p-Index From 2019 - 2024
0.408
P-Index
This Author published in this journals
All Journal jurnal niara
Subeqi, Aning Tri
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

STRATEGI PENGUATAN MODAL SOSIAL DALAM PELAKSANAAN PROGRAM KAMPUNG KB DI KABUPATEN PELALAWAN DAN KOTA PEKANBARU PROVINSI RIAU Meilani, Nur Laila; Wicaksono, Baskoro; Lilestina, Sri; Subeqi, Aning Tri
Jurnal Niara Vol. 12 No. 1 (2019)
Publisher : FAKULTAS ILMU ADMINISTRASI UNIVERSITAS LANCANG KUNING

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (325.773 KB) | DOI: 10.31849/nia.v12i1.2148

Abstract

Fakta bahwa Kampung KB mengalami “mati suri” pasca pencanangan menjadi sebuah hal yang tidak terbantahkan. Disisi lain, hasil kajian Meilani dkk (2017) menemukan bahwa sesungguhnya masyarakat sangat menunggu adanya follow up yang lebih nyata dan tentunya periodik dalam rangka pelaksanaan Kampung KB. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi dan menganalisis existing condition modal sosial dalam pelaksanaan Program Kampung KB di Provinsi Riau. Secara konseptual, modal sosial diderivasi ke dalam 4 (emapat) aspek, yaitu nilai dan norma/NN, trust and resiprocity/TRC, informasi/INF, dan networking/NW. Data dikumpulkan melalui observasi dan indepth interview. Informan terdiri dari : (a) Pengurus Kampung KB, (b) Tokoh agama dan tokoh masyarakat di Kampung KB, dan (c) Lurah/Kepala Desa. Analisis data kualitatif dilakukan dengan model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran individu yang membawa semangat altruisme dan keikhlasan untuk terus menghidupkan Kampung KB nyatanya sangat menentukan keaktifan dari Kampung KB tersebut. Selain itu, secara kualitatif juga teridentifikasi bahwa bukan tentang hubungan kekeluargaan ataupun ada atau tidak anggaran yang menentukan keaktifan Kampung KB, melainkan kesadaran kolektif (collective consciousness) yang sesungguhnya menjadi denyut nadi Kampung KB, baik di perkotaan maupun pedesaan. Namun sayangnya, sampai dengan sekarang ini belum terbangun proses institusionalisme terhadap collective consiousness tersebut. Bahkan pada level tertentu, kegiatan dan tindakan dari pemerintah (pusat/provinsi/kabupaten) justru bersifat mereduksi keberadaan collective consciousness tersebut.