Ihsani, Sri Indah
Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Jakarta, Indonesia

Published : 10 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 10 Documents
Search

Physical Activity Level Mapping of Senior High School Students in West Java Tommy Apriantono; Apriantono, Tommy; Indria Herman; Herman, Indria; Hasan, Muhamad Fahmi; Juniarsyah, Agung Dwi; Ihsani, Sri Indah; Hidayat, Iwa Ikhwan
JURNAL PENDIDIKAN JASMANI DAN OLAHRAGA Vol 5, No 1 (2020): Improving Physical Education to Promote Healthy Growth
Publisher : Universitas Pendidikan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (923.038 KB) | DOI: 10.17509/jpjo.v5i1.20673

Abstract

Early physical activity habit plays an important role in building a healthy lifestyle and the degree of fitness in the future. This research was aimed at finding out the level of physical activity of high school students in West Java. The result of the study could be used as a reference and benchmark for policy making in sports. The method used in this study was random sampling, spread in 5 cities / districts in West Java. The data of the level of physical activity were obtained from the IPAQ questionnaire (International Physical Activity Questionnaire). The data of the questionnaire showed that the average level of physical activity was in the high category, with metabolic equivalent values (METs) 1520.80 ± 1444.50. The highest level of physical activity was in Tasikmalaya City, while the lowest was in Kuningan District. However, among the five cities, there was no significant difference. The conclusion is that the physical activity level of West Java high school students is high. However, it should be noted that they also have a fairly high duration of sitting and game playing habits. AbstrakKebiasaan untuk beraktivitas fisik sejak dini berperan penting dalam membangun gaya hidup yang sehat serta derajat kebugaran di kemudian hari. Riset ini berupaya untuk mengetahui sebarapa besar tingkat aktivitas fisik siswa SMA di Jawa Barat, yang pada akhirnya dijadikan acuan dan tolak ukur dalam pembuatan kebijakan dilingkungan olahraga. Metode yang digunakan dalam penelitian ini merupana random sampling, tersebar di 5 kota/kab yang ada di Jawa Barat. Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kuantitatif. Data tingkat aktivitas fisik didapatkan dari kuesnioner IPAQ (International Physical Activity Questionnaire). Hasil dari kuesioner tersebut rata-rata tingkat aktivitas fisik dalam kategori tinggi, dengan nilai metabolic equivalent (METs) 3520.2 (±2774.3). Paling tinggi tingkat aktivitas fisik di Kota Tasikmalaya, sedangkan paling rendah ada di Kabupaten Kuningan. Namun dari kelima kota tersebut tidak ada perbedaan yang signifikan. Kesimpulannya kategori tingkat aktivitas fisik siswa SMA Jawa Barat tinggi, namun ada beberapa catatan karena mereka memiliki durasi duduk yang cukup tinggi serta kebiasaan bermain permainan daring yang terlalu sering. 
ANALISIS KARAKTERISTIK FISIOLOGI DAN STATISTIK PERTANDINGAN PEMAIN FUTSAL PUTRA SELAMA PERTANDINGAN ihsani, sri indah; Apriantono, Tommy; Bahri, Samsul
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 4, No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (304.396 KB) | DOI: 10.5614/jskk.2019.4.2.4

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakteristik fisiologi dan statistic pertandingan selama pertandingan futsal berlangsung pada 13 pemain putra semi-professional futsal di Indonesia (23.23 ± 3.19 tahun, 169.85 ± 4.38 cm, 65.28 ±5.84 kg, 55.63 ± 5.80 ml/kg/min) dengan rata-rata 3-5 tahun berpengalaman di dunia futsal. Pengukuran meliputi intensitas pertandingan, pengeluaran energi, jarak tempuh dan kecepatan menggunakan Polar RC3 GPS, kadar asam laktat yang menggunakan Accutrend Lactate Portable, dan statistik pertandingan menggunakan GoPro Hero3+. Hasil menunjukkan pertandingan futsal dalam penelitian ini ada dalam intensitas sedang (77% HRmax) dengan kecepatan 5.04 m/s, dan profil aktivitasnya didominasi maximal-speed running (40% dari pertandingan). Total rata-rata jarak yang ditempuh dalam pertandingan sekitar 2378 meter, pengeluaran energi 557 kkal dan kadar asam laktat 5.79 mmol/L. Sedangkan hasil statistic pertandingan didapat persentase passing sukses dan gagal sebesar 86% vs 14% serta shoot on dan shoot off sebesar 56% vs 44%. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai pemain futsal harus memiliki kemampuan fisiologi yang tinggi dan penempatan profil aktivitas selama pertandingan dapat mengindikasi kemampuan fisik para pemain untuk optimasi formula program latihan secara spesifik.
The effect of temperature and humidity on vo2max of PPLP athletes in Java, Indonesia Apriantono, Tommy; Herman, Indria; Juniarsyah, Agung Dwi; Hasan, Muhamad Fahmi; Ihsani, Sri Indah; Hidayat, Iwa Ikhwan; Safei, Imam; Winata, Bagus; Hindawan, Ilham
Jurnal SPORTIF : Jurnal Penelitian Pembelajaran Vol 6 No 1 (2020): Jurnal SPORTIF: Jurnal Penelitian Pembelajaran
Publisher : Universitas Nusantara PGRI Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (496.7 KB) | DOI: 10.29407/js_unpgri.v6i1.13872

Abstract

Efek dari lingkungan yang panas pada kinerja aerobik belum didokumentasikan dengan baik. Suhu dan kelembaban suatu lingkungan berpengaruh terhadap fisiologis tubuh dan dapat memengaruhi penampilan fisik, serta proses oxygen intake (VO2Max) yang kurang optimal. Hal ini menimbulkan sebuah pertanyaan apakah suhu lingkungan dapat berpengaruh terhadap kondisi tubuh pada saat berolahraga. Dengan demikian tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji efek suhu lingkungan yang berbeda terhadap VO2max pada atlet PPLP se-Pulau Jawa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode studi observasional, di manaeneliti hanya melakukan observasi pada satu saat, tanpa memberikan intervensi pada variabel yang akan diteliti. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari 80 Atlet PPLP se-Pulau Jawa. Di antaranya yaitu; Jawa Tengah (20 Atlet), Jawa Timur (20 Atlet), Jawa Barat (20 Atlet) dan DIY Yogyakarta (20 Atlet). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa VO2max secara signifikan dapat berkurang pada suhu dan kelembaban 34°C/70% dan 32°C/60% dibandingkan dengan suhu dan kelembaban 23°C/69% dan 31°C/50%. Kinerja aerob sangat dipengaruhi oleh fungsi kardiovaskular. Lingkungan yang panas meningkatkan aliran darah kulit yang mengubah fungsi kardiovaskular. Sehingga hal ini dapat memengaruhi penurunan terhadap oxygen intake (VO2max).
ANALISIS KARAKTERISTIK FISIOLOGI DAN STATISTIK PERTANDINGAN PEMAIN FUTSAL PUTRA SELAMA PERTANDINGAN sri indah ihsani; Tommy Apriantono; Samsul Bahri
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 4 No 2 (2019)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2019.4.2.4

Abstract

Tujuan penelitian ini untuk menganalisis karakteristik fisiologi dan statistic pertandingan selama pertandingan futsal berlangsung pada 13 pemain putra semi-professional futsal di Indonesia (23.23 ± 3.19 tahun, 169.85 ± 4.38 cm, 65.28 ±5.84 kg, 55.63 ± 5.80 ml/kg/min) dengan rata-rata 3-5 tahun berpengalaman di dunia futsal. Pengukuran meliputi intensitas pertandingan, pengeluaran energi, jarak tempuh dan kecepatan menggunakan Polar RC3 GPS, kadar asam laktat yang menggunakan Accutrend Lactate Portable, dan statistik pertandingan menggunakan GoPro Hero3+. Hasil menunjukkan pertandingan futsal dalam penelitian ini ada dalam intensitas sedang (77% HRmax) dengan kecepatan 5.04 m/s, dan profil aktivitasnya didominasi maximal-speed running (40% dari pertandingan). Total rata-rata jarak yang ditempuh dalam pertandingan sekitar 2378 meter, pengeluaran energi 557 kkal dan kadar asam laktat 5.79 mmol/L. Sedangkan hasil statistic pertandingan didapat persentase passing sukses dan gagal sebesar 86% vs 14% serta shoot on dan shoot off sebesar 56% vs 44%. Penelitian ini menunjukkan bahwa sebagai pemain futsal harus memiliki kemampuan fisiologi yang tinggi dan penempatan profil aktivitas selama pertandingan dapat mengindikasi kemampuan fisik para pemain untuk optimasi formula program latihan secara spesifik.
ANALISIS KARAKTERISTIK ANTROPOMETRI DAN KONDISI FISIK ATLET PELAJAR DISEKOLAH PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN PELAJAR SE-PULAU JAWA Ilham Hindawan; Tommy Apriantono; Indria Herman; Muhamad Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei; Didi Sunadi; Kusnaedi Kusnaedi
JSKK (Jurnal Sains Keolahragaan dan Kesehatan) Vol 5 No 1 (2020)
Publisher : Institut Teknologi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jskk.2020.5.1.6

Abstract

Latar belakang: Sports science menekankan pentingnya pengukuran kondisi fisik pada setiap cabang olahraga untuk menentukan metode latihan yang tepat, yang dapat digunakan oleh pelatih dalam membina atlet. Penelitian bermaksud untuk mengukur karakteristik fisiologi atlet muda PPLP di beberapa cabang olahraga prioritas Indonesia, seperti: Atletik, Pencak Silat dan Taekwondo. Metode: Dalam penelitian ini, seluruh subjek melakukan pengukuran antropometri dan kondisi fisik. Dimana dalam pengukuran antropometri, meliputi berat badan, tinggi badan, Body mass Index (BMI). Sedangkan pada uji kondisi fisik, pengukuran meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter, dan cooper test 2.4 km. Hasil: Penelitian ini berhasil menunjukan secara kuantitatif dan kualitatif, rata-rata antropometri, daya tahan aerobik (VO2max), daya tahan anaerobik (lompat vertikal dan sprint 30 meter) pada atlet dari cabang olahraga Taekwondo, Pencak Silat, dan Atletik. Pada pengukuran antropometri, hanya atlet Pencak Silat (putra dan putri), yang memiliki tinggi badan di bawah rata-rata nilai normal yang ditetapkan WHO. Sementara pada pengukuran daya tahan anaerobik pada variable sprint 30 meter, hanya atlet Atletik putra yang masuk kedalam rentang nilai normal yang telah ditetapkan, sementara atlet pada cabang olahraga lainnya tidak masuk kedalam rentang nilai normal tersebut. Di sisi lain, tidak ada rata-rata hasil lompat vertikal yang dibawah nilai normal, pada ketiga cabang olahraga yang telah dilakukan pengukuran, baik putra dan putri pada setiap cabang. Sementara itu, hasil pengukuran VO2max juga mencatatakan bahwa seluruh atlet (putra dan putri) dari ketiga cabang olahraga yang diukur, memiliki hasil rata-rata VO2max yang normal dan cenderung sangat baik. Hal tersebut dibuktikan dengan tidak adanya hasil rata-rata VO2max yang berada dibawah rentang nilai normal yang telah ditetapkan. Kesimpulan: Temuan ini menunjukkan bahwa penggunaan screening latihan aerobic test (cooper test 2.4), anaerobic test (batrey test) yang meliputi lompat vertikal, sprint 30 meter dan cooper tes 2.4 km dapat digunakan dan efektif sebagai rangkaian metode dalam melakukan proses pencarian bakat dan pembinaan atlet muda di PPLP se-Pulau Jawa Background: Sports science emphasizes the importance of measuring physical conditions in each branch of sport to determine the right training methods, which can be used by coaches in fostering athletes. The research intends to measure the physiological characteristics of PPLP young athletes in several priority sport branches in Indonesia, such as: Athletics, Pencak Silat and Taekwondo. Methods: In this study, all subjects took anthropometric measurements and physical conditions. Where in anthropometric measurements, including body weight, height, Body mass Index (BMI). Whereas in physical condition tests, measurements vertical jumps, sprint 30 meters, and cooper test 2.4 km. Results: This research successfully demonstrated quantitatively and qualitatively, the average value of anthropometry, aerobic endurance (VO2max), anaerobic endurance (vertical jump and sprint 30 meter) in athletes from the Taekwondo, Pencak Silat, and Athletics branches. In anthropometric measurements, only martial arts athletes (male and female), who have a height below the average normal value determined by WHO. While in anaerobic endurance measurement in the 30 meter sprint variable, only male athletes enter the normal range that has been set, while athletes in other sports do not enter the normal range. On the other hand, there are no average vertical jump results below the normal value, in the three sports that have been measured, both male and female in each branch. Meanwhile, the results of VO2max measurements also stated that all athletes (male and female) from the three sports that were measured had normal VO2max results and tended to be very good. This is evidenced by the absence of an average VO2max result which is below the predetermined normal range. Conclusion: These findings indicate that anthropometric profile measurement and the use of aerobic test screening exercises (cooper test 2.4), as well as anaerobic tests (batrey tests) which include vertical jumps and, 30 meter sprints can be used and effectively as a series of methods in the process of finding talent and coaching young athletes in PPLP throughout JavaKata kunci: Aktivitas Fisik, Atlet, Cabang Olahraga, Antropometri, Kondisi Fisik.
The Correlation of Aerobic and Anaerobic Capacities with Performance in Badminton Matches Tommy Apriantono; Indria Herman; Nia Sri Ramania; Rini Syafriani; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan
JIPES - JOURNAL OF INDONESIAN PHYSICAL EDUCATION AND SPORT Vol 7 No 02 (2021): JIPES (Journal of Indonesian Physical Education and Sport)
Publisher : Program Pascasarjana Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The purpose of this study was to measure the aerobic and anaerobic capacities of badminton athletes, and to relate them to performances, such as the number of drive shots, lob shots, or smash shots, in badminton matches. 12 badminton athletes in the men's doubles category carried out two types of measurements, namely laboratory test and match test. Laboratory tests included the VO2max test using the Lode Quark Cardio Pulmonary Exercises Test (CPET), as well as a battery test (push-up, back-up, sit-up, and half-squat). Match test was conducted using competition match system. Match performances, such as drive shots, lob shots, or smash shots were analyzed by experts. The higher the VO2max level of the pair of men's doubles athletes, the better its correlation with their badminton strokes was. For example, pair 1 (native 1 and native 2) had a mean VO2max of 54.2 ± 0.9 ml/kg/min and performed the average numbers of lob strokes of 35.5 ± 0.7, drive shots of 47.5 ± 0.7, and smash of 19.5 ± 7.8. The lowest result was found in pair 6, in which the VO2max level was 47.6 ± 0.4. The average numbers of shots performed by this pair were 23.5 ± 2.1 for lob, 29.5 ± 0.7 for drive, and 5.5 ± 0.7 for smash. On the other hand, Pair 1 had the highest average repetition of the battery test compared to the other pairs (Push-up = 35.5 ± 0.7, Back-up = 49.5 ± 0.7, Sit-up = 55.0 ± 0.0, Half-squat = 69.5 ± 0.7), and it was directly proportional to the results of hitting performance in a match. This study shows that there is a correlation between VO2max average and battery test results and the performance of badminton men's doubles athletes.
Analisis Fleksibilitas Pada Atlet Bulutangkis Junior Indonesia Tommy Apriantono; Indria Herman; Rini Syafriani; Agung Dwi Juniarsyah; Muhamad Fahmi Hasan; Bagus Winata; Sri Indah Ihsani; Imam Safei
Jurnal Ilmiah Sport Coaching and Education Vol 5 No 2 (2021): Jurnal Ilmiah Sport Coaching And Education
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/JSCE.05209

Abstract

ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengukur fleksibilitas dan mengetahui riwayat cedera yang dimiliki atlet bulutangkis junior pria dan wanita. Dalam penelitian ini melibatkan total 49 atlet bulutangkis. Secara spesifik, mereka dibagi menjadi dua (2) group berdasarkan jenis kelamin mereka. Group laki-laki (n = 26), yang memiliki rata-rata tinggi badan = 171.2 ± 6.91 cm ; berat badan = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg/m2, sedangkan Group perempuan (n = 23) memiliki rata-rata tinggi badan = 159.09 ± 3.40 cm ; berat badan = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg/m2. Seluruh peserta diminta untuk melakukan test fleksibilitas menggunakan alat Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter dan mengisi kuesioner terkait rewayat cedera visual analogue scale questioner (VAS). Analisis statsitik menunjukkan bahwa atlet bulutangkis wanita junior memiliki fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria junior (p = 0.001). Di sisi lain, VAS questioner menunjukkan bahwa 9% dari total 26 atlet pria pernah mengalami riwayat terapi selama lebih dari 3 bulan, sedangkan tidak ada satupun dari 23 atlet wanita (0%) yang memiliki riwayat terapi penyembuhan lebih dari 3 bulan. Penelitian ini menunjukkan secara kuantitatif bahwa atlet wanita bulutangkis memiliki kemampuan fleksibilitas yang lebih baik dibandingkan dengan atlet bulutangkis pria, sehingga memiliki korelasi terkait resiko terjadinya suatu cedera dan riwayat penanganan terapi yang lebih baik dibandingkan atlet bulutangkis pria. Kata Kunci: Bulutangkis, Cedera, Fleksibilitas, Performa, Sendi. ABSTRACT The aim of this study was to measure flexibility and determine the injury history of male and female junior badminton athletes. This study involved a total of 49 badminton athletes. Specifically, they were divided into two (2) groups based on their gender. Male group (n = 26), who had a mean height = 171.2 ± 6.91 cm; body weight = 64.02 ± 9.67 Kg; BMI = 21.89 ± 2.49 Kg / m2, while the female group (n = 23) had an average height = 159.09 ± 3.40 cm; body weight = 56.79 ± 9.40 Kg; BMI = 22.39 ± 3.08 Kg / m2. All participants were asked to do a flexibility test using the Takei 5003 Analogue Standing Trunk Flexion Meter tool and fill out a questionnaire related to visual injury analogue scale questioner (VAS). Statistical analysis showed that female junior badminton athletes had better flexibility than junior male badminton athletes (p = 0.001). On the other hand, the VAS questionnaire showed that 9% of the total 26 male athletes had a history of therapy for more than 3 months, whereas none of the 23 female athletes (0%) had a history of healing therapy for more than 3 months. This study shows quantitatively that female badminton athletes have better flexibility abilities than male badminton athletes, so that they have a better correlation related to the risk of an injury and a history of treatment treatment compared to male badminton athletes. Keywords: Badminton, Injury, Flexibility, Performance, Joints.
Pemetaan Tingkat Aktivitas Fisik Siswa Sekolah Dasar Kota Bandung Fahmi Hasan; Agung Dwi Juniarsyah; Sri Indah Ihsani; Iwa Ikhwan Hidayat; Bagus Winata; Imam Safei
JUARA : Jurnal Olahraga Vol 5 No 2 (2020): JUARA: Jurnal Olahraga
Publisher : STKIP Muhammadiyah Kuningan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (573.525 KB) | DOI: 10.33222/juara.v5i2.846

Abstract

Aktivitas fisik dan gaya hidup sangat penting untuk kesehatan, karena kebiasaan aktivitas fisik dan gaya hidup yang sehat akan berdampak kepada perkembangan fisik anak. Aktivitas fisik dan gaya hidup anak harus diperhatikan sejak dini. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat tingkat aktivitas fisik siswa. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif, dengan melibatkan 48 siswa Sekolah Dasar kelas 5, dengan rata-rata usia 11 tahun. Tingkat aktivitas fisik didapatkan dari hasil pengolahan kuesioner IPAQ (International Physical Activity Quessionare). Sebelum melakukan pengisian kuesioner, para responden mendapatkan penjelasan mengenai pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut. Hasil penelitian ini menunjukan rata-rata responden berusia 11.2 (± 1.01) tahun, tinggi badan 155.1cm (± 3.1), berat badan 38.5kg (± 6.5). Tingkat aktivitas fisik dirata-ratakan masuk dalam kategori rendah, atau dengan angka 502.2(±24.3) METs.
STUDI KUALITATIF DAMPAK AKTIVITAS HARIAN TERHADAP PERFORMA FISIK ATLET FUTSAL PADA INDIVIDU SUKU TULEHU Agung Dwi Juniarsyah; Sendy Mohamad Anugrah; Rizki Mulyawan; Sri Indah Ihsani; Bagus Winata
MAJORA: Majalah Ilmiah Olahraga Vol 26, No 1 (2020): Maret
Publisher : Faculty of Sport Science, Universitas Negeri Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (406.366 KB) | DOI: 10.21831/majora.v26i1.31031

Abstract

AbstrakTujuan penelitian ini untuk mengetahui dan mengukur karakteristik aktivitas yang dilakukan oleh suku Tulehu dalam aktivitas kesehariannya di saat usia mereka 15-20 tahun, yang dikaitkan dengan performa fisik mereka. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Terdapat 7 subjek dari total populasi yang tergabung dalam futsal Maluku Depok Club, yang berusia 20-23 tahun. Memiliki kriteria inklusi dimana setiap individu merupakan asli suku Tulehu Maluku, terdaftar sebagai anggota futsal Maluku Depok club dan berlatih selama 6 bulan, tumbuh dan berkembang di Maluku pada rentang usia 15 – 20 tahun dan bersedia mengikuti wawancara pada penelitian. Sedangkan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: Individu bukan asli suku Tulehu Maluku dan tidak pernah tinggal (tumbuh dan berkembang) di Maluku. Simpulan penelitian ini adalah Suku Tulehu dapat lebih mendominasi performa dikarenakan aktivitas fisik yang dilakukan oleh pemuda Tulehu sehari-hari ketika mereka tumbuh dan berkembang (di rentang usia 15-20 tahun). QUALITATIVE STUDY OF EFFECTS OF DAILY ACTIVITIES TOWARD PHYSICAL PERFORMANCE IN FUTSAL FROM TULEHU ETHNIC PLAYERS AbstractThis study measures the characteristics of activities carried out by the Tulehu tribe in their daily activities at the age of 15-20 years, thus affecting their physical performance. The research method using descriptive qualitative. There are 7 subjects from a total population are members of the Maluku Depok Club futsal, aged 20-23 years. Inclusion criteria was individual is a native of Tulehu Maluku, registered as a member of the Maluku Depok futsal club and practiced for 6 months, growing and developing in Maluku at the age range of 15-20 years and willing to take interviews in research. While the exclusion criteria in this study are individuals are not native to the Tulehu ethnic group of Maluku and have never lived (grown and developed) in Maluku. The conclusion is Tulehu tribe dominate more than others because of physical activities did by youth Tulehu when they grow and develop (at vulnerable ages 15-20 years).
Pengaruh Kadar Hb dan FEV1 terhadap VO2MAX Atlet Softball Mila Ayu Hariyanti; Yasep Setiakarnawijaya; Sri Indah Ihsani; Dzulfiqar Diyananda; Ela Yuliana
Jurnal Segar Vol 11 No 1 (2022): Jurnal SEGAR, Volume 11 Nomor 1, November 2022
Publisher : Universitas Negeri Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21009/segar/1101.04

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap VO2Max atlet Softball dengan menggunakan uji regresi linear. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan melakukan pengukuran terhadap VO2Max, Kadar Hb dan Force Expiratory Volume 1 Second (FEV1) setelah sebelumnya diberikan informed consent pada 13 atlet softball yang bersedia menjadi subjek penelitian. Data yang didapat kemudian diproses dan dianalisis menggunakan SPSS. Hasil Analisa dengan menggunakan SPSS didapatkan nilai rata rata VO2Max sebesar 44,58 cc/kg/menit sementara rata rata Kadar Hb dan FEV1 secara berurutan adalah 13,85 mg/dl dan 3,37 L. Hasil uji regresi linear berganda menunjukkan (1) terdapat pengaruh yang signifikan Kadar Hb terhadap VO2Max dengan koefisien beta terstandar sebesar 0,433 dan nilai signifikansi 0,068, (2) terdapat pengaruh yang signifikan FEV1 terhadap VO2Max dengan koefisien beta terstandar sebesar 0,517 dan nilai signifikasi 0,035 (3) FEV1 memberikan pengaruh yang lebih besar dibandingkan dengan Kadar Hb terhadap VO2Max atlet Sofball dengan persamaan regresi linear berganda VO2Max= 28,147 +0,7Hb+1,995 FEV1.