Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Top-Down and Bottom-Up Method on Measuring CO2 Emission from Road-Based Transportation System (Case Study: Entire Fuel Consumption, Bus Rapid Transit, and Highway in Jakarta, Indonesia) Adhi, Rizky Pratama
Jurnal Teknologi Lingkungan Vol. 19 No. 2 (2018)
Publisher : Center for Environmental Technology - Agency for Assessment and Application of Technology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (344.061 KB) | DOI: 10.29122/jtl.v19i2.2840

Abstract

ABSTRAKSistem transportasi darat berbasis jalan di Jakarta memberikan kontribusi tertinggi dalam inventarisasi emisi CO2 DKI Jakarta sebesar 45% dengan jumlah 19,61 juta ton CO2 pada tahun 2005. Meskipun ada beberapa strategi pada berbagai peraturan, kebijakan, dan kegiatan yang mengarah pada pengurangan emisi CO2, tata kelola hal-hal tersebut terpecah dalam hal mendefinisikan metode yang dapat diandalkan dalam mengukur emisi CO2 dari sektor transportasi berbasis jalan darat. Pendekatan top-down yang digunakan pada tahun 2005 tampaknya tidak valid untuk digunakan pada masa mendatang. Sementara itu, menggunakan metode yang sama pada tahun 2015, emisi CO2 meningkat 270% dan mencapai hampir 50 juta ton CO2. Karena data jarak tempuh kendaraan (VKT) tidak memadai, tesis ini memperkirakan emisi CO2 dari 379 km jalan di Jakarta, yang terdiri dari 139 km jalan tol dan 240 km jalur BRT, menghasilkan sebanyak 15,21 juta ton CO2 pada tahun 2015. Perhitungan ini hanya mencakup 6% dari total jalan di Jakarta. Meskipun, hal ini hanya bagian integral dari seluruh perhitungan emisi CO2 dari transportasi darat, jumlah ini mencapai 30% dari hasil top-down. Penulis juga melakukan studi banding dengan Beijing dan New Delhi. Indonesia tertinggal di belakang Cina dan India dalam menerapkan standar emisi kendaraan. Dalam mengembangkan metode yang tepat pada perhitungan emisi CO2 sektor transportasi berbasis jalan darat; data yang memadai harus sering direkap. Beijing dan New Delhi berada di garis terdepan dalam hal data VKT, sementara Jakarta masih dianggap menggunakan data konsumsi bahan bakar (pendekatan top-down).Kata Kunci: transportasi darat, emisi CO2, konsumsi bahan bakar, jarak tempuh kendaraan (VKT)ABSTRACTThe road-based transportation system in Jakarta contributed the highest rank on the inventory of city's CO2 emission as much as 45% with the amount of 19.61 million ton CO2 in 2005. Although there were some ample strategies on the various regulations, policies, and projects that led to a reduction of CO2 emission, the governance of those plans are scattered in term of defining the reliable method on measuring traffic-related CO2 emission. The top-down approach that utilise in 2005 seemed not valid to be used in the future. Meanwhile, using the same method in 2015, the traffic-related CO2 emission increased 270% and reached almost 50 million tons CO2. Due to the inadequate vehicle kilometer travelled (VKT) data, this thesis estimates the CO2 emission from 379 km roads in Jakarta, consisting of 139 km of highway and 240 km of BRT lanes, resulted as much as 15.21 million tons CO2 in 2015. This calculation only covers 6% of the total road in Jakarta. Although, it is only an integral part of the whole CO2 emission inventory form road-based transportation, this number reaches 30% from the top-down result. The author also did the comparative study with Beijing and New Delhi. Indonesia is lagging behind China and India in implementing the vehicle emission standards. In develop precise method on traffic-related CO2 emission; the adequate data should be recorded frequently. Beijing and New Delhi are in the forefront in term of VKT data, while Jakarta still deemed to utilise the gasoline consumption data (top-down approach).Keywords: road-based transportation system, CO2 emission, gasoline consumption, vehicle kilometer travelled (VKT)   
KONSEP GREEN CITY DALAM MENDUKUNG PENATAAN DESA WARLOKA KECAMATAN KOMODO KABUPATEN MANGGARAI BARAT, NTT MENGGUNAKAN TOOLS GREEN MAP Saraswati, adinda Arimbi; Kusmayanti, Januarta Dwi; Darmawan, Dwi Aji; Adhi, Rizky Pratama; Rini, Saraswati Diah; Anindyajati, Reba
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Konsep Green City atau Kota Hijau adalah konsep pembangunan perkotaan yang mengedepankan aspek keberlanjutan. Penempatan pembangunan berkelanjutan sebagai prinsip dasar kota hijau, dengan delapan (8) atribut yang dapat diterapkan keseluruhan atau sebagian dalam pengembangannya yaitu Green Water, Green Waste, Green Energy, Green Transportation, Green Open Space, Green Community, Green Planning and Design and Green Building. Potensi dan masalah yang ada dikaitkan dengan konsep Green City melalui penggunaan tools berupa Green Map untuk melihat bagaimana konsep ini dapat berperan dalam mendukung penataan desa Warloka sebagai kawasan yang akan dikembangkan terutama sebagai daerah tujuan wisata. Besarnya peluang pengembangan desa Warloka sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Labuan Bajo memerlukan dukungan pembangunan dan penataan sehingga tidak menimbulkan permasalahan lingkungan. Dengan kondisi tersebut perlu dilakukan identifikasi potensi dan masalah yang terdapat di desa Warloka yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan rencana pembangunan wilayah.
KAJIAN LINGKUNGAN PENGEMBANGAN PRODUKSI GARAM INDUSTRI DI INDONESIA Dewanti, Dian Purwitasari; Arifudin; Adhi, Rizky Pratama; Saraswati, adinda Arimbi; Sumbogo, Sri Djangkung; Prayitno, Joko; Susanto, Arif Dwi
Jurnal Rekayasa Lingkungan Vol. 14 No. 2 (2021): JURNAL REKAYASA LINGKUNGAN
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Garam industri sangat dibutuhkan sebagai bahan baku di indutri farmasi, kimia, tekstil, makanan, danla in-lain. Berdasarkan data tahun 2019, Indonesia masih mengimpor garam industri sebesar 2 juta ton per tahun. Sentra produksi garam di Indonesia yang sebagian besar merupakan garam rakyat dengan kadar NaCl di bawah standar kebutuhan industri. Oleh karenanya, diperlukan sebuah pengembangan produksi garam industri dari garam rakyat dengan kualitas akhir yang memenuhi standar kebutuhan industri. Terdapat berbagai teknologi untuk mendapatkan garam industri dari garam rakyat diantaranya adalah dengan pemurnian menggunakan air tua yaitu larutan garam murni jenuh yang akan mengikat pengotor dalam kristal garam sehingga akan didapatkan garam dengan kemurnian tinggi yang memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Dalam pelaksanaannya, proses produksi garam industri tersebut akan berpotensi menyebabkan perubahan suatu lingkungan di sekitarnya sehingga perlu dilakukan sebuah studi untuk menganalisis dampak lingkungan yang mungkin ditimbulkan dari proses produksi tersebut. Paper ini akan menjelaskan hal-hal yang berpotensi menimbulkan dampak terhadap lingkungan dari sebuah proses pemurnian garam rakyat menjadi garam industri. Analisis mencakup potensi dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah dan produk samping yang berupa padatan, cairan, dan gas.