Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search
Journal : Dialog

Ethics Of Responsibilities According To Emmanuel Levinas And Its Implications For Interfaith Dialogue: Christian Perspectives Yohanes Krismantyo Susanta; Yeremia Yordani Putra; Ivan Christian
Jurnal Dialog Vol 43 No 2 (2020): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v43i2.389

Abstract

Based on the literature study, this paper reveals that the ethical concept of Emmanuel Levinas’s responsibility has implications in the context of interfaith dialogue. By carrying out the theory of responsibility, which is based on authentic friendship, interfaith dialogue is not just a formality but is evidently a part of daily life. The results of this study indicate that a human being has never had a single, complete identity. Having known the multifaceted realm of one’s own identity, it seems that we tend to assume that “there are strangers” who dwell within us. Therefore we are invited to treat others as fellow human beings for the sake of God’s pleasure as He is the Creator of this life. Dengan menggunakan studi pustaka, tulisan ini menunjukkan bahwa konsep etika tanggung jawab Emmanuel Levinas memiliki implikasi dalam konteks dialog antaragama. Dengan mengusung teori tanggung jawab yang dilandasi oleh persahabatan yang otentik, dialog antariman tak hanya sekadar formalitas tetapi sungguh-sungguh menjadi bagian dari hidup keseharian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa seorang tidak pernah memiliki sebuah identitas tunggal di dalam dirinya. Dengan mengakui kemajemukan identitas yang ada pada diri, kita dipanggil untuk mengaku bahwa di dalam diri kita terdapat pula “wajah orang asing.” Itulah sebabnya sebagai pribadi kita diundang untuk memperlakukan “yang lain” sebagai sesama dan memperlakukan orang lain itu seolah-olah kita melakukannya untuk Tuhan, Sang Pencipta.
From Debate to Dialogue: Authentic Interfaith Friendship from The Perspective of Christian Theology Yohanes Krismantyo Susanta; Febriani Upa
Jurnal Dialog Vol 44 No 1 (2021): Dialog
Publisher : Sekretariat Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama RI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47655/dialog.v44i1.408

Abstract

This study is qualitative which employs literature reviews of materials discussing multifaith dialogues from the Christian perspectives. It believes that multifaith debate is already out-of-date and rather counterproductive. This study is to demonstrate the importance of dialogues among different faiths to foster interfaith brotherhood. It found that Christian theological attitudes towards other religions can be categorized into three major types known as tripolar typologies: exclusivism, inclusivism, and pluralism which was developed by Alan Race. This paper proposes an interfaith friendship dialogue based on mutual understanding as the essence of Christian existence. Truly authentic dialogue is only possible if it is established in friendly relationships between faiths. Metode penelitian dalam tulisan ini ialah kualitatif. Secara khusus, penelitian ini menggunakan studi pustaka dengan memanfaatkan sejumlah literatur yang mengulas tentang dialog antariman dan teori persahabatan dari perspektif Kristen. Perdebatan antaragama adalah sesuatu yang usang karena hanya akan semakin menumbuhkan benih-benih kebencian dan bersifat kontraproduktif. Signifikansi dari penelitian ini ialah guna memperlihatkan pentingnya dialog untuk menjembatani perbedaan dan memupuk persaudaraan antariman. Penelitian ini memperlihatkan bahwa sikap teologis Kristen terhadap agama lain dikelompokkan ke dalam tiga bagian besar yang dikenal dengan tipologi tripolar, yaitu eksklusivisme, inklusivisme, dan pluralisme. Teori tipologi tripolar ini dikembangkan oleh Alan Race. Tulisan ini juga menunjukkan bahwa diperlukan pendekatan dialog yang melampaui tipologi tripolar tersebut. Tulisan ini mengusulkan dialog persahabatan antariman dengan dasar pemahaman bahwa dialog antariman merupakan hakikat keberadaan Kristen. Dialog yang benar-benar autentik hanya mungkin terjadi jika terbangun dalam relasi persahabatan antariman.