Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

STRATEGI PENGEMBANGAN PARIWISATA MELALUI DESA WISATA DI KABUPATEN TIMOR TENGAH SELATAN UNTUK MENINGKATKAN JUMLAH PERGERAKAN WISATAWAN Tandilino, Sari Bandaso
TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE Vol 2 No 1 (2019): Tourism: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE
Publisher : Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (364.785 KB) | DOI: 10.32511/tourism.v2i1.314

Abstract

Provinsi NTT memiliki 1.192 pulau yang tersebar di 22 kabupaten dan kota dan jumlah desa sebanyak 2.924 merupakan peluang dalam melakukan pengembangan pariwisata pedesaan. Visi dan misi pemerintah provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) menargetkan pada tahun 2018 memiliki 273 desa wisata yang tersebar di 22 kabupaten/kota .Hingga tahun 2013, NTT sudah memiliki 73 desa wisata, tetapi sesuai dengan program Gubernur NTT , jumlah desa wisata ini akan ditingkatkan menjadi 273 desa selama tahun 2013-2018 menuju pencapaian target menjadikan NTT salah satu destinasi pariwisata dunia 2018. Berdasarkan hasil perhitungan Importance-Performance Analysis maka dari tingkat kesesuaian diatas diperoleh nilai kesesuaian antara penilaian kepentingan dan harapan wisatawan terhadap kualitas obyek daerah tujuan wisata di Kecamatan Fatumnasi sebesar 77%. Hal ini berarti bahwa persepsi atau penilaian wisatawan termasuk dalam kriteria puas. Berdasarkan hasil diagram kartesius kondisi jalan berada dalam kuadran I , atraksi wisata alam, wisata budaya, buatan manusia , sarana transportasi , rambu lokasi wisata dan homestay dalam kuadran II , mutu pelayanan amenitas , tourist information center , dan kios souvenir berada kuadran III , dan atribut kelompok sadar wisata (Pokdarwis) berada dalam kuadran IV.
PENERAPAN COMMUNITY BASED TOURISM DI DESA WISATA LAMALERA B DALAM MENDUKUNG PARIWISATA ESTATE DI NUSA TENGGARA TIMUR Tandilino, Sari Bandaso; Meko, Pasifikus Mala
TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE Vol 3 No 1 (2020): Tourism: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE
Publisher : Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32511/tourism.v3i1.649

Abstract

Kabupaten Lembata memiliki potensi pariwisata yang cukup tinggi. Potensi pariwisata Lembata ibarat raksasa tidur yang belum dikelola secara optimal. Dunia sudah mengenal perburuan ikan paus (whale hunting) menjadi satu-satunya perburuan ikan paus yang masih dilakukan secara tradisional . Untuk itu pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur pada tahun 2019 telah menetapkan pembangunan pariwisata NTT sebagai prime mover perekonomian provinsi ini yang diimplementasikan dalam bentuk konsep pembangunan Pariwisata Estate yang pengembangannya difokuskan pada 7 (tujuh) destinasi desa wisata prioritas, dan salah satunya adalah Desa Lamalera B di Kabupaten Lembata dengan melibatkan masyarakat sebagai aktor utama nya . Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui model penerapan prinsip-prinsip community based tourism dalam pengembangan destinasi pariwisata estate di Desa Lamalera B. Penelitian ini menggunakan alat analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan indikator penerapan community based tourism yaitu Importance-Performance Analysis (IPA) dengan tujuan memetakan hubungan antara tingkat kepentingan dengan kinerja dari masing-masing atribut pengembangan community based tourism yang ditawarkan . Populasi dan sampel adalah wisatawan nusantara dan mancanegara, masyarakat, tokoh adat, tokoh agama, profesioanl , birokrat dengan teknik pengumpulan data primer dan sekunder menggunakan wawancara, kuesioner, observasi dan dokumentasi. Berdasarkan hasil perhitungan Importance-Performance Analysis diperoleh nilai kesesuaian antara penilaian kepentingan dan harapan masyarakat terhadap penerapan dimensi-dimensi CBT di Desa wisata Lamalera B sebesar 68%. Hal ini berarti bahwa penilaian masyarakat tersebut termasuk dalam kriteria cukup baik atau penerapan dimensi community nased tourism yang selama ini telah diterapkan di Desa Lamalera B termasuk kategori Cukup Baik sehingga tugas masyarakat dan Pemda Kabupaten Lembata serta Provinsi NTT untuk dapat meningkatkan implementasi dimensi CBT tersebut saat ini.
PENERAPAN Cleanliness, Health, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE) DALAM ERA NORMAL BARU PADA DESTINASI PARIWISATA KOTA KUPANG Tandilino, Sari Bandaso
TOURISM: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE Vol 3 No 2 (2020): Tourism: Jurnal Travel, Hospitality, Culture, Destination, and MICE
Publisher : Jurusan Pariwisata Politeknik Negeri Kupang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32511/tourism.v3i1.656

Abstract

Industri pariwisata menjadi salah satu sektor yang paling terdampak pandemi Covid-19. Karena terdampak paling awal, paling beresiko tinggi kerugiannya dan paling akhir pemulihannya. Sehingga Kota Kupang yang memiliki destinasi wisata alam, budaya dan buatan sebanyak 59 DTW juga mengalami dampak penurunan jumlah kunjungan wisatawan sebanyak 80%. padahal kontribusi sektor pariwisata terhadap PAD Kota Kupang sebesar 60% setiap tahun. Untuk itu menggairahkan kembali maka Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif telah mewajibkan semua industri pariwisata untuk menerapkan Protokol Cleanliness, Health, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui penerapan protokol CHSE di obyaek daerah tujuan wisata Kota Kupang dengan teknik pengumpulan data melalui kegiatan bimbingan teknis penerapan CHSE dengan membagikan kuesioner kepada 40 pengelola destinasi wisata sebagai responden dan mengolahnya menggunakan teknik analisa data kualitatif berupa penyajian dalam bentuk matriks, grafik, dan bagan. Berdasarkan hasil perhitungan Importance-Performance Analysis maka dari tingkat kesesuaian diatas diperoleh nilai kesesuaian antara penilaian kepentingan dan harapan pengelola destinasi pariwisata terhadap penerapan 148 item pelaksanaan protokol CHSE di Kota Kupang sebesar 75%. Hal ini berarti bahwa penilaian pengelola atau pemilik daya tarik wisata tersebut termasuk dalam kriteria Baik dalam penerapan Protokol Cleanliness, Healthy, Safety, & Environmental Sustainable (CHSE).