prativi, shinta amini
Departemen Radiologi Kedokteran Gigi, Program Studi Kedokteran Gigi, Universitas Sriwijaya, Palembang

Published : 5 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Differences in maturity pattern between mandibular posterior teeth and sagittal skeletal malocclusion Shinta Amini Prativi; Ria Noor Firman; Belly Sam; Avi Laviana
Majalah Kedokteran Gigi Indonesia Vol 6, No 3 (2020): December
Publisher : Faculty of Dentistry, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/majkedgiind.43798

Abstract

The availability of X-rays in dentistry may help visualize the stage of development of dental maturity. The high prevalence of malocclusion in a population and contradictory research results on dental maturation in each skeletal malocclusion encourage the authors to know the maturity pattern of the posterior mandibular teeth in each skeletal relation and the difference in women and men. A cross-sectional study was conducted with a sample size of 214 panoramic and cephalometric radiographs from skeletal malocclusion patients based on ANB angle (class I: 73, class II: 75, class III: 56) with an age ranging from 8 to16 years old. Maturation of the second premolar and second molar was assessed using Demirjian method. Statistical analysis used the non-parametric Kruskal Wallis test to show the difference in maturity patterns in each class of skeletal relations and Mann Whitney test to show the difference in females’ and males’ maturity patterns. There were significant differences in females and males dental maturity patterns in which female dental maturation was advanced than male. Differences in each skeletal relationare not significant.
Silicone loop alternative for posterior bitewing radiography Shinta Amini Prativi; Shanty Chairani; Tyas Hestingsih
Dental Journal (Majalah Kedokteran Gigi) Vol. 54 No. 1 (2021): March 2021
Publisher : Faculty of Dental Medicine, Universitas Airlangga https://fkg.unair.ac.id/en

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20473/j.djmkg.v54.i1.p35-38

Abstract

Background: Bitewing radiography is a technique that depicts the crown of the maxillary and mandibular teeth and the crest of the alveolar bone in the same receptor. The use of film holders and paper loops in bitewing techniques is very helpful in standardising radiographs, but it has some disadvantages, including the lack of efficiency and discomfort. Therefore, silicone has been widely used in the medical field as a replacement for paper loops. Purpose: This study was conducted to describe the compatibility of the silicone material as an alternative for bitewing radiography. Methods: This research is experimental and a one-shot case study. It used the Mann–Whitney (P < 0.05) test for statistical analysis to compare the results of the radiographs using silicone loops and paper loops and to analyse the quality of each radiograph: object coverage, density, contrast, sharpness, geometry, and overlapping. Results: The images where silicone loops were used show adequate results in six radiograph quality assessments. There was no significant difference between the radiographs that were obtained using the silicon loop and the paper loop (p > 0.05). Conclusion: Silicone loops can be an alternative tool for bitewing radiography because they result in optimal image quality.
Diagnosis pneumatisasi sinus maksilaris menggunakan cone-beam computed tomography (CBCT) Shinta Amini Prativi
MKGK (Majalah Kedokteran Gigi Klinik) (Clinical Dental Journal) UGM Vol 6, No 1 (2020)
Publisher : Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22146/mkgk.49157

Abstract

Variasi anatomi sinus maksilaris berhubungan erat dengan bagaimana letaknya dengan akar gigi posterior maksila, salah satunya adalah pneumatisasi sinus maksilaris yang dapat mempengaruhi rencana perawatan dalam ortodonti dan dental implant. Studi kasus ini bertujuan untuk menganalisa gambaran pneumatisasi sinus maksilaris dalam penilaian radiografi. Pasien laki-laki berusia 30 tahun dengan gigi yang berjejal direncanakan untuk dilakukan perawatan ortodonti. Pasien dirujuk ke bagian radiologi untuk dilakukan pemeriksaan radiografis panoramik. Radiograf panoramik menunjukan kedua area sinus maksilaris yang meluas ke inferior area tulang alveolar hingga area posterior border maksila. Untuk memastikan keadaan tulang alveolar pada gigi posterior maksila, pasien dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan Cone Beam computed Tomography (CBCT). Pada pencitraan CBCT, potongan sagital menunjukan perluasan sinus maksilaris kanan dari apikal 12 hingga ke posterior border maksila, sedangkan sisi kiri dari apikal 23 hingga posterior maksila disertai resorpsi tulang alveolar pada kedua sisi maksila. Pneumatisasi sinus maksilaris dipengaruhi banyak faktor salah satunya pencabutan gigi molar posterior maksila. CBCT dapat membantu mengkonfirmasi ukuran dan gambaran sinus maksilaris lebih baik dibandingkan radiograf panoramik.
PERBEDAAN PENGETAHUAN STRUKTUR ANATOMI NORMAL RADIOGRAF PANORAMIK ANTARA MAHASISWA PREKLINIK DAN KLINIK shinta amini prativi
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 7, Nomor 1, Juni 2020
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33854/jbd.v1i1.492

Abstract

Latar belakang: Adanya kesalahan interpretasi dapat menyebabkan kesalahan dalam mendiagnosis yang berujung pada kesalahan perawatan. Keakuratan dalam mengidentifikasi struktur anatomi normal akan membantu praktisi kedokteran gigi untuk menginterpretasi hasil radiograf. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan pengetahuan mahasiswa preklinik dan klinik bagian kedokteran gigi dan mulut Universitas Sriwijaya mengenai struktur anatomi normal radiograf panoramik. Metode: Penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan potong lintang (cross sectional). Penelitian ini melibatkan 100 subjek. Subjek penelitian terdiri atas kelompok mahasiswa preklinik (n=50) dan mahasiswa klinik (n=50). Pengetahuan struktur anatomi normal diukur menggunakan metode kuesioner online melalui Google form. Kuesioner berisi 15 pertanyaan pilihan ganda sambil diperlihatkan foto panoramik dengan waktu maksimal 20 menit. Data dianalisis menggunakan uji Mann-Whitney. Hasil: Hasil yang diperoleh struktur anatomi prosesus kondiloideus, tuberositas maksilaris, sinus maksilaris, palatum durum, inferior border of mandible, ramus mandibula, cervical vertebrae, artikularis eminensia, kanalis mandibularis, foramen mentalis dan submandibular gland fossa cukup baik diketahui oleh mahasiswa preklinik dan klinik. Pengetahuan prosesus koronoideus dan nasopharyngeal air space cukup rendah, terutama prosesus stiloideus dan lidah cukup rendah pada kedua kelompok. Nilai rerata skor pengetahuan pada kelompok mahasiswa preklinik lebih rendah namun tidak bermakna dibandingkan kelompok mahasiwa klinik (p>0,05). Kesimpulan: Mahasiswa preklinik dan klinik kedokteran gigi dan mulut Universitas Sriwijaya sama-sama memiliki pengetahuan yang cukup baik mengenai struktur anatomi normal radiograf panoramik.
GAMBARAN KARAKTERISTIK KISTA RADIKULAR MENGGUNAKAN CONE BEAM COMPUTED TOMOGRAPHY (CBCT): LAPORAN KASUS Shinta Amini Prativi; Berty Pramatika
B-Dent: Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Baiturrahmah Volume 6, Nomor 2, Desember 2019
Publisher : Universitas Baiturrahmah

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (511.511 KB) | DOI: 10.33854/jbd.v6i2.254

Abstract

Pendahuluan: Kista radikular merupakan kista yang paling umum terjadi pada rongga mulut yang berkaitan erat dengan terjadinya nekrosis pulpa dan infeksi yang terjadi pada saluran akar gigi. Kasus dan Penatalaksanaan: Laki-laki berusia 49 tahun datang ke praktek dokter gigi mengeluhkan pembengkakan disertai nyeri pada rahang kirinya, untuk melihat keadaan tersebut dokter gigi merujuk pasien ke laboratorium radiologi untuk dilakukan pemeriksaan radiografis 3D (CBCT). Dari gambaran CBCT gambaran lesi radiolusen berbatas jelas terkortikasi, bentuk oval, terletak di apikal gigi 35-36 disertai resorpsi akar, destruksi batas kanalis mandibularis dan batas kortikal bukal. Kista radikular merupakan kista inflamasi yang berkembang dari sisa sel epitelium malassez pada ligamen periodontal dari hasil inflamasi yang berasal dari gigi non vital. Laporan kasus ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik klinis dan radiologis dari kista radikular. Simpulan: Pemeriksaan radiologis seperti pencitraan CBCT menunjukan perluasan dari lesi kista radikular yang berukuran cukup besar sehingga sangat berperan untuk penegakan diagnosa dan rencana perawatan dari kista radikular.