Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Analisis Kadar Magnesium dan Kalium pada Garam Rich Minerals Kartika, Ary Giri Dwi; Pratiwi, Wiwit Sri Werdi; Indriawati, Novi; Jayanthi, Onie Wiwid
Rekayasa Vol 12, No 1: April 2019
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (323.457 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v12i1.5094

Abstract

Pemenuhan sumber mineral dalam makanan yang seimbang mampu menunjang terca­painya kondisi tubuh yang sehat. Garam rich minerals selain digunakan sebagai bumbu dan penyedap makanan, merupakan salah satu sumber mineral yang dibutuhkan oleh tubuh. Kombinasi Ka­n­du­n­gan NaCl dan berbagai mineral lainnya yang tidak dihilangkan dalam proses produksi garam rich minerals mampu menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh demi memp­ertahankan komposisi keseluruhan fungsi tubuh. Pada penelitian ini, garam rich minerals dihasilkan dari proses penguapan air laut bebas kontaminasi dan tidak menghilangkan berbagai mineral lain­­­nya yang terkandung di dalam air laut. Setiap 1000 ml air laut yang direbus menghasilkan rata-rata 34 gram kristal garam. Data analisis kimia menunjukan kadar air sebesar 5%, NaCl sebesa­r 88% ; kalium sebesar 0.024% serta magnesium sebesar 0.476%. Dari data tersebut garam rich minerals memenuhi SNI syarat mutu garam gurih. Kata kunci: Garam, Rich Minerals, Magnesium, KaliumAnalysis of Magnesium and Potassium Content in Rich Minerals SaltABSTRACTThe Fulfillment of mineral resources in balanced food can support the achievement of a healthy body condition. Rich minerals salt is one of the sources of minerals needed by the body beside it being used as a food seasoning and flavoring. The combination of NaCl content and various other minerals that are not removed in the production process of rich minerals can maintain the electro­lyte balance in the body to maintain the overall composition of body functions. In this study, rich mineral salts were produced from contamination-free seawater evaporation processes and did not eliminate various other minerals contained in seawater. Every 1000 ml of boiled sea water produces an average of 34 grams of salt crystals. Chemical analysis data showed a wate­r content of 5%; NaCl 88%; potassium 0.024% and magnesium 0.476%. From that data, rich minera­ls salt fulfill savory salt quality requirements by SNI. Keywords : Salt, Rich Minerals, Magnesium, Potassium
Penapisan antibakteri pada Bakteri Simbion Sinularia sp terhadap Escherichia coli Kartika, Ary Giri Dwi
Rekayasa Vol 10, No 2: Oktober 2017
Publisher : Universitas Trunojoyo Madura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (381.697 KB) | DOI: 10.21107/rekayasa.v10i2.3609

Abstract

karang lunak) memiliki metabolit sekunder dengan konsentrasi yang rendah (10-6% dari berat basa invertebrata). Oleh karena itu dibutuhkan cara yang lebih konservatif dalam pemanfaatan metabolit sekunder untuk menjaga keseimbangan ekosistem.Tujuan dari penelitian ini adalah mengisolasi bakterisimbion Sinularia sp dan melakukan penapisan aktivitas antibakteri terhadap Escherichia coli. Isolasi bakteri simbion Sinularia sp dilakukan dengan menggunakan metode pengenceran dan sebar (spread). Purifikasi bakteri menggunakan metode streak, kemudian, uji antibakteri dilakukan dengan menggunakan metode overlay dan difusi agar. Sebanyak 5 isolat bakteri didapatkan dari hasil isoasi sampel. Hasil uji aktivitas antibakteri menunjukkan sebanyak 4 isolat (Isolat L2.2, L2.3, L2.4, dan L2.5) memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri Escherichia coli. Isolat L2.5 memiliki diameter zona hambat terbesar yaitu sebesar 2,207 ± 0,401 cm.Kata Kunci: Sinularia sp, Antibakteri, Escherichia coli, Gili Labak.Skrinning Antibacterial from Sinularia sp Symbiont Bacteria Againts Escherichia coliABSTRACTSeveral studies have shown that invertebrates (including soft corals) contain secondary metabolites in low concentration (10-6% by wet weight of invertebrate). Therefore a more conservative approach is needed in the utilization of secondary metabolites to maintain the balance of ecosystems. The purposes of this study was to isolate the bacterium Sinularia sp and to screen antibacterial activity against Escherichia coli. Isolation of the bacteria symbione of Sinularia sp was performed by dilution method and spread. Purification of bacteria was performed by streak metho then, antibacterial test was done by using overlay method and agar disk-diffusion. A total of 5 bacterial isolates were obtained from the result of the isoation of the sample. The result of antibacterial activity test showed 4 isolates (Isolates L2.2, L2.3, L2.4, and L2.5) had antibacterial activity against Escherichia coli. Isolates L2.5 has the largest inhibitory zone diameter of 2.207 ± 0.401 cm.Keywords: Sinularia sp, Antibactery, Escherichia coli, Gili Labak.
Produksi MgCl2 dari Bittern melalui Optimalisasi Pemisahan Ion Sulfat Menggunakan Reagen Kalsium Klorida Dihidrat Pratiwi, Wiwit Sri Werdi; Nuzula, Nike Ika; Suci, Desi Suryana; Kartika, Ary Giri Dwi; Effendy, Makhfud
977-2407769
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i2.30687

Abstract

Madura memberikan kontribusi terbesar terhadap produksi garam di Jawa Timur. Produksi garam menghasilkan limbah yang disebut bittern. Bittern merupakan air sisa kristalisasi garam yang berbentuk cairan dengan kadar kepekatan >29o Be dan memiliki kandungan utama berupa ion magnesium. Selama ini, hasil bittern dari tambak garam rakyat Kabupaten Pamekasan, Madura digunakan kembali untuk proses produksi garam, dimana kegiatan tersebut dapat menurunkan kualitas garam. Dalam skala industri, bittern dapat digunakan sebagai bahan baku magnesium, namun diperlukan suatu metode untuk memisahkan senyawa lainnya agar tidak mengganggu proses ekstraksi magnesium. Ion sulfat (SO₄²ˉ) merupakan ion terbanyak kedua yang terkandung dalam bittern, sehingga pemisahan ion sulfat merupakan suatu strategi untuk meningkatkan kualitas bittern sebagai bahan baku magnesium klorida. Pada penelitian ini, proses pemisahan ion sulfat menggunakan reagen kalsium klorida dihidrat (CaCl₂.2H₂O) yang ditambahkan pada bittern dengan perbandingan antara SO₄²ˉ dan CaCl₂.2H₂O yaitu P1 = 1:0,90 ; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa kandungan sulfat pada bittern yaitu 41257,14±757,14 mg/L. Kadar sulfat pada filtrat dengan perlakuan P₁ = 4,14±0,43 mg/L; P₂ = 5,38±0,22 mg/L; P₃ = 7,57±1,14 mg/L; P₄ = 6,57±0,57 mg/L; dan P₅ = 7,48±0,46 mg/L. Penambahan CaCl₂.2H₂O berpengaruh terhadap kadar sulfat pada bittern yang dapat dilihat dari hasil uji ANOVA.  Perlakuan optimal dari uji lanjut DNMR yaitu pada perlakuan ratio molar 1:0,9 dengan nilai rata-rata 4,1429 mg/L dimana dilihat dari rata-rata paling kecil dari perlakuan lainnya. Hasil penelitian ini menjadi penelitian dasar untuk melakukan optimasi ekstrak magnesium klorida dari bahan baku bittern. Madura provides the largest contribution to salt production in East Java. Salt production generates a waste called bittern. Bittern is the residual liquid of salt crystallization with a concentration of 29oBe and has the main content of magnesium ions. Unfortunately, bittern from the salt pond in Pamekasan Regency, Madura is reused for the salt production process, whereby this activity can reduce the quality of salt. On an industrial scale, bittern can be used as a raw material for magnesium, but a method is needed to separate other compounds so it does not interfere with the magnesium extraction process. Sulfate ion (SO₄²ˉ) is the second most abundant ion contained in bittern. Thus, the separation of sulfate ions is a strategy to improve the quality of bittern as a raw material for magnesium chloride. In this study, the separation process of sulfate ions using calcium chloride dihydrate reagent (CaCl₂.2H₂O) added to bittern with a ratio between SO₄²ˉ and CaCl₂.2H₂O, namely P1 = 1:0,90; P2= 1:0,95; P3 1:1; P4=1:1,05; dan P5= 1:1,1. Based on the research results, it can be concluded that the sulfate content in bittern is 41257.14 ± 757.14mg/L. Sulfate levels in the filtrate  were P₁ = 4.14±0.43 mg/L; P₂ = 5.38±0.22 mg/L; P₃ = 7.57±1.14mg/L; P₄ = 6.57±0.57mg/L; and P₅ = 7.48±0.46 mg/L.The addition of CaCl₂.2H₂O has an effect on the sulfate content of bittern which can be exhibited from the ANOVA test results. The optimal treatment of the DNMR test is the treatment of the molar ratio of 1: 0.9 with an average value of 4.1429 mg/L, which is referred from the smallest average of other treatments. The results of this study serve as basic research to optimize the extract of magnesium chloride from bittern as raw material.
Potensi dan Karakteristik Bakteri Simbion Karang Lunak Sinularia sp. sebagai Anti Bakteri Escherichia coli dari Perairan Pulau Gili Labak Madura Indonesia Asih, Eka Nurrahema Ning; Kartika, Ary Giri Dwi
Journal of Marine Research Vol 10, No 3 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i3.30689

Abstract

Gili Labak merupakan pulau kecil di Kabupaten Sumenep-Madura yang memiliki keanekaragaman karang lunak melimpah salah satunya Sinularia sp.. Beberapa studi literatur menyatakan bahwa Sinularia sp. memiliki berbagai jenis bakteri simbion yang berperan penting dalam siklus hidup karang lunak ini. Bakteri yang bersimbiosis dengan Sinularia sp. memiliki potensi besar sebagai agen anti bakteri khususnya bakteri gram negatif Escherichia coli. Identifikasi isolat bakteri yang bersimbiosis dengan Sinularia sp. ini merupakan alternatif upaya pemanfaatan sumberdaya karang lunak secara konservatif dan keberlanjutan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui potensi anti bakteri dan mengidentifikasi jenis bakteri simbion dari ekstrak karang lunak Sinularia Sp. yang berasal dari perairan Gili Labak Madura. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji zona hambat bakteri menggunakan overlay dan metode difusi dengan media ZoBell 2216E. Karakteristik molekuler sampel diamati menggunakan metode PCR 16s rDNA dengan ekstraksi DNA menggunakan Chelex 100 dan Primer amplifikasi PCR 27F dan 1492R. Pohon filogenetik dibangun dengan menggunakan aplikasi MEGA 6. Hasil penelitian diketahui dari 4 isolat bakteri (L2.2, L2.3, L2.4, dan L2.5), terdapat 1 isolat yang yang memiliki aktivitas antibakteri Escherichia coli kuat yaitu Isolat L2.5. Isolat L2.5 memiliki diameter zona hambat terbesar yaitu 2.207 ± 0.401 cm. Strain bakteri aktif di Isolat L2.5 adalah Virgibacillus marismortui dengan kemiripan urutan 100%. Hasil penelitian ini menjadi informasi awal yang dapat digunakan sebagai referensi untuk mengoptimalkan potensi pemanfaatan bakteri Virgibacillus marismortui di bidang bioteknologi laut khususnya industri farmasi di masa yang akan datang. Gili Labak is a small island in Madura district which has a diversity of soft coral Sinularia sp. Several literature studies state that Sinularia sp. has various types of symbiotic bacteria that play an important role in the life cycle of this soft coral. This symbiotic bacterium with Sinularia sp. has great potential as an antibacterial agent especially inhibiting of gram-negative bacteria Escherichia coli. Identification of bacterial isolates that are in symbiosis with Sinularia sp. is an alternative to conservative and sustainable use of soft coral resources. This study aims to determine the anti-bacterial potential and identify the type of bacteria from the soft coral extract of Sinularia sp. from the waters of Gili Labak-Madura. The method used in this research is bacterial inhibition zone test using overlay and diffusion methods with ZoBell 2216E media. Molecular characteristics of samples were observed using PCR 16s rDNA method with DNA extraction using Chelex 100 and PCR amplification primers 27F and 1492R. Phylogenetic trees were constructed using MEGA 6 application. The results showed that there were 4 isolates (L2.2, L2.3, L2.4, and L2.5), there was 1 isolate that had strong Escherichia coli antibacterial activity, namely Isolate L2.5. L2.5 isolate has the largest inhibitory zone diameter of 2.207 ± 0.401 cm. The active bacterial strain in the L2.5 isolate was Virgibacillus marismortui with 100% sequence similarity. The results of this study serve as initial information that can be used as a reference to optimize the potential utilization of Virgibacillus marismortui bacteria in marine biotechnology, especially the pharmaceutical industry in the future.
Parameter Lingkungan, Kadar Air dan NaCl Bunga Garam (Fleur De Sel) Mu’min, Bisri Khairul; Kartika, Ary Giri Dwi; Efendy, Makhfud
Journal of Marine Research Vol 10, No 4 (2021): Journal of Marine Research
Publisher : Departemen Ilmu Kelautan, Fakultas PerikanJurusan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14710/jmr.v10i4.32290

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui waktu, parameter lingkungan terbentuknya bunga garam, kadar air, kadar NaCl serta ukuran luas rata-rata kristal bunga garam.Penelitian dilakukan di meja kristalisasi dengan sistem katup PT. Anta Tirta Karisma, Sumenep. Parameter lingkungan yang terdiri dari kelembapan, suhu udara, suhu air, laju penguapan, kecepatan angin dan intensitas cahaya diukur tiap 6 jam. Analisa kadar NaCl dan air menggunakan SNI 8207-2016. Bunga garam pertama kali terbentuk di meja kristalisasi pada saat malam hari sekitar pukul 19.00 WIB - 01.00 WIB dan mengendap sekitar pukul 07.00 WIB pada derajat konsentrasi air laut antara yaitu 25oBe - 26 oBe.Rata-rata nilai parameter lingkungan selama hari pengamatan dalam proses pembentukan bunga garam (fleur de sel) diantaranya adalah kecepatan angin 2,56-2,58 knots dengan arah angin 115,71o (timur menenggara), kelembaban udara 70,33%-70,43%, intensitas cahaya matahari 6,47-10,47 Kj/m2, suhu air 34,8-36,18 oC, suhu udara 30,63-31,40oC, laju penguapan 0,4-2,6 mm/hari, dengan lama penyinaran matahari 9,27 jam perhari tanpa terjadi hujan (curah hujan = 0). Kadar air dan NaCl bunga garam masing-masing adala 4.2%-6.01% kadar air dan 88.92%-90.47%.  The purpose of this study was to determine the time, environmental parameters for the formation of salt flowers, water content, NaCl content and the average size of salt flower crystals. The research was carried out at the crystallizer with a tunnel system owned by PT. Anta Tirta Karisma, Sumenep. environmental parameters consisting of humidity, air temperature, water temperature, evaporation rate, wind speed and light intensity were measured every 6 hours. Analysis of NaCl and moisture content using SNI 8207-2016. The salt flowers first forms on the crystallizer at night around 19.00 WIB - 01.00 WIB and settles at around 07.00 WIB at a seawater density between 25oBe - 26oBe. The average value of environmental parameters during the day of observation in the flower formation process salt (fleur de sel) including wind speed 2.56-2.58 knots with wind direction 115.71o (east-southeast), air humidity 70.33%-70.43%, sunlight intensity 6.47-10, 47 Kj/m2, water temperature 34.8-36.18 oC, air temperature 30.63-31.40oC, evaporation rate 0.4-2.6 mm/day, with 9.27 hours of sunshine per day without any rain (rainfall = 0). The water content and NaCl of flower salt were 4.2%-6.01% water content and 88.92%-90.47%, respectively.