Claim Missing Document
Check
Articles

Found 9 Documents
Search

THE EFFECT OF HOLISTIC PROGRAMS ON CORTISOL SERUM LEVELS IN POLYCISTIC OVARIUM SYNDROME Hadisaputro, Suharyo; Suwandono, Agus; Kurniawati, Erna Yovi
Indonesian Journal of Medicine Vol 4, No 4 (2019)
Publisher : Masters Program in Public Health, Universitas Sebelas Maret, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.477 KB)

Abstract

Background: The increasing prevalence of polycystic ovary syndrome (PCOS) in Indonesia reaches 8-10%. Patients with polycystic ovary syndrome are at risk of experiencing complex psychological disorders and decreased well-being. Psychological disorders in polycystic ovary syndrome are at risk of developing physical symptoms and increasing insulin resistance. The Holistic Program consists of a combination of diet yoga and remembrance therapy as an integrated holistic therapy. There is no non-pharmacological therapy that is holistically integrated to reduce serum cortisol levels in polycystic ovary syndrome. This study aimed to examine the effect of holistic programs on cortisol serum levels in polycistic ovarium syndrome.Subjects and Method: This was a randomized controlled trials conducted in Yogyakarta. A sample of 30 women patients with PCOS aged 19-40 years old was selected for this study. The sample was divided into 2 groups. The intervention group received holistic program for 14 days. The dependent variable was cortisol serum. The independent variable was holistic program. Cortisol serum and insulin levels were measure by ELISA method at the Integrated Research and Testing Laboratory, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Insulin resistance was calculated using the HOMA IR method. The data were analyzed by independent t-test and different test Paired t-testResults: Serum cortisol levels in the intervention group were lower than the control group. Serum cortisol levels decrease after the implementation of a holistic program.Conclusion: The holistic program that was carried out for 14 days in polycystic ovary syndrome is effective to reduce serum cortisol levels.Keywords: holistic program, cortisol serum, polycystic ovary syndromeCorrespondence: Erna Yovi Kurniawati. Masters Program in Applied Midwifery, School of Health Polytechnics, Ministry of Health Semarang. Jl. Tirto Agung, Pedalangan, Banyumanik, Semarang 50239, Central Java. Mobile: +6287739122352. Email: yovi.raharjanto@gmail.comIndonesian Journal of Medicine (2019), 4(4): 376-382https://doi.org/10.26911/theijmed.2019.04.04.11
ANALISIS DAMPAK PANDEMI COVID-19 PADA ANAK PRASEKOLAH USIA 36-72 BULAN : (Studi di KB Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra) Milawati Milawati; Erna Yovi Kurniawati; Yuni Uswatun Khasanah
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 8 No. 1 (2021): Edisi Desember
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48092/jik.v8i1.141

Abstract

Pendahuluan: Pada tahun 2020 terdapat 7.008 anak di Indonesia yang terinfeksi Covid-19, 8,6% dirawat, sembuh 8,3%, dan 1,6% meninggal klasifikasi berdasarkan usia anak dengan covid-19 adalah 5,8% usia 6-17 tahun dan 2,3% balita (0-5) tahun. Pandemi covid-19, telah berdampak luas dalam kehidupan masyarakat kita khususnya dampak yang di berikan terhadap keluarga, orang dewasa maupun anak usia prasekolah baik dari segi gizi, mental emosional, ataupun kesehatannnya. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, dengan pendekatan cross sectional. Responden anak usia 36-72 bulan di Kelompok Bermain Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra. Pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, didapatkan sampel 19 responden,. Data dikumpulkan dengan menggunakan instrumen penelitian kuesioner online dan dianalisis dengan SPSS for windows versi 19.0. Hasil: hasil penelitian menunjukkan responden memiliki status gizi normal sebanyak 16 responden (84,2%), kurus sebanyak 1 responden (5,3%) dan obesitas sebanyak 2 responden (10,5%). Kondisi psikologis, 17 responden (89,5%) mengalami kecemasan ringan dan 13 responden (684%) mengalami stres sedang. Kesimpulan: Mayoritas orang tua yang menerapkan pola asuh otoriter yang berdampak positif pada status gizi anak usia prasekolah, namun berdampak negatif pada kondisi psikologis anak usia prasekolah.
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANEMIA REMAJA PUTRI Arin Oktafia ashari; Anggit Eka Ratnawati; Erna Yovi Kurniawati
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 8 No. 1 (2021): Edisi Desember
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48092/jik.v8i1.144

Abstract

Latar Belakang: Survei Dinas Kesehatan DIY 2018 dengan target 1500 remaja putri di lima kabupaten dan kota, menunjukkan bahwa sebagai sebanyak 19,3% remaja putri mengalami anemia). Prevalensi anemia gizi besi pada remaja putri di Bantul tahun 2013 adalah 54,8%). Metode: Metode penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional, dengan populasi 50 siswa kelas XI yang mengalami anemia dan mengalami menstruasi dan sampel sebanyak 44 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Instrumen penelitian menggunakan angket kuesioner tertutup yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya, valid sebanyak 14 item. Penelitian ini menggunakan analisis univariat. Hasil: Remaja putri di SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta dengan pendapatan keluarga sosial ekonomi tinggi sebanyak 28 siswa (63,6%), pola siklus menstruasi normal sebanyak 33 siswa (75,0%), telah mengkonsumsi dan mendapatkan tablet FE sebanyak 37 siswa (84,1%), memiliki pola makan tidak teratur sebanyak 37 siswa (84,1%), tingkat pengetahuan anemia dalam kategori cukup sebanyak 25 siswa (56,8%), status gizi normal sebanyak 30 siswa ( 68,2%) dan mengalami anemia ringan sebanyak 30 siswa (68,2%), sedang 13 siswi (29,5%) dan anemia berat 1 siswi (2,3). Kesimpulan: Faktor yang berhubungan anemia di SMAN 1 Jetis, Bantul, Yogyakarta, status sosial ekonomi keluarga, pola menstruasi, konsumsi tablet Fe, pola makan, tingkat pengetahuan, dan status gizi.  
PERTUMBUHAN, PERKEMBANGAN, DAN KESEHATAN MENTAL EMOSIONAL ANAK PRA SEKOLAH USIA 36-72 BULAN : Studi di KB Kuncup Melati dan TK Pamardi Putra sylvia; Erna Yovi Kurniawati; Ani Ashari
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 7 No. 2 (2021): Edisi Juni
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48092/jik.v7i2.159

Abstract

Latar belakang: Prevalensi gangguan mental emosional pada anak usia 3-5 sebesar 74,2 %. Sekitar 8-9 % anak pra sekolah mengalami gangguan sosial emosi seperti cemas, berperilaku tidak taat, kurangnya ketrampilan sosial dan depresi. Persentase gizi buruk pada balita usia 0-59 bulan sebesar 3,8% dan persentase gizi kurang sebesar 14,0%. Prevalensi balita Kurang Energi Protein (Gizi Buruk dan Kurang) di DIY tahun 2015 sebesar 8,04. Metode: Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif, dengan pendekatan atau metode survey. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik  purposive sampling dengan jumlah sampel 31 anak usia 36-72 bulan. Hasil: Indeks Masa Tubuh rata-rata 14.63, untuk IMT paling kecil 12 dan Paling besar 21, sehingga didapatkan kesimpulan bahwa ststus gizi berdasarkan IMT/Umur seluruhnya normal. Pemeriksaan tes daya lihat dan tes daya dengar keseluruhan siswa (100%) tidak mengalami gangguan baik pada sisi telinga kanan atau kiri serta mata kanan atau kiri. Hasil pemeriksaan pra skrining perkembangan didapatkan kesimpulan paling besar perkembangan sesuai umur (71.9%). Pemeriksaan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktifitas (GPPH) didapatkan kesimpulan paling besar (71.9%) siswa tidak mengalami GPPH. Kesimpulan: terdapat 28. 1 % anak dengan perkembangan meragukan dan mengalami kemungkinan GPPH.
STATUS GIZI WANITA DENGAN SINDROM OVARIUM POLIKISTIK (SOPK) Erna Yovi Kurniawati; Suharyo Hadisaputro; Agus Suwandono
Jurnal Ilmu Kebidanan Vol. 8 No. 1 (2021): Edisi Desember
Publisher : POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.48092/jik.v8i1.164

Abstract

Latar belakang: Lebih dari dua pertiga (69%) wanita usia 18-40 tahun mengalami kegemukan atau obesitas, wanita SOPK yang kelebihan berat badan atau obesitas mewakili kelompok besar berisiko mengalami kardiometabolik dan gangguan psikologis. Metode: Penelitian Deskriptif Kuantitatif mengukur status gizi, pola diet, dan aktivitas fisik wanita dengan sindrom ovarium polikistik. Metode sampling menggunakan purposive sampling dengan jumlah responden 30 orang. Hasil: Status gizi reponden 56 % obesitas tingkat II, seluruh responden mengalami overweight. Pengalaman diet responden 23 % yang pernah melakukan program diet, sedangkan aktivitas olahraga 73 % tidak melakukan olahraga. Kesimpulan: Obesitas berhubungan erat dengan resistensi insulin, sehingga pola diet dan aktivitas fisik sangat dibutuhkan guna membantu pengobatan sindrom ovarium polikistik.
Profil klinis wanita dengan sindrom ovarium polikistik Erna Yovi Kurniawati; Soeharyo Hadisaputro; Agus Suwandono
MEDIA ILMU KESEHATAN Vol 11 No 2 (2022): Media Ilmu Kesehatan
Publisher : Universitas Jenderal Achmad Yani Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30989/mik.v11i2.762

Abstract

Background: The prevalence of polycystic ovary syndrome with insulin resistance in Indonesia in 2014 was 4,034,635 women (50-75%). More than two-thirds (69%) of women aged 18-40 years are overweight or obese, and women with PCOS who are overweight or obese constitute a large group at risk for cardiometabolic and psychological disorders. Objective: To determine the clinical profile and nutritional status of women with Down syndrome. polycystic ovaries. Methods: This study is a descriptive study with a cross-sectional design, conducted to analyze 30 women with Polycystic Ovary Syndrome.Results: Most PCOS symptoms are experienced by women with obesity II nutritional status, experiencing symptoms of irregular menstruation, acne, acanthosis nigricans, alopecia, fatigue, sleep apnea, hirsutism, and infertility compared to respondents who are obese I and overweight. Conclusion: Nutritional status is one of the factors that influence the occurrence of Polycystic Ovary Syndrome
Status Gizi dan Gaya Hidup Wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) di Yogyakarta Erna Yovi Kurniawati; Naomi Christina Hutabarat; Elin Noviasari
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v10i1.971

Abstract

PCOS adalah kondisi gangguan endokrin yang mempengaruhi hingga 13% wanita usia reproduksi. Gejala metabolik, psikologis, dan reproduktif PCOS meliputi hiperandrogenisme, menstruasi yang tidak teratur, anovulasi, dan infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan berat badan dan faktor eksternal seperti gaya hidup, karakteristik psikososial, dan keterlibatan profesional perawatan kesehatan pada wanita dengan PCOS. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini melibatkan wanita usia 18 hingga 40 tahun di Yogyakarta dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik. Teknik sampling menggunakan purposive sampling, dari 105 populasi terjangkau discreening berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 97 sampel. Pengumpulan data menggunakan Dietary Questionnaire for Epidemiological Studies Versi 2 (Food Frequency Questionnaire-FFQ), International Physical Activity Questionnaires (IPAQ), Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42). Wanita dengan PCOS 68 % mengalami overweight, rerata PA 886.6 METmin, 72% mengalami stress, kecemasan dan depresi tingkat sedang, 29% mengalami gangguan tidur, 80% tidak merokok dan 94% bukan peminum. Wanita dengan PCOS memiliki tingkat status gizi tinggi dengan gaya hidup yang tidak sehat. Perlunya terapi pendamping perubahan gaya hidup dan normalisasi status gizi.
Status Gizi dan Gaya Hidup Wanita dengan Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) di Yogyakarta Erna Yovi Kurniawati; Naomi Christina Hutabarat; Elin Noviasari
JURNAL KESEHATAN PERINTIS Vol 10 No 1 (2023): Jurnal Kesehatan Perintis
Publisher : LPPM UNIVERSITAS PERINTIS INDONESIA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33653/jkp.v10i1.971

Abstract

PCOS adalah kondisi gangguan endokrin yang mempengaruhi hingga 13% wanita usia reproduksi. Gejala metabolik, psikologis, dan reproduktif PCOS meliputi hiperandrogenisme, menstruasi yang tidak teratur, anovulasi, dan infertilitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan berat badan dan faktor eksternal seperti gaya hidup, karakteristik psikososial, dan keterlibatan profesional perawatan kesehatan pada wanita dengan PCOS. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan desain cross-sectional study. Penelitian ini melibatkan wanita usia 18 hingga 40 tahun di Yogyakarta dengan diagnosis sindrom ovarium polikistik. Teknik sampling menggunakan purposive sampling, dari 105 populasi terjangkau discreening berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi dan didapatkan 97 sampel. Pengumpulan data menggunakan Dietary Questionnaire for Epidemiological Studies Versi 2 (Food Frequency Questionnaire-FFQ), International Physical Activity Questionnaires (IPAQ), Depression Anxiety Stress Scales (DASS 42). Wanita dengan PCOS 68 % mengalami overweight, rerata PA 886.6 METmin, 72% mengalami stress, kecemasan dan depresi tingkat sedang, 29% mengalami gangguan tidur, 80% tidak merokok dan 94% bukan peminum. Wanita dengan PCOS memiliki tingkat status gizi tinggi dengan gaya hidup yang tidak sehat. Perlunya terapi pendamping perubahan gaya hidup dan normalisasi status gizi.
EFEKTIVITAS KONSUMSI MINUMAN JAHE DAN SEREH DALAM MENGATASI MORNING SICKNESS PADA IBU Riska Rufaidah; Erin Rizkiana; Yovi Kurniawati
Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA Vol 13 No 2 (2023): Jurnal Ilmu Kesehatan MAKIA
Publisher : LPPM ISTeK ICsada Bojonegoro

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37413/jmakia.v13i2.286

Abstract

ABSTRAK Mual dan muntah atau emesis gravidarum artinya keadaan mual muntah yang terjadi selama masa kehamilan antara 4-8 minggu dan berlanjut 14-16 minggu kehamilan. Jika emesis gravidarum tidak ditangani dengan baik maka dapat sebagai hiperemesis gravidarum yaitu keadaan mual muntah yang berlebihan di kehamilan. Data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Yogyakarta pada tahun 2022 tercatat 42 ibu hamil yang mengalami morning sickness. Upaya yang dilakukan pemerintah dan juga fasilitas kesehatan melalui pemberian vitamin B6 untuk menurunkan angka ibu hamil yang mengalami morning sickness namun belum menurun secara signifikan karena masih banyak ibu hamil yang tidak meminum secara rutin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas konsumsi minuman jahe dan serai dalam mengatasi morning sickness di Puskesmas Bantul I. enelitian ini menggunakan pendekatan true eksperiment dengan Pre-Post Control Group. Populasi yang digunakan 16 responden dan sampel 10 responden. Untuk pegambilan sampel menggunakan Accidental Sampling dengan waktu 1 bulan di Puskesmas Bantul I dengan menggunakan instrumen penelitian kuisioner Hasil uji Independent Sample T-Test nilai p value sebesar 0,000 (p < 0,05) terdapat efektivitas konsumsi jahe dan serai dalam mengatasi morning sickness pada ibu hamil di Puskesmas Bantul I. Ada pengaruh efektivitas jahe dan serai dalam mengatasi morning sickness pada ibu hamil pada kelompok intervensi dan kontrol di Puskesmas Bantul I.