Claim Missing Document
Check
Articles

Found 21 Documents
Search

PKM Gerakan Literasi Keluarga (GLK) pada Ibu Rumah Tangga di Kampung KB Kelurahan Untia Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar sebagai Upaya Memutus Mata Rantai Penyebaran Virus Covid-19 Idham, Irwansyah Idrus; Sopian, Tamrin; Mauliadi, Ramli
Humanis Vol 19, No 2 (2020): Agustus 2020-Januari 2021
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v19i2.14997

Abstract

Rendahnya budaya literasi bangsa Indonesia berbanding lurus dengan tingginya angka kemiskinan, sehingga dibutuhkan upaya penanggulangan kemiskinan yang diimbangi dengan program penyadaran masyarakat, utamanya yang terkait dengan literasi. Salah satu upaya yang dilakukan pemerintah, melalui Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, adalah mencanangkan Gerakan Literasi Nasional (GLN) yaitu Gerakan Literasi Sekolah, Gerakan Literasi Masyarakat, dan Gerakan Literasi Keluarga. Sebagai bentuk dukungan Perguruan Tinggi terhadap GLN, maka dipandang perlu untuk membantu mensosialisasikannya kepada masyarakat. Gerakan Literasi Keluarga menjadi fokus kegiatan PKM, karena di tengah Pandemi CO VID-19 aktivitas anggota keluarga banyak dilakukan di lingkungan rumah tangga.
Pelatihan Literasi Digital pada Komunitas Mata Literasi bagi Pelajar dan Mahasiswa Kabupaten Gowa Irwansyah, Idham; Mario, Mario; Tamrin, Sopian
Humanis Vol 18, No 2 (2019): Agustus 2019-Januari 2020
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v18i2.11415

Abstract

Hoaks dan ujaran kebencian adalah satu kecenderungan masyarakat yang marak akhir-akhir ini. Fenomena ini bukan masalah sepele yang tidak perlu perhatian khusus. Ditengah arus akselerasi informasi penyebaran konten yang bisa memicu perdebatan bahkan pertetangan berkepanjangan. Kecenderungan ini menggambarkan suatu kondisi paradoks dimana manusia tiba diera informasi namun sekaigus gagap memahami informasi. Penyebaran berita bohong dan ujaran kebencian menjadi sala-satu indikator lemahnya tingkat literasi masyarakat. dari banyaknya data yang merilis hasil survey perihal tingkat minat baca; Indonesia selalu berada pada urutan terendah. Hal ini menjadi titik perhatian pemerintah dalam mendorong tumbuhnya kapasitas literasi masyarakat dengan berbagai varian program.Melalui latar problem diatas maka tim pengabdi UNM beruapaya mengambil peran produktif dengan melakukan pelatihan literasi digital. Mengandeng komunitas literasi mata literasi gowa tim pengabdian UNM berupaya menginisiasi dua kampanye utama. Pertama; bahwa penting membangun kesadaran literasi bagi kalangan muda khususnya pelajar dan mahasiswa. Kedua; Literasi digital melalui latihan keterampilan penggunaan teknologi informasi dengan tepat dan bermanfaat
Literasi Kebangsaan dalam Menangkal Fanatisme Kesukuan pada Organisasi Daerah Mahasiswa Bone Barat (IPMIBAR) Mario, Mario; Suhaeb, Firdaus; Tamrin, Sopian; Usman, Musrayani; Said, M Ridwan
Humanis Vol 20, No 1 (2021): Februari-Juli
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v20i1.21631

Abstract

Mencermati perkembangan sosial dalam konteks kebangsaan begitu banyak problem yang belum selesai. Sala-satunya adalah persoalan fanatisme kedaerahan. meskipun keterbukaan informasi dan teknologi mempermudah dalam proses kontak sosial. Namun ternayata tidak serta merta membangun relasi sosial yang iknlusif.Mahasiswa sebagai referesentasi kalangan muda intelek harusnya menjadi contoh perilaku di tengah masyarakat. Namun konflik di kalangan mahasiswa menjadi sangat disayangkan karena telah mencederai simbol masyarakat berpendidikan terutama mahasiswa yang aktif pada organisasi kedaerahan. Keberadaan organisasi daerah idealnya mewadahi putra – putri daerah dalam satu kelompok sekaligus menjadi ruang sosial untuk bersilaturahmi. Namun pada perkembangannya begitu banyak kasus perkelahian (konflik) ternyata melibatkan organisasi daerah. Berangkat dari fenomena tersebut sehingga mendorong tim PKM melakukan literasi kebangsaan pada sala-satu organisasi daerah.Mitra yang akan berkolaborasi dalam kegiatan ini adalah organisasi daerah mahasiswa bone barat yang bernama IPMIBAR. Melihat fanatisme sebagai problem akut yang seringkali melanda organisasi kedaerahan maka dilakukan upaya langkah edukatif melalui kegiatan literasi kebangsaan. Materi yang diturunkan yakni Pertama; Masyarakat multicultural, Kedua ; Peran Pemuda membangun masyarakat inklusif, Ketiga; Mahasiswa dan konflik sosial, Keempat ; Elaborasi kearifan dengan Pancasila, serta Kelima ; Literasi Kebangsaan.Melalui materi itu diharapka pelajar dan mahasiswa yang ada di IPMIBAR bisa memahami peran dalam konteks kehidupan berbangsan dannegara. Selain itu kegiatan ini juga diharapkan bisa mengikis fanatisme kesukuan yang melanda mahasiswa khususnya yang aktif di IPMIBAR. Sehingga setelah kegiatan ini terjadi perubahan cara pandang juga cara membangun relasi ditengah kehidupan kota yang plural.Abstract Observing social developments in the context of nationality, there are so many unfinished problems. The only one is the issue of regional fanaticism. although the disclosure of information and technology facilitates the process of social contact. However, it turns out that it does not necessarily build inclusive social relations. Students as a reference for young intellectuals should be an example of behavior in society. However, conflicts among students are very unfortunate because they have injured the symbols of the educated community, especially students who are active in regional organizations. The existence of regional organizations ideally accommodates regional sons and daughters in one group as well as being a social space to stay in touch. But in its development so many cases of fights (conflicts) turned out to involve regional organizations. Departing from this phenomenon, it encouraged the PKM team to carry out national literacy in one regional organization. The partner who will collaborate in this activity is the regional organization of West Bone students called IPMIBAR. Seeing fanaticism as an acute problem that often plagues regional organizations, educational steps are taken through national literacy activities. The materials that were passed down were First; Multicultural society, Second; The Role of Youth in building an inclusive society, Third; Students and social conflicts, Fourth ; Elaboration of wisdom with Pancasila, and Fifth; National Literacy. Through this material, it is hoped that students and students at IPMIBAR can understand the role in the context of the life of the nation and state. In addition, this activity is also expected to erode the tribal fanaticism that plagues students, especially those who are active in IPMIBAR. So that after this activity there was a change in perspective as well as how to build relationships in the midst of plural city life. 
TERRORISM HABITUS REPRODUCTION IN INDONESIA (STUDY OF PIERRE BORDIEU'S THOUGHT IN POTRAYING TERROR BEHAVIOR IN INDONESIA) sopian - tamrin; Idham Irwansyah; Mario Mario; Arisnawawi Arisnawawi
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Vol 10, No 2 (2021): Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Accredited 3 (SK Dirjen Ristek Dikti No. 158/E/KPT/
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas PGRI Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/mamangan.v10i2.4978

Abstract

The problem of terrorism in Indonesia is clearly troubling all circles to any social aspect. Efforts made by the government are still predominantly spontaneous and repressive. Besides, the explanation of social theory in explaining terror behavior in Indonesia is still not able to provide a broad and in-depth insight, so this problem has solved on the phenomena that appear on the surface only. Therefore, it is important to find a complex theoretical explanation that can be overcome to the root. The focus of the study is to analyze how the social reproduction of terror behavior in Indonesia with the perspective of Pierre Bourdieu. The descriptive method with a qualitative approach was used in this research. The method of data collection is done by using observation, interview and documentation techniques. The results of this study show that terror behavior in Indonesia is an inner thought that lasts for quite a long time. The practice of terror does not happen instantly due to a certain momentum reaction. The reproduction of the terror behavior practice indicates the existence of a well-maintained habitus in the community. Their struggle is also inseparable from the existence of social capital and economic capital for the actors. Religious tendencies are used as a media that is considered appropriate to perpetuate the socialization process.
Genealogy of Conflict among Bone and Luwu Students in Makassar City Sopian - Tamrin
Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Vol 11, No 1 (2022): Jurnal Ilmu Sosial Mamangan Accredited 3 (SK Dirjen Ristek Dikti No. 158/E/KPT/
Publisher : Laboratorium Program Studi Pendidikan Sosiologi, Universitas PGRI Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22202/mamangan.v11i1.5750

Abstract

The phenomenon of conflict among students that have occurred recently raises several questions. Is this conflict in accordance with the specific factors of each case or has certain socio-cultural roots. If that so, why do conflicts occur more often against certain areas. Why does the conflict always recur even though reconciliation has been carried out every time the conflict occurs. This research has some purposes: firstly, finding out the social and cultural roots of conflict among Bone and Luwu students. Secondly; finding how to handle regional conflicts among students. This research is descriptive qualitative by using knowledge geneaology approach from Michel Foucault. Research data obtained through observation, in-depth interviews and documentations. The results showed that a) the phenomenon of conflict among Bone and Luwu students had socio-cultural roots that were produced in the form of internal knowledge from generation to generation. The birth of the local organization of commissariat on campus marked a period of significant discontinuity producing inter-regional conflict. In addition, the functional of regional organizations as regeneration spaces that perpetuate fanaticism; b) regional organizations need to encourage an inclusive regeneration curriculum. In addition, it is very important to carry out social and spatial engineering that allows inclusive activities to live on campus by strengthening student institutions.
Youth Consumptive Behavior at the Matahari Mall in Palopo City Idham Irwansyah; Anastasia Astuti; Firdaus Suhaeb; Sopian Tamrin
Pinisi Business Administration Review Volume 1, Number 1, March 2019
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/pbar.v1i1.8838

Abstract

This study aims to determine the consumptive behavior of adolescents at the Matahari Mall. This type of research is qualitative research. The technique of collecting observations, interviews and documentation data with the number of informants was 10 people who were determined intentionally, with the criteria of mall sun visitor informants aged between 14 to 18 years. With descriptive qualitative data analysis techniques through stages of reduction, display and conclusion, the technique of validating data is data triangulation. The conclusions of the study are as follows: the city in Palopo emphasizes tertiary needs rather than primary needs. b. The existence of the Mall has had an influence on adolescents, especially in changing patterns of behavior and changing the lifestyle of adolescents and society. c. factors that influence adolescent consumptive behavior are cultural factors, economic factors, social status factors, product factors, lifestyle factors and personal factors.
Pelatihan Kepemimpinan Perempuan pada Komunitas Makassar Women Studies Sopian Tamrin; Idham Irwansyah; Firdaus W. Suhaeb; Riri Amandaria
Humanis Vol. 21, No. 1 Juni 2022
Publisher : Universitas Negeri Makassar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26858/humanis.v21i1.31591

Abstract

 Kesetaraan gender sebagai tujuan kelima pembangunan berkelanjutan telah ditentukan Perserikatan Bangsa-Bangsa melalaui laporan Voluntary National Review. Laporan rutin tersebut telah mencatat kemajuan setiap negara sebagai pencapaian SDGs yang kemudian sampaikan dalam forum politik tingkat tinggi Persatuan Bangsa-Bangsa. Rendahnya keterwakilan perempuan di ranah politik karena masih mengakar kuatnya budaya patriarki di sebagian besar masyarakat Indonesia. Cara pandang patriarki cenderung menempatkan perempuan di bawah kekuasaan laki-laki. Perempuan dicitrakan sekaligus diposisikan sebagai pihak yang tidak memiliki otonomi dan kemandirian di banyak aspek termasuk politik. Kehadiran perempuan di ranah politik praktis yang dibuktikan dengan keterwakilan perempuan di parlemen (afirmatif action) menjadi syarat mutlak bagi terciptanya budaya pengambilan kebijakan publik yang peka terhadap kepentingan perempuan. Minimnya keterwakilan perempuan di parlemen dalam jumlah yang memadai, kecenderungan untuk menempatkan kepentingan laki-laki sebagai pusat dari pengambilan kebijakan akan sulit dibendung. Itulah sebabnya upaya meningkatkan kapasitas kepemimpinan perempuan menjadi sebuah keharusan. Karena pada dasarnya pasrtisipasi perempuan yang diharapkan tidak sekedar soal jumlah tetapi tentu dibarengi dengan kualitas.. Abstract. Gender equality as the fifth goal of sustainable development has been determined by the United Nations through the Voluntary National Review report. These routine reports have recorded the progress of each country as the achievement of the SDGs which is then conveyed in the high-level political forum of the United Nations. The low representation of women in politics is due to the strong patriarchal culture in most Indonesian society. The patriarchal perspective tends to place women under the power of men. Women are imaged as well as positioned as parties who do not have autonomy and independence in many aspects, including politics. The presence of women in the realm of practical politics as evidenced by the representation of women in parliament (affirmative action) is an absolute requirement for the creation of a culture of public policy-making that is sensitive to women's interests. The lack of representation of women in parliament in sufficient numbers, the tendency to put men's interests at the center of policy making will be difficult to stem. That is why efforts to increase women's leadership capacity are a must. Because basically the expected participation of women is not only a matter of quantity but of course accompanied by quality.
Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Pada Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) Kabupaten Barru Sopian Tamrin; Rusdi Rusdi; Sulmiah Sulmiah
Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat SEMINAR NASIONAL 2021 : PROSIDING EDISI 1
Publisher : Seminar Nasional Pengabdian Kepada Masyarakat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (205.297 KB)

Abstract

Abstrak. Karya tulis ilmiah merupakan sarana guru untuk menuliskan gagasan yang ada dalam pikirannya, tulisan yang dihasilkan merupakan wujud intelektual diri dari seorang guru tersebut. Namun pada kenyataannya kemampuan guru dalam dalam menulis karya tulis ilmiah masih sangat terbatas, baik dari segi pengembangan ide maupun waktu. Selain itu kurangnya motivasi guru dan keterbatasan referensi yang up to date. Berdasarkan permasalahan yang dihadapi mitra maka  dilakukan  pelatihan karya tulis ilmiah yang meliputi : (1) Penentuan tema atau topik yang menarik, (2) Penulisan latar belakang dan penentuan masalah, (3) Penulisan kajian pustaka dan penentuan teori yang digunakan, (4) Penulisan metodologi penelitian, (5) Penulisan laporan penelitian dan penyajian data, (6) Penulisan pembahasan dan penarikan kesimpulan, (7) Pelatihan pengecekan plagiarism dengan menggunakan Turnitin atau Grammarly, (8) Melakukan sosialisasi situs web jurnal nasional terakreditasi SINTA dan Internasional terindeks SCOPUS yang bereputasi. Hasil Pengabdian Kemitraan ini  yaitu peserta pelatihan menghasilkan karya tulis yang minim plagiarism dan dapat dipublikasikan di jurnal lokal, nasional atau internasional yang bereputasi  Kata kunci: Karya Ilmiah, Guru, Pelatihan
PENGEMBANGAN MODAL SOSIAL MASYARAKAT DALAM MUWUJUDKAN PROGRAM MAKASSAR TIDAK RANTASA Hamsah Hamsah; Sopian Tamrin; Mansyur Achmad
Jurnal Neo Societal Vol 6, No 1 (2021): Edisi Januari
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (313.525 KB) | DOI: 10.52423/jns.v6i1.16290

Abstract

Program Makassar tidak Rantasa sebagai suatu inovasi dan solusi dalam menangani permasalahan kebersihan yang ada yang ada di Kota Makassar. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui nilai-nilai modal sosial masyarakat di Kecamatan Mariso dalam mendukung program Makassar tidak rantasa. Metode dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Proses pengumpulan data dengan teknik wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Data diperoleh dari informan yang terdiri dari unsur pemerintah kota, kecamatan, keluarahan, agen pembaharu tokoh masyarakat dan masyarakat biasa. Hasil penelitian menujukkan modal sosial masyarakat dalam program tersebut dengan partisipasi mereka dalam kegiatan bergotong-royong dalam menjaga kebersihan dan senantiasa berpegang pada nilai-nilai sipakatu (Saling memanusiakan), sipakainge (Saling mengingatkan)  dan sipakalebbi (Saling menghargai).
NILAI PRIMORDIAL DALAM SOLIDARITAS KOMUNITAS PETANI PENGGARAP Sopian Tamrin; Sumitro Sumitro; Hamsah Hamsah
Jurnal Neo Societal Vol 6, No 1 (2021): Edisi Januari
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (284.115 KB) | DOI: 10.52423/jns.v6i1.16291

Abstract

Penelitian tentang nilai-nilai primordial yang ada dalam komunitas petani penggarap asal Bima di desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa bertujuan untuk menjelaskan proses transformasi nilai-nilai primordial tersebut menjadi solidaritas sosial pada komunitas petani penggarap di Desa Serading. Jenis penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan desain etnografi. Tempat penelitian di Desa Serading Kecamatan Moyo Hilir Kabupeten Sumbawa. Waktu penelitian mulai bulan januari sampai Mei 2020. Subjek penelitian komunitas petani penggarap asal Bima yang bekerja di lokasi penelitian. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi, wawancara dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi sumber. Teknik analisis data dengan pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan kesimpulan. Hasil temuan menunjukkan adanya solidaritas sosial mekanik maupun organik pada komunitas petani penggarap di Desa Serading. solidaritas sosial tersebut berupa 1. nilai nilai budaya masyarakat Bima yang menjadi identitas kelompoknya. 2. Loyalitas komunitas petani penggarap. 3. Konsep kerja gotong royong yang di praktekan oleh komunitas petani penggarap. Solidaritas petani penggarap tersebut ditransformasikan dari nilai-nilai primordial masyarakat Bima. Transformasi nilai primordial tersebut terbentuk dari apa yang disebut Durkheim sebagai collective consciosness/conscience (kesadaran kolektif/ kesadaran bersama) dari para petani penggarap yang sama-sama berasal dari suku yang sama (solidaritas organik) dan profesi yang sama (solidaritas mekanik).