Claim Missing Document
Check
Articles

Found 27 Documents
Search

Architecture Design in Energy Usage Efficiency Effort Frysa Wiriantari; Arya Bagus Mahadwijati Wijaatmaja
Journal of Sustainable Development Science Vol 2 No 2 (2020)
Publisher : Dwijendra University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.537 KB) | DOI: 10.46650/jsds.2.2.1013.46-52

Abstract

The current world condition where the availability of energy especially non-renewable energy is running low, we are required to be able to use available energy efficiently and as economically as possible. Amid the not yet socialized use of alternative energy, these demands are mandatory. One key to saving energy is the use of electrical energy to meet the needs of lighting and air conditioning. Some ways that can be done to save energy are through the management of utility systems, user behavior and consistency of knowledge related to energy-efficient buildings. Some of the principles used in energy-efficient development are minimizing fuel, adjusting to the surrounding climate conditions, using appropriate materials, while still providing comfort to the user. The method used in this research is a qualitative descriptive method focusing on efforts to minimize energy use in buildings.
Karakteristik Permukiman Kumuh Di Pesanggaran Denpasar Ditinjau Dari Fisik Bangunan Hunian Frysa Wiriantari
Jurnal Ilmiah Vastuwidya Vol 5, No 2 (2022)
Publisher : Universitas Mahendradatta Denpasar

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47532/jiv.v5i2.667

Abstract

Permukiman kumuh Pesanggaran adalah salah satu dari sepuluh kawasan permukiman kumuh yang ada di Kota Denpasar. Permukiman ini terletak dekat dengan jalan arteri kota dan juga dekat dengan lokasi tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung. Sebagian besar penguninya bergerak di sektor informal. Data dari BPN menunjukkan bahwa lahan dimana lokasi permukiman ini berada berstatus tanah tanpa kepemilikan dan penggunaan kosong. Penelitian ini bertujuan untuk memahami karakteristik pemukiman kumuh Pesanggaran, dimana dalam penelitian ini akan dibahas hal hal yang berkaitan dengan bangunan fisik dari permukiman tersebut beserta sarana dan prasarana yang terdapat di dalamnya. Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dan data yang diperoleh merupakan hasil observasi lapangan dan wawancara. Data sekunder berupa data litelatur terkait dengan topik penelitian juga menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari penelitian ini. Hasil penelitian bahwa permukiman didominasi oleh bangunan semi permanen dengan penggunaan bahan bekas sebagai bahan bangunan khususnya bangunan hunian. Kondisi sarana prasana yang minim dan akses jalan dan drainase memerlukan penataan lebih lanjut. Penghawaan dan pencahayaan yang minim perlu perhatian lebih lanjut untuk mencegah timbulnya penyakit bagi penghuni dan lingkungan. Diperlukannya peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk meremajakan kembali kawasan ini dan menyediakan sarana prasaran minimal penunjang kehidupan penghuninya.
PERAN ARSITEKTUR DALAM PENGEMBANGAN PASAR TRADISIONAL ANYAR SARI PASCA KEBAKARAN DI ERA PASAR MODERN arfendi Hambabandju; Bayu Pratama; Arliansyah Pratama; Frysa Wiriantari
Jurnal Anala Vol 11 No 1 (2023): Jurnal Anala
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.11.1.1395.1-8

Abstract

Resiliensi merupakan bentukan yang lebih baru dan kompleks dari kata keberlanjutan dimana resiliensi menekankan tidak hanya pada kontinuitas, namun juga kemampuan arsitektur tersebut untuk kembali bangkit setelah menghadapi gangguan yang merusak. Perkembangan pasar modern yang dimonopoli swasta tumbuh subur hampir diseluruh wilayah Indonesia. Pertumbuhannya yang begitu masif nyaris melumpuhkan eksistensi pasar tradisional tempat bergantung hidup kebanyakan masyarakat kelas bawah. Kondisi pasar tradisional yang bertolak belakang dengan pasar modern baik fisik maupun manajemennya adalah salah satu faktor penyebab ketertinggalannya. Namun perbaikan fisik saja seperti yang dilakukan pemerintah melalui progam revitalisasi pasar dirasa kurang berdampak signifikan. Maka diperlukan konsep baru untuk meningkatkan daya saingnya, dalam hal ini ada pasar wisata. Pengembangan pasar tradisional Anyar Sari menjadi destinasi wisata kreatif diharap mampu meningkatkan daya saing yang nantinya tidak hanya menyasar masyarakat lokal namun juga wisatawan dari luar daerah. Penerapan arsitektur tropis pada bangunan serta bentuk yang modern minimalis namun tidak meninggalkan unsur tradisi yang merupakan ciri khasnya akan menambah daya tarik pasar ini. Konsep wisata kreatif juga akan meningkatkan kualitas pengunjung pasar yang semula hanya sekedar buying product menjadi buying experince dan wawasan,. Serta melalui konsep ini pula diharapkan mampu menaikkan perekonomian masyarakat lokal melalui track-track wisata lanjutan ke daerah penghasil komoditasnya yang dimulai dari pasar Anyar Sari. Resilience is a newer and more complex form of the word sustainability where resilience emphasizes not only continuity, but also the ability of the architecture to bounce back after facing destructive disturbances. The development of the modern market monopolized private sectors, has flourished in most areas of Indonesia. It grows massively and almost takes over the existence of traditional markets where is filled most of the small medium entrepreneurs or traders. The contrast distinction in physical and management between the traditional and modern markets, are one of the factors creating the gap. However, physical improvements of market buildings done by the government through revitalization program have yet to create significant impact. Then a new strategy is needed to increase the competitiveness and decrease the gap, in this case there is a tourist market. The development of the traditional Anyar Sari market to be a creative tourist destination for local and foreign tourists are expected to increase competitiveness. Applying tropical architecture, minimalist or modern style, and considering the elements of tradition can create attractiveness of this market building. And moreover, the concept of creative tourism can add value and the quality of tourism destination for end-users not only to buy tourism product but also the experience. Through this new development of the iconic market along with creating other tourism spots and tracks inside the region can raise the economy of the local community.
KONSEP PERANCANGAN PUSAT PELATIHAN URBAN FARMING DI KABUPATEN BADUNG Ni Putu Kinsa Destias Wirawan; Frysa Wiriantari; Anak Agung Ayu Sri Ratih Yulianasari
Jurnal Teknik Gradien Vol 14 No 02 (2022): JURNAL TEKNIK GRADIEN
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknikgradien.v14i02.934

Abstract

Urban farming merupakan salah satu usaha di bidang pertanian yang cukup banyak dilakukan di perkotaan dengan memanfaatkan lahan lahan terbuka di sekitar masyarakat. Metode pertanian ini cocok karena tidak diperlukan area yang luas dan dapat dilakukan tanpa media tanah. Salah satu metode urban farming yang banyak diminati oleh masyarakat, yaitu metode hidroponik atau penanaman tanpa menggunakan media tumbuh dari tanah. Metode pertanian hidroponik menggunakan lahan lebih efesien dan memiliki manfaat bagi lingkungan seperti, mampu mengurangi polusi udara, menjadikan udara lebih sejuk dan mampu meningkatkan kadar oksigen O2 di udara. Selain pengembangan teknologi pertanian metode hidroponik, budidaya ikan lele dengan metode bioflok, budidaya maggot dan pengolahan sampah atau limbah organik menjadi eco-enzyme juga menjadi tren baru yang diminati oleh masyarakat. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini dipilih dengan tujuan untuk dapat menjelaskan dan menjawab secara lebih rinci permasalahan yang akan diteliti. Metode penarikan kesimpulan menggunakan metode induktif dengan melihat hal-hal khusus kemudian menarik sebuah kesimpulan baru yang lebih umum. Pusat Pelatihan Urban farming di Kabupaten Badung mengambil konsep edukasi dan wisata dengan tema Green Architecture seperti penggunaan bahan material ramah lingkungan, penggunaan energi terbarukan, tampilan fasad bangunan menggunakan material alam dengan penambahan vegetasi disekitarnya dan konservasi penggunaan air seperti pengolahan kembali limbah air pada bangunan. Bangunan Pusat Pelatihan Urban farming di Kabupaten Badung diharapkan tidak hanya bermanfaat bagi civitas didalamnya tetapi mampu bermanfaat terhadap lingkungan disekitarnya.
Etika Profesi dan Profesionalisme Bagi Arsitek dalam Berkarya Frysa Wiriantari
Jurnal Anala Vol 9 No 1 (2021)
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.9.1.1050.23-28

Abstract

Perkembangan dunia rancang bangun, mensyaratkan bagi para arsitek untuk terus berkompetisi dengan tetap berlandaskan etika dan kode etik professional. Ditengah tuntutan kepentingan berbagai pihak arsitek harus tetap berjalan di aturan dan tetap memberikan “kepuasa” secara maksimal bagi semua pihak. Penelitian ini bertujua untuk memberikan pemahaman bagaimana etika profesi Arsitek harus tetap bisa diakui dalam gelanggang pembangunan yang penuh kepentingan. Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan data skunder berupa melalui studi litelatur. Dari hasil penelitian didapatkan bahwa etika berprofesi akan sangat tergantung dari penilaian subjektif masing masing individu. Etika akan memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap profesi dan apa yang telah arsitek lakukan. Menjaga moral sebagai seorang arsitek untuk tetap diakui oleh masyarakat adalah bagian dari etika yang harus dipertahankan. Dan dalam perspektif etika profesi, arsitek diminta untuk bisa bersikap menghindari konflik kepentingan. Ketika, nilai-nilai yang menjadi dasar bagi para pelaku pembangunan berbeda-beda, maka etika menjadi relatif.
POTENSI DESA “PENGEMIS” MUNTI GUNUNG MENJADI DESA WISATA Ni Putu Tustiari; Frysa Wiriantari; Arya Bagus Mahadwijati Wijaatmaja
Jurnal Anala Vol 10 No 2 (2022)
Publisher : Universitas Dwijendra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.46650/anala.10.2.1322.42-49

Abstract

Banjar Munti Gunung yang terletak di Desa Tianyar Barat, Kecamatan Kubu, Karangasem, Provinsi Bali tidak asing di telinga masyarakat Pulau Dewata. Banjar ini dikenal sebagai salah satu daerah dimana gelandangan dan pengemis berasal. Minimnya tingkat ekonomi dan terbatasnya pemahaman akan pentingnya pendidikan berdampak pada rendahnya Pendidikan masyarakat. Masyarakat memilih untuk tetap melakukan kebiasaan lama yakni menjadi gepeng daripada memanfaatkan potensi yang ada di desanya. Penelitian ini menggunakan sumber data berupa data sekunder berupa studi litelatur dan data sekunder pendukung lainnya. Metode penelitian menggunakan deskriptif kualitatif yang diharapkan mampu menjelaskan mengenai potensi Desa Munti Gunung sebagai Desa Wisata. Beberaoa perkebunan yang ada di desa ini dapat diolah menjadi salah satu daya tarik wisata pertanian dan hasil yang diperoleh dari perkebunan itu dapat juga diolah menjadi barang atau benda yang memiliki nilai ekonomi lebih tinggi. Banjar Munti Gunung which is located in Tianyar Barat Village, Kubu District, Karangasem, Bali Province is no stranger to the people of the Island of the Gods. Banjar is known as one of the areas where homeless and beggars come from. The lack of economic level and limited understanding of the importance of education have an impact on the low level of public education. The community chooses to keep doing the old habit of being flat rather than taking advantage of the potential that exists in their village. This study uses data sources in the form of secondary data in the form of literature studies and other supporting secondary data. The research method uses descriptive qualitative which is expected to be able to explain the potential of Munti Gunung Village as a Tourism Village.Several plantations in this village can be processed into one of the agricultural tourist attractions and the results obtained from the plantation can also be processed into goods or objects that have a higher economic value
PENGGUNAAN KAYU SEBAGAI SECONDARY SKIN PADA BANGUNAN, SALAH SATU UPAYA MEWUJUDKAN ARSITEKTUR HIJAU Frysa Wiriantari
Jurnal Teknik Gradien Vol 15 No 02 (2023): JURNAL TEKNIK GRADIEN
Publisher : Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ngurah Rai

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.47329/teknik_gradien.v15i02.1100

Abstract

The benefits of using wood as a building material have long been felt. In recent times wood has developed into an architectural and aesthetic material, including as the secondary skin building. The wood fiber structure and durability as well as the ability of wood to maintain thermal conditions in the building it houses are one of the factors that strengthen the choice of wood. This research aims to find out the concept of using wood to fulfill its function as a secondary skin building, what factors should be taken into account in strengthening its function and aesthetics and whether there are other materials that can be used along with the advantages and disadvantages of each material.This research uses a qualitative descriptive approach which focuses on problems based on conditions in the field. The data in this research was obtained through observation, interviews with related parties and also literature studies on similar research.The research results found that the use of wood as secondary building must fulfill the concept of function, namely as a filter for heat, light intensity and noise. An aesthetic concept that improves the visual quality of the building but still provides comfort for users, in harmony with the environment and the concept of efficiency both in economic value and maintenance.