaman baru bahwa dunia kekristenan dapat membangun persahabatan yang harmonis dan Alkitabiah baik dengan tubuh Kristus sendiri, maupun dengan masyarakat di luar gereja, sehingga moderasi bergereja dan antar umat beragama dalam berjalan dengan penuh toleransi.
IMPLIKASI TEOLOGIS TENTANG HUKUM ROH YANG MEMERDEKAKAN DARI HUKUM DOSA DAN HUKUM MAUT DALAM ROMA 8:2 Putri, Agustin Soewitomo
Shift Key : Jurnal Teologi dan Pelayanan Vol 10, No 2 (2020): Shift Key: Jurnal Teologi dan Pengembangan Pelayanan
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kristus Alfa Omega

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37465/shiftkey.v10i2.87

Abstract

Mankind has fallen into sin and lost the glory of God. The fall of man into sin made man have a tendency to sin. This is what is called the law of sin and death. The law of death follows the law of sin. The two laws are closely related. Humans need the antithesis of the law of sin and death. Romans 1-8 leads people to the law of the Spirit. The law of the Spirit is great news in the midst of mankind's struggle to experience victory over sin and death.
Menstimulasi Kualitas Kehidupan Rohani dalam Meningkatkan Kemandirian Belajar Mahasiswa: Studi Refleksi Daniel 6:1-4 Agustin Soewitomo Putri
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 1, No 2 (2017): April 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v1i2.120

Abstract

This article has purpose to show the importance of giving stimulation from the lecturer of STT Torsina to enhance the quality of student’s living, either in intelectual, social and spiritual aspect. This research uses qualitative approach with exposition of text Daniel 1-6. Ini this biblical narrative Daniel gained the highest position after the king in Babylon kingdom. Daniel chosen was based on his self quality over anyone became candidates. The exposition of Daniel 6:1-4 giving some references made him been qualified, that is Daniel’s spiritual life quality. By this research finding giving a recommendation of stimulate spiritual living for enhance STT Torsina students’ academic quality according to Daniel. Artikel ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya stimulasi yang diberikan oleh para tenaga pengajar (dosen) di STT Torsina untuk meningkatkan kualitas hidup mahasiswa, baik dalam aspek intelektual, sosial dan kerohanian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menerapkan studi eksposisi kitab Daniel 1-6. Dalam narasi biblikal ini Daniel memperoleh posisi tertinggi setelah raja di negeri Babel. Pemilihan Daniel dilandaskan pada kualitas Daniel yang mengungguli siapa pun yang menjadi calon pemimpin saat itu. Kajian eksposisi Daniel 6:1-4 mereferensikan apa yang membuat Daniel berkualitas, yaitu: kualitas kehidupan rohani Daniel. Dengan temuan ini, maka penelitian recomendation sebuah stimulasi kehidupan rohani demi meningkatkan kualitas akademis mahasiswa STT Torsina sesuai dengan tokoh Daniel.  
Penyelamatan Bumi dan Isinya dalam Pandangan Ekoteologi: Sebuah Analisis Biblikal Agustin Soewitomo Putri
Angelion Vol 1, No 2 (2020): Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1248.951 KB) | DOI: 10.38189/jan.v1i2.76

Abstract

The development of the world, especially in relation to the condition of the earth which includes nature and its environment, increases the time it experiences an increasingly dire situation. News about the occurrence of floods, smog that causes pollution, land damage and marine pollution due to uncontrolled plastic waste and garbage and various forms of environmental pollution have become news that is commonly heard and even tends to be considered wind. Earth's worsening conditions can no longer be underestimated. The condition of the earth will affect the continuity of human civilization in the future and the inevitable consequence is that today's humans are also responsible for the condition and health of the earth which will be passed on to their children and grandchildren. While on the other hand, religion, with its teachings that talk more about heaven, is accused of being the cause of all causes of damage due to human neglect of nature. This is where Ecotheology is expected to become a bridge to resolve this gap so that understanding of God and care for all of His creation are connected with the biblical explanation. This study aims to present the biblical idea of saving the earth and its contents, so that Christians can share responsibility for the management of the earth. As for the conclusion are: First, humans must return to the original concept of its formation, as guardians, preservers, managers of the earth with full power but not done arbitrarily. Second, saving the earth actually begins with a mandate for humans to protect their own race, the task of procreating and multiplying is the task of balancing the existing population, the task of balancing also includes being responsible for education for the next generations. Third, the laws in the Old Testament provide an important concept which until today can be a pattern for humans to care for the preservation of nature. Fourth, the concept of redemption carried out by Christ includes the restoration of the earth and everything in it and this restoration requires cooperation and awareness from humans to work for it.Perkembangan dunia, khususnya berhubungan dengan kondisi bumi yang meliputi alam dan lingkungannya, bertambah waktu mengalami keadaan yang semakin memprihatinkan. Berita tentang terjadinya banjir, kabut asap yang mengakibatkan polusi, kerusakan tanah dan pencemaran laut akibat limbah plastik dan sampah yang tak terkendali dan berbagai bentuk pencemaran-pencemaran lingkungan telah menjadi pemberitaan yang biasa didengar bahkan cenderung dianggap angin lalu. Kondisi bumi yang makin buruk ini tidak lagi bisa disepelekan. Keadaan bumi akan mempengaruhi kelangsungan peradaban manusia di masa depan dan konsekuensi yang tak dapat dielakkan adalah manusia jaman sekarang turut bertanggungjawab atas keadaan dan kesehatan bumi yang akan diwariskan kepada anak cucunya. Sementara di pihak lain, agama dengan ajarannya yang lebih banyak berbicara tentang surga, dituding menjadi penyebab segala pemicu kerusakan karena pengabaian manusia terhadap alam. Di sinilah Ekoteologi diharapkan menjadi jembatan untuk menyelesaikan kesenjangan tersebut sehingga pemahaman tentang Allah dan perawatan terhadap seluruh ciptaan-Nya terhubung dengan penjelasan Alkitab. Penelitian ini bertujuan mengemukakan gagasan Alkitab tentang penyelamatan bumi dan isinya, sehingga orang-orang Kristen ikut bertanggung jawab terhadap pengelolaan bumi. Adapun sebagai kesimpulan adalah: Pertama, manusia harus kembali kepada konsep awal pembentukannya, sebagai penjaga, pemelihara, pengelola bumi dengan kekuasaan yang penuh namun bukan dikerjakan dengan sewenang-wenang. Kedua, penyelamatan bumi justru diawali dengan mandat untuk manusia menjaga rasnya sendiri, tugas beranak cucu dan bertambah banyak adalah tugas untuk menyeimbangkan populasi yang ada, tugas menyeimbangkan juga meliputi tugas bertanggung jawab untuk pendidikan bagi generasi-generasi berikutnya. Ketiga, hukum-hukum dalam Perjanjian Lama memberikan konsep penting yang hingga hari ini dapat menjadi pola manusia untuk merawat kelestarian alam. Keempat, konsep penebusan yang dilakukan oleh Kristus mencakup pemulihan atas bumi dan segala isinya dan pemulihan tersebut memerlukan kerjasama dan kesadaran dari manusia untuk mengusahakannya.
Konsistensi Konsep Keselamatan adalah Anugerah dalam Masa Intertestamental Putri, Agustin Soewitomo
MAGNUM OPUS: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 2, No 1: Desember 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi IKAT Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (408.801 KB) | DOI: 10.52220/magnum.v2i1.69

Abstract

The period between the Old Testament and the New Testament is often referred to as the intertestamental period which is approximately 400 years apart, during which time no prophet appears to be the successor of God's voice. Ended by the prophet Malachi and the book of Chronicles the Bible does not give any record. This certainly raises so many questions as to what happened in that dark age, whether God really did not do anything among God's people, especially the Israelites, while at that time the Israelites had repeatedly experienced good colonization from Persian, Greek or Roman. By using descriptive methods and historical analysis, this discussion will provide an insight into God's faithfulness to His covenant to the people, and how the concept of salvation has not changed even though in the 400 years that God did not speak to His people. Understanding the consistency of the concept of salvation is a gift in intertestamental times will open a new understanding of the power of God in keeping the covenants and His Word.AbstractMasa antara Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru seringkali disebut dengan masa intertesta-men yang berjarak lebih kurang 400 tahun, di mana sepanjang masa tersebut tidak ada nabi yang muncul menjadi penerus suara dari Tuhan. Diakhiri oleh Nabi Maleakhi dan kitab Tawarikh maka Alkitab tidak memberikan catatan apa pun. Hal tersebut tentu memunculkan begitu banyak pertanyaan dengan apa yang terjadi dalam masa kegelapan tersebut, apakah memang Allah betul-betul tidak berbuat sesuatu apapun di tengah-tengah umat Tuhan, khususnya bangsa Israel, sementara pada masa tersebut bangsa Israel berkali-kali mengalami penjajahan baik dari Persia, Yunani ataupun Romawi. Dengan menggunakan metode deskriptif dan analisis historis, pemba-hasan ini akan memberikan pandangan tentang kesetiaan Allah dengan perjanjianNya kepada umat, serta bagaimana konsep keselamatan itu tidak mengalami pergeseran sekalipun dalam keadaan 400 tahun Tuhan tidak berbicara kepada umatNya. Memahami konsistensi konsep keselamatan adalah anugerah dalam masa intertestamental akan membukakan pemahaman baru tentang kekuatan Allah dalam memelihara perjanjian dan FirmanNya.
Dukungan Terhadap Anggota Keluarga Lansia dalam Melayani Agustin Soewitomo Putri
EPIGRAPHE: Jurnal Teologi dan Pelayanan Kristiani Vol 1, No 2 (2017): Teologi dan Pelayanan Kristiani
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Torsina Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (674.658 KB) | DOI: 10.33991/epigraphe.v1i2.15

Abstract

This research purposed to show the category level of family supported to the aged people in church ministry at Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Surakarta, year 2016. Hypotheses of this research is: a category level of family’s support to the aged people in church ministry is at Gereja Bethel Injil Sepenuh Kepunton, Surakarta, year 2016 is moderate. Analysis of correlation showed that family supported had a correlation level to the involvement of aged people in ministry is at 0.461, which means moderate. Though the hypotheses was tried and true, there were some recommendations to increase family supported to the aged people in ministry, like: making a seminar about family, special sermon’s theme about family or special retreat for aged people
Mengantisipasi Penyalahgunaan Narkoba Pada Remaja GPI Batu Aji Centre Rita Evimalinda; Ester Lina Situmorang; Agustin Soewitomo Putri; Benteng Martua Mahuraja Purba; Efvi Noyita5
Real Coster : Jurnal Pengabdian kepada Masyarakat Vol 3, No 1: Maret 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Real Batam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.346 KB) | DOI: 10.53547/rcj.v3i1.118

Abstract

The level of drug abuse has worried all parties because it can damage the body and soul Social relations and the nation's future. Even so, there are still many who have not paid attention to this problem, perhaps they do not understand the multidimensional problems caused by drugs ranging from the dangers of drug addiction, dropping out of school, the destruction of social relationships, household fractures to serious crimes that are included in criminal law. This community service explains the dangers caused by drug abuse. It is hoped that after this community service, the GPI Batu Aji Center youth will also provide an explanation to their friends or their environment about the dangers of drugs so that all healthy and prosperous families are protected from the dangers of this illegal drug. AbstrakTingkat penyalahgunaan narkoba telah meresahkan Semua pihak Karena dapat merusak jiwa raga Hubungan sosial dan masa depan bangsa . Sekalipun demikian masih banyak yang belum perhatian terhadap masalah ini mungkin belum memahami masalah multidimensi yang ditimbulkan oleh narkoba mulai dari bahaya ketagihan obat, putus sekolah, hancurnya hubungan social, keretakan rumah tangga hingga kejahatan berat yang masuk dalam hukum pidana. Pengabdian masyarakat ini menjelaskan tentang bahaya yang diakibatkan penyalahgunaan narkoba.  Diharapannya setelah pengabdian masyarakat ini remaja GPI Batu Aji Centre turut memberikan penjelasan kepada teman atau lingkungannya akan bahaya narkoba sehingga semua keluarga sehat, sejahtera terhindar dari bahaya obat terlarang ini. Kata kunci: Penyuluhan, Mengantisipasi, Penyalahgunaan Narkoba, remaja, Gereja Pentakosta Indonesia.
Kesetaraan dan Keadilan Gender dalam Bingkai Teologi Hospitalitas Pentakostal Nunuk Rinukti; Harls Evan R. Siahaan; Agustin Soewitomo Putri
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.711

Abstract

Abstract. This manuscript is a study considering to the phenomenon of gender discrimination that still occurs in Christianity. The purpose of this study was to construct the idea of gender equality and justice within the framework of Pentecostal Hospitality Theology. The method used in this research was descriptive analysis and constructive argumentative using literature data related to Hospitality Theology, especially, the Pentecostalism’s response to the issue of gender equality and justice. As a result, Hospitality Theology is a theological construction that expresses openness to all differences equally and fairly. In conclusion, Pentecostal Hospitality Theology cannot be separated from the event of the outpouring of the Holy Spirit. It departs from the narrative virtues of the early church which welcomed different and foreign identities in equality and justice.Abstrak. Naskah ini merupakan sebuah kajian yang memperhatikan fenomena diskriminasi gender yang masih terjadi di kekristenan. Tujuan kajian ini adalah mengonstruksi ide kesetaraan dan keadilan gender dalam bingkai Teologi Hospitalitas Pentakostal. Metode dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan argumentatif konstruktif dengan menggunakan data literatur yang terkait dengan Teologi Hospitalitas, khususnya sikap Pentakostalisme terhadap isu kesetaraan dan keadilan gender. Hasilnya, Teologi Hospitalitas merupakan konstruksi teologis yang mengekspresikan keterbukaan pada segala perbedaan secara setara dan berkeadilan. Sebagai kesimpulan, Teologi Hospitalitas Pentakostal tidak dapat dilepaskan dari peristiwa pencurahan Roh Kudus dan berangkat dari virtue naratif jemaat mula-mula yang menyambut identitas berbeda dan asing dalam kesetaraan dan keadilan.
Menilik Prinsip Penatalayanan Manusia Terhadap Alam Berdasarkan Kejadian 1:26-28 Agustin Soewitomo Putri; Joko Sembodo; Yusak Sigit Prabowo
DUNAMIS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristiani Vol 6, No 2 (2022): April 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Intheos Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30648/dun.v6i2.648

Abstract

Abstract. The aim of this article is to review the stewardship’s role of humans towards nature in relation to their nature as Imago Dei. This study was conducted by word study approach to the text of Genesis 1:26-28. The text is usually understood to place humans as rulers over all of God's creation, which in turn justifies humans’ tyranny towards all of God's creation. Through this study, it was found that human nature as the image and likeness of God should lead humans to a friendly attitude towards the environment, as God who is always cares to all of His creations.Abstrak. Tujuan artikel ini adalah untuk meninjau kembali peran penatalayanan manusia terhadap alam terkait dengan hakikatnya sebagai Imago Dei. Kajian ini menggunakan pendekatan studi kata atas teks Kejadian 1:26-28. Teks tersebut kerap kali dipahami menempatkan manusia sebagai penguasa atas ciptaan Allah yang lainnya, yang pada gilirannya membenarkan sikap sewenang-wenang manusia terhadap ciptaan Tuhan yang lainnya. Melalui studi ini diperoleh hasil bahwa hakikat manusia sebagai gambar dan rupa Allah seharusnya membawa manusia pada sikap yang ramah terhadap lingkungan, sebagaimana Allah yang juga memelihara semua ciptaan-Nya.
Kemerdekaan Menurut Roma 6:1-14 dan Penerapannya bagi Generasi Z Monika Tuan; Joseph Christ Santo; Agustin Soewitomo Putri
Teokristi: Jurnal Teologi Kontekstual dan Pelayanan Kristiani Vol 2, No 1 (2022): Mei 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (441.78 KB)

Abstract

Independence is a person's freedom against something that makes him feel oppressed, shackled and even bound to a forced rule. Christians who live in sin are slaves to sin. Man's attachment to sin makes his life without freedom in life. Generation Z is a generation that lives in a world where everything is instantaneous, has great innovation and creativity, even this generation can make their own money. The application of freedom according to Romans 6:1-14 in generation Z is important. By using a hermeneutic approach and linking the meaning of freedom according to Romans 6:1-14 with generation Z, the researchers came to the conclusion that generation Z needs to understand that they have been baptized into Christ, need to crucify the old man, should not commit themselves to sin, and must live for God. in Christ Jesus.Kemerdekaan merupakan kebebasan seseorang terhadap sesuatu yang membuat dirinya merasa tertindas, terbelenggu bahkan terikat akan suatu aturan yang dipaksakan. Orang Kristen yang hidup di dalam dosa adalah budak dosa. Keterikatan manusia akan dosa membuat hidupnya tidak memiliki kebebasan dalam hidup. Generasi Z adalah generasi yang hidup di dalam dunia yang serba ada yang tersedia segala sesuatunya yang instan, memiliki inovasi dan kreativitas yang hebat, bahkan generasi ini dapat menghasilkan uang sendiri. Penerapan kemerdekaan menurut Roma 6:1-14 pada generasi Z merupakan hal yang penting. Dengan menggunakan pendekatan hermeneutik dan menghubungkan makna kemerdekaan menurut Roma 6:1-14 dengan generasi Z, peneliti sampai pada kesimpulan bahwa generasi Z perlu memahami telah dibaptis dalam Kristus, perlu menyalibkan manusia lama, tidak boleh menghambakan diri pada dosa, dan harus hidup bagi Allah dalam Kristus Yesus.