Claim Missing Document
Check
Articles

Found 13 Documents
Search

GAMBARAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI (ILO) PASCA BEDAH ABDOMEN DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Azis, Sepriani indriati; Ompusunggu, P.M.T. Mangalindung; Irawiraman, Hadi
Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam Vol 8 No 1 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Mahakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36998/jkmm.v8i1.68

Abstract

Infeksi luka operasi (ILO) adalah infeksi pada bagian tubuh yang terpapar oleh ahli bedah saat prosedur invasive. ILO merupakan salah satu infeksi nosokomial yang paling umum dan paling dapat dicegah diantara infeksi nosokomial lainnya, namun kejadian infeksi luka operasi terutama pada bedah abdomen masih menunjukkan beban yang signifikan. Faktor resiko infeksi luka operasi meliputi usia tua, jenis luka operasi, penyakit penyerta seperti diabetes mellitus, pemberian antibiotik profilaksis yang tidak adekuat, status gizi pasien seperti obesitas dan malnutrisi serta durasi operasi yang panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kejadian infeksi luka operasi pasca bedah abdomen di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif laboratorik. Data penelitian diambil dari swab luka operasi dan data rekam medik pada 40 pasien pasca bedah abdomen yang melakukan pergantian perban pertama kali serta memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Hasil penelitian menunjukkan 30 orang (75%) pasien mendapatkan infeksi luka operasi. Mayoritas pasien terinfeksi berusia diatas 40 tahun, yaitu pada 15 pasien (37,5%). Sebagian besar pasien terinfeksi mendapatkan luka bersih terkontaminasi, yaitu 23 pasien (57,5%). Mayoritas pasien terinfeksi yaitu 27 pasien (67,5%) tidak memiliki penyakit penyerta. Bakteri gram positif, yaitu Staphylococcus epidermidis merupakan bakteri penginfeksi terbanyak yang teridentifikasi pada 10 orang (33,3%) pasien. Seluruh pasien terinfeksi, yaitu 30 pasien (75%) mendapatkan antibiotik profilaksis. Mayoritas pasien terinfeksi memiliki status gizi normal, yaitu 17 orang (42,5%), dan kejadian infeksi lebih banyak terjadi pada pasien dengan durasi <120 menit, yaitu 20 orang (50%) pasien. Kata Kunci : Infeksi Luka Operasi, ILO, Bedah Abdomen, Faktor Resiko Infeksi Luka Operasi Surgical site infection (SSI) is an infection at the part of the body that was exposed by a surgeon during an invasive procedure. SSI is one of the most common and most preventable nosocomial infection among other nosocomial infections, but the incidence of surgical site infections especially in abdominal surgery still shows a significant burden. Risk factors of surgical site infections include old age, type of surgical wound, comorbidities such as diabetes mellitus, inadequate prophylactic antibiotics, nutritional statuses such as obesity and malnutrition and long duration of surgery. This study aimed to explain an overview of the incidence of postoperative abdominal wound infection in Abdul Wahab Sjahranie General Hospital, Samarinda. This research method was a laboratory descriptive study. The research data was taken from surgical wound swabs and medical record data of 40 post-abdominal surgery patients who made the bandage changes for the first time and met the inclusion and exclusion criteria. The results showed 30 patients (75%) had surgical site infections. The highest percentage of infected patients aged over 40 years, i.e. in 15 people (37.5%). Most of the infected patients had clean contaminated wounds, i.e. in 23 patients (57.5%). The majority of infected patients did not have concomitant diseases, i.e. 27 people (67.5%). Gram-positive bacteria, specifically Staphylococcus epidermidis was the most infectious bacteria identified in 10 patients (33.3%). All infected patients, i.e. 30 patients (75%) received prophylactic antibiotics. The highest frequencies of infected patients had normal nutritional status, i.e.17 patients(42.5%), and the incidence of infection was more common in patients with duration <120 minutes, i.e. 20 patients (50%). Keywords : Surgical Site Infection, SSI, Abdominal Surgery, Risk Factors
Gambaran Usia dan Stadium Klinis Pasien Kanker Payudara yang dilakukan Pemeriksaan Imunohistokimia di Rumah Sakit Abdul Wahab Sjahranie pada Tahun 2018 Yulianto, Ade Yusuf; Irawiraman, Hadi; Ompusunggu, P.M.T. Mangalindung
Jurnal Kebidanan Mutiara Mahakam Vol 8 No 2 (2020)
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Mutiara Mahakam

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36998/jkmm.v8i2.106

Abstract

ABSTRACKBreast cancer still occupies the highest incidence of all types of malignancies in women. Based on data recorded at Abdul Wahab Sjahrenie Hospital, 200 new cases are found each year. Immunohistochemical profile examination has been used extensively as a basis for classifying breast cancer molecularly. Expression of hormone receptors (ER, PR) and HER-2 found in immunohistochemical examinations are useful for determining therapeutic options that fit the patient's needs. The purpose of this descriptive study was to determine the characteristics of the immunohistochemical profile of breast cancer patients in Abdul Wahab Sjahranie Regional Hospital Samarinda in the January-December 2018 period based on age and clinical stage that had been examined by immunohistochemical examination including the expression of ER PR, Ki-67 and HER2. Method: This study used a cross-sectional descriptive study design by taking secondary data from breast cancer patients who had performed immunohistochemical examinations at Abdul Wahab Sjahranie Regional Hospital Samarinda in the January 2018 - December 2018 period. From 479 breast cancer patients came to Abdul Wahab Regional Hospital Sjahranie Samarinda, only 177 (37.18%) patients did immunohistochemical examinations. Most patients aged 40-49 were 65 patients (36.7%) had breast cancer, the highest clinical stage IIIB with 92 cases (52%), the Ki-67 with severe highest interpretation, range> 30% with 73 patients (41.2%), more positive ER than negative, in 93 patients (52.5%), while negative examination results 84 patients (47.5%). PR is the same as ER, which is 96 patients (54.2%), while negative examination results are 81 patients (45.8%). Most HER-2 results were negative, in 109 patients (61.6%). In this study the highest number of cases of breast cancer patients ranged between the ages of 40-49 years and at least aged 70 years and above. The clinical stage is most often found in stage IIIB (advanced). Ki-67 examination was found most frequently in severe interpretations. Examination of estrogen receptors is found to be most widely in positive interpretation. Positive progesterone tests to be most widely than negative examinations. Her-2 examination was found to be most widely in negative interpretation Keywords: Immunohistochemical examination, Hormone receptors, HER-2, Clinical Stadium
HUBUNGAN ANTARA KADAR CARCINOEMBRYONIC ANTIGEN (CEA) DENGAN SUBTIPE HISTOLOGI KANKER PARU DI RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA Muhammad Imaduddin Nur Ichsan; Rahmat Bakhtiar; Emil Bachtiar Moerad; Hadi Irawiraman
Jurnal Kedokteran Mulawarman Vol 7, No 3 (2020): Jurnal Kedokteran Mulawarman
Publisher : Fakultas Kedokteran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30872/j.ked.mulawarman.v7i3.4313

Abstract

Kanker paru merupakan penyakit utama keganasan dan memiliki jumlah kematian terbesar di dunia. Kanker paru dibagi menjadi dua kelompok, yakni small cell lung cancer (SCLC) dan non-small cell lung cancer (NSCLC). NSCLC memiliki jenis antara lain adenocarcinoma, squamous cell carcinoma, dan large cell carcinoma. Penggunaan CEA (carcinoembryonic antigen) sebagai penunjang diagnosis non-invasif dapat digunakan untuk skrining kanker, prognostik dan indikator prediktif terapi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui apakah terdapat hubungan kadar CEA sebelum dilakukan terapi dengan subtipe histologi kanker paru di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Penelitian cross sectional dilakukan pada 114 pasien kanker paru yang didiagnosis dengan pemeriksaan patologi anatomi. Kadar kuantitatif CEA  dan subtipe kanker paru merupakan variabel penelitian. Data dianalisis secara univariat dan bivariat dengan fisher exact test. Subtipe terbanyak adalah non-small cell lung cancer (NSCLC) dengan jenis adenocarcinoma, dan kadar CEA ≥5ng/dl lebih banyak ditemukan. Stadium IV paling sering ditemukan saat terdiagnosis. Komplikasi terbanyak adalah efusi pleura. Analisis hubungan kadar CEA dengan subtipe histologi kanker paru menunjukkan p-value sebesar 0,439 (α> 0,05). Terdapat hubungan kadar kuantitatif CEA penderita kanker paru sebelum dilakukan terapi dengan subtipe histologi kanker paru di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Analisis Rentang Waktu Pemeriksaan Penderita Kanker Payudara di Pelayanan Kesehatan Samarinda Widia Rahmadhani; Rahmat Bakhtiar; Eko Nugroho; Hadi Irawiraman; Krispinus Duma
Jurnal Kesehatan Andalas Vol 8, No 4 (2019): Online December 2019
Publisher : Fakultas Kedokteran, Universitas Andalas

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25077/jka.v8i4.1143

Abstract

AbstrakKanker payudara merupakan penyebab kematian nomor satu akibat kanker dan tingginya angka kematian akibat kanker payudara disebabkan karena banyak penderita kanker payudara yang terdiagnosis saat stadium lanjut. Hal ini disebabkan oleh keterlambatan penderita kanker payudara melakukan pemeriksaan di pelayanan kesehatan. Banyak faktor risiko yang berperan dalam mempengaruhi rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan. Tujuan: Mengidentifikasi hubungan faktor-faktor yang terkait dengan rentang waktu pemeriksaan kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik cross-sectional terhadap 46 penderita kanker payudara di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Analisis data menggunakan uji Chi-square dan uji Fisher. Hasil: Terdapat hubungan antara usia dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,022) dan Pemeriksaan Payudara Sendiri (SADARI) dengan rentang waktu pemeriksaan (p=0,000). Faktor risiko lain yang tidak berhubungan adalah keluhan awal, riwayat keluarga kanker payudara, faktor ekonomi, dan pengobatan alternatif. Simpulan: Terdapat hubungan antara usia dan SADARI dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda dan tidak terdapat hubungan antara faktor risiko yang lain dengan rentang waktu pemeriksaan penderita kanker payudara di pelayanan kesehatan Samarinda. 
Usia dan Paritas Tidak Berhubungan dengan Ekspresi Estrogen Reseptor (ER) dan Progesteron Reseptor (PR) pada Kanker Payudara Invasif No Special Type (NST) di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda: Age and Parity Are Not Related with Estrogen Receptor (ER) and Progesterone Receptor (PR) Expression in Invasive Breast Cancer of No Special Type (NST) at Abdul Wahab Sjahranie Hospital, Samarinda Fauziah Putri Chatamy; Nurul Hasanah; Hadi Irawiraman
Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.) Vol. 4 No. 2 (2022): Jurnal Sains dan Kesehatan (J. Sains Kes.)
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (268.92 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v4i2.868

Abstract

Kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemui pada perempuan serta menjadi salah satu penyebab morbiditas dan mortalitas pada perempuan di seluruh dunia. Di Indonesia pada tahun 2020 terdapat kurang lebih 65.000 kasus baru, dengan perkiraan jumlah kasus dalam 5 tahun terakhir sejumlah 200.000 kasus. Status reseptor hormonal Estrogen Receptor (ER) dan Progesterone Receptor (PR) dipakai sebagai standar dalam menentukan prognosis dan prediksi terhadap respon dari suatu modalitas terapi tertentu pada kanker payudara invasif NST melalui pemeriksaan imunohistokimia. Faktor risiko terkait hormon yang mempengaruhi paparan estrogen dan progesteron diduga berkaitan dengan kanker payudara yang mengekspresikan ER/PR positif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan usia dan paritas dengan ekspresi ER/PR pada kanker payudara invasif NST. Penelitian ini merupakan studi analitik cross sectional dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari 82 sampel kanker payudara invasif NST di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode 2019-2020 dengan teknik purposive sampling. Analisis hubungan pada semua variabel menghasilkan nilai p>0,05. Hubungan antara usia dan paritas dengan ekspresi ER/PR menghasilkan nilai p secara berurutan 0,344 dan 0,977. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara usia dan paritas dengan ekspresi ER/PR pada kanker payudara invasif NST di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Uji Aktivitas Trakeospasmolitik Ekstrak Etanol Centella asiatica (L.) Urb. pada Organ Terpisah Trakea Marmut untuk Melihat Efek Antiasma Emil Bachtiar Moerad; Swandari Paramita; Abdillah Iskandar; Sjarif Ismail; Moriko Pratiningrum; Hadi Irawiraman
Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry Vol. 4 No. 2 (2017): Journal of Tropical Pharmacy and Chemistry
Publisher : Faculty of Pharmacy, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia, 75117, Gedung Administrasi Fakultas Farmasi Jl. Penajam, Kampus UNMUL Gunung Kelua, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.429 KB) | DOI: 10.25026/jtpc.v4i2.139

Abstract

Asma merupakan penyakit inflamasi kronik saluran nafas yang ditandai dengan terjadinya hiperesponsif saluran nafas dan penyempitan saluran nafas secara reversibel. Asma hingga kini masih merupakan masalah kesehatan utama di dunia. Pemberian obat-obatan anti asma merupakan penatalaksanaan penyakit tersebut. Namun demikian terdapat masalah efek samping obat dan masalah biaya yang dikeluarkan untuk pembelian obat tersebut, apalagi asma merupakan penyakit kronis yang memerlukan pengobatan jangka panjang. Dengan demikian maka perlu pengembangan obat antiasma berbasis tumbuhan obat dengan biaya yang lebih terjangkau dan efek samping yang lebih sedikit. Penelitian ini dilakukan untuk menguji potensi ekstrak etanol Centella asiatica (L.) Urb. yang secara tradisional digunakan etnis Dayak sebagai obat batuk. Penelitian ini dilakukan untuk melihat aktivitas trakeospasmolitik ekstrak etanol C. asiatica pada organ terpisah trakea marmut untuk melihat efek antiasma. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak C. asiatica memiliki aktivitas trakeospasmolitik yang signifikan jika dibandingkan dengan kontrol negatif. Meskipun nilai E maks C. asiatica lebih rendah daripada aminofilin, namun nilai EC50 tidak jauh berbeda dengan aminofilin sebagai kontrol positif. Kesimpulan penelitian ini adalah ekstrak etanol C. asiatica memiliki efek antiasma berdasarkan aktivitas trakeospasmolitiknya. Kata kunci: Centella asiatica, spasmolitik, organ terpisah trakea
Hubungan Usia dengan Kadar Prostate Specific Antigen pada Penderita Benign Prostatic Hyperplasia di Laboratorium Patologi Anatomi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda Ilham Akbar Choirul Umam; Hadi Irawiraman; Endang Sawitri
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 2 No. 4 (2020): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (639.492 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v2i4.224

Abstract

Abstract Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) is a disorder of stromal cell hyperplasia and prostatic gland epithelial cells which is still a disease in the field of urology with the second highest morbidity rate in Indonesia. Many factors affect the occurrence of BPH, one of them is PSA level. The higher the PSA level, the faster the prostate growth rate. PSA levels increase with age. The purpose of this study was to determine the relationship of age with PSA levels. This study was an observational analytic study with a cross-sectional approach. Data regarding age variables and PSA levels of patients were taken from medical records. The results showed the average age of patients was 63.62 years and the average PSA level of patients was 12.65 ng / ml. There was a significant relationship between age and PSA levels (p=0.049). Keywords : Age, Prostate Specific Antigen Levels, Benign Prostatic Hyperplasia Abstrak Benign Prostatic Hyperplasia (BPH) merupakan kelainan hiperplasia sel stroma dan sel epitel kelenjar prostat yang masih menjadi penyakit di bidang urologi dengan angka kesakitan tertinggi kedua di Indonesia. Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya BPH salah satunya adalah kadar PSA. Semakin tinggi kadar PSA maka semakin cepat laju pertumbuhan prostat. Kadar PSA meningkat sebanding dengan pertambahan usia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan usia pasien dengan kadar PSA. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross-sectional. Data mengenai variabel usia dan kadar PSA pasien diambil dari rekam medis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata usia pasien adalah 63,62 tahun dan rata-rata kadar PSA pasien didapatkan 12,65 ng/ml. Terdapat hubungan bermakna antara usia dan kadar PSA (p=0,049). Kata Kunci: usia, kadar Prostate Specific Antigen, Benign Prostatic Hyperplasia
Perbandingan Kualitas Hidup Antara Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang Menjalani Terapi CAPD dengan Hemodialisis di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda: Comparison of Quality of Life Between Chronic Kidney Disease Patients Undergoing CAPD Therapy with Hemodialysis at Abdul Wahab Sjahranie Hospital Samarinda Dipo Try Harto Nusantara; Hadi Irawiraman; Nirapambudi Devianto
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 3 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (242.834 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i3.299

Abstract

Abstrak Penyakit Ginjal Kronik (PGK) adalah suatu keadaan klinis ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang terjadi secara progresif lambat dan bersifat irreversible. Ginjal pasien PGK stadium 5 tidak berfungsi bak sehingga membutuhkan terapi pengganti ginjal (TPG) untuk bertahan hidup. Modalitas terapi pengganti ginjal adalah hemodialisis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) dan transplantasi ginjal. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kualitas hidup antara pasien PGK dengan CAPD dan PGK dengan HD di Unit Dialisis RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda agar mengetahui terapi mana yang lebih menguntungkan terhadap kualitas hidup pasien PGK. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional dengan responden yang memenuhi kriteria inklusi. Pengumpulan data menggunakan kuesioner KDQOL SF 36. Uji normalitas data menggunakan uji Shapiro-Wilk dan Independent t-test digunakan untuk uji hipotesis. Pasien dengan kualitas hidup yang baik pada dengan CAPD yaitu sebanyak 13 orang (48,14%) sedangkan pada pasien PGK dengan HD yang mengalami kualitas hidup yang baik sebanyak 0 orang (0%). Uji Independent t-test menunjukkan nilai p adalah 0,000 (p<0,05), maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan bermakna perbandingan kualitas hidup pasien dengan CAPD dan kualitas hidup pasien dengan HD dengan perbandingan 13:0 yang mana lebih banyak didapatkan kualitas hidup yang baik pada pasien CAPD di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Kata Kunci: Kualitas Hidup, Continous Peritoneal Ambulatory Dialysis, Hemodialisis Abstract Chronic Kidney Disease (CKD) is a clinical condition characterized by a decline in kidney function that occurs progressively slow and is irreversible. The kidney of patients with stage 5 CKD cannot function properly so it requires kidney replacement therapy to keep them alive. There are three substitute modalities for kidney therapy, namely hemodialysis (HD), Continuous Ambulatory Peritoneal Dialysis (CAPD) and kidney transplantation. This study aims to compare the quality of life between CKD patients with CAPD and CKD patients with HD in the Dialysis Unit of RSUD Abdul Wahab Sjahranie. This study was an observational analytic study with a cross sectional approach in which the researcher made observations or measurements at one particular time during the study with respondents who filled the inclusion criteria aimed at identifying differences in the quality of life of patients with stage 5 CKD undergoing hemodialysis therapy and CAPD therapy at RSUD Abdul Wahab Sjahranie. Data were collected from the KDQOL SFTM questionnaire 36. Data normality was tested using the Shapiro-Wilk test and Independent t-test was used to test the hypothesis. There were 13 CKD patients (48.14%) with good quality of life undergoing CAPD, while in CKD patients undergoing HD, there were 14 people (51,86%) who experienced a sufficient quality of. Independent t-test shows the p value is 0,000 (p<0,05), it can be concluded that there is a comparison of the quality of life between patients undergoing CAPD and patients undergoing HD in RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda. Key Words: Quality of Life, Continous Peritoneal Ambulatory Dialysis, Hemodyalisis
Pengaruh Konsumsi Pisang Ambon (Musa paradisiaca) terhadap Penurunan Tekanan Darah Penderita Hipertensi di Puskesmas Bontang Selatan: Effect of Ambon Banana (Musa paradisiaca) Consumption on Decreasing Blood Pressure of Hypertension Patients in Bontang Selatan Health Center Muhammad Rizky Ramadhan; Yuliana Rahmah Retnaningrum; Yudanti Riastiti; Yadi Yadi; Hadi Irawiraman
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (150.034 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i2.394

Abstract

ABSTRAKHipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang disebabkan peningkatan curah jantung dan resistensi perifer pembuluh darah. Hipertensi dapat diobati dengan obat-obatan dan konsumsi buah serta sayur terutama buah yang mengandung kalium seperti pisang ambon. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi pisang ambon dalam membantu terapi penurunan tekanan darah pada penderita hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Bontang Selatan. Metode yang digunakan adalah quasy experimental dengan desain non-equivalent control group. Sampel pada penelitian ini sebanyak 15 penderita hipertensi yang memenuhi kriteria inklusi. Analisis data menggunakan uji Paired T-Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, Mann-Whitney dan Kruskal-Wallis. Hasil analisis univariat menunjukkan rata-rata tekanan darah kelompok kontrol sebelum perlakuan 152/92 mmHg dan setelah perlakuan 149,33/92 mmHg dibandingkan rata-rata tekanan darah kelompok perlakuan sebelum perlakuan 152/88,67 mmHg dan setelah perlakuan 137,33/84 mmHg. Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak terdapat pengaruh variabel kelompok kontrol pada tekanan darah sistolik ataupun diastolik penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Selatan serta terdapat pengaruh variabel kelompok perlakuan pada tekanan darah sistolik ataupun diastolik penderita hipertensi di Puskesmas Bontang Selatan. Kata Kunci: Hipertensi, Pisang ambon ABSTRACTHypertension is an increase in blood pressure caused by increased cardiac bulk and peripheral resistance of blood vessels. Hypertension can be treated with medications and consumption of fruits and vegetables, especially potassium-containing fruits such as ambon bananas. This study aims to find out the influence of banana consumption in helping blood pressure reduction therapy in hypertension patients in the working area of Puskesmas Bontang Selatan. The method used is quasy experimental with non-equivalent control group design. Samples in this study as many as 15 hypertension patients who met the inclusion criteria. Data analysis using Paired T-Test, Wilcoxon Signed Ranks Test, Mann-Whitney and Kruskal-Wallis. Univariate analysis results showed the average blood pressure of the control group before treatment was 152/92 mmHg and after treatment 149.33/92 mmHg compared to the average blood pressure of the treatment group before treatment of 152/88.67 mmHg and after treatment of 137.33/84 mmHg. The results of bivariate analysis showed that there was no influence of variable control group on systolic or diastolic blood pressure of hypertension patients in South Bontang Health Center and there was a variable influence of treatment group on systolic or diastolic blood pressure of hypertension patients at the South Bontang Health Center. Keywords: Hypertension, Ambon banana
Profil Hematologi Pasien Malaria Rawat Inap di RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser Periode Januari 2015-Maret 2018: Hematological Profile of Inpatient Malaria Patients at RSUD Panglima Sebaya, Kabupaten Paser, January 2015-March 2018 Annisa Salsabila; Carta A. Gunawan; Hadi Irawiraman
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.204 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i4.535

Abstract

Malaria merupakan penyakit menular tropis yang disebabkan oleh Plasmodium yang terdapat pada nyamuk Anopheles betina. Pada infeksi malaria dapat menyebabkan perubahan hematologi. Tujuan: Untuk mengetahui profil hematologi pasien malaria rawat inap di RSUD Panglima Sebaya Kabupaten Paser periode Januari 2015-Maret 2018. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif observasional dengan metode cross-sectional. Data berasal dari rekam medik 120 pasien malaria dengan teknik purposive sampling. Hasil: Angka kejadian malaria tahun 2015 sebanyak 37 pasien (31%), tahun 2016 sebanyak 40 pasien (33%), tahun 2017 sebanyak 30 pasien (25%) dan Januari-Maret 2018 sebanyak 13 pasien (11%). Pasien malaria banyak terjadi pada jenis kelamin laki-laki sebesar 105 pasien (87,5%) dan usia 15-64 tahun sebesar 112 pasien (93,3%). Sebanyak 64 pasien (53,3%) terinfeksi Plasmodium falciparum, 53 pasien (44,2%) terinfeksi Plasmodium vivax, dan 3 pasien (2,5%) terinfeksi mixed infection. Pada profil hematologi menunjukkan 63 pasien (52,5%) memiliki kadar hemoglobin normal, 105 pasien (87,5%) mengalami trombositopenia, dan 81 pasien (67,5%) memiliki jumlah leukosit normal. Kesimpulan: Kejadian malaria paling banyak tahun 2016, dominan pada laki-laki dan usia produktif, terinfeksi P. falciparum, dengan kadar hemoglobin dan jumlah leukosit normal, serta trombositopenia.