Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

TINJAUAN UNJUK KERJA HIDRODINAMIKA PADA PENGEMBANGAN AWAL DESAIN RANPUR AMPHIBI BERODA BAN Samudro, Samudro
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 11, No 3 (2017): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (423.495 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v11i3.2536

Abstract

Kendaraan tempur (ranpur) ampibi jenis AAPC (Amphibious Armored Personal Carrier) adalah ranpur militer pengangkut personel untuk mendukung operasi tempur serta dapat dimanfaatkan untuk mobilisasi penyeberangan basah pada perairan dangkal. Secara teknis ranpur-AAPC harus mampu beroperasi di darat maupun air dan dapat dikembangkan lebih lanjut untuk operasi ampibi pendaratan personil dari kapal ke pantai. Ranpur berbobot total 10,5 ton ini mempunyai kapasitas mengangkut 10 personil, dilengkapi sistem persenjataan kaliber 12,7mm dan dapat melaju di darat dengan kecepatan 110 km/jan dan dirancang berkecepatan 9 km/jam di air. Pada tulisan ini secara perhitungan numerik dikaji khususnya aspek unjuk kerja hidrodinamika ranpur saat beroperasi di air (amphibious mode), terutama karakteristik hidrostatika yang menyangkut  aspek daya apung, aspek stabilitas serta aspek besar tenaga penggerak. Ketiga hal ini penting dikaji untuk menjamin kenyamanan maupun keselamatan saat ranpur-AAPC beroperasi di air. Dengan dirancang memiliki berat konstruksi dan muatan penuh, maka dari prediksi perhitungan hidrostatika, ranpur-AAPC mencapai sarat air /tinggi ketenggelaman maksimum 1,5 m, disini badan ranpur tercelup hingga bukaan pintu masuk personil, namun demikian ranpur masih mempunyai cadangan daya apung. Dari hasil prediksi kemampuan stabilitas menunjukkan bahwa, pada kondisi titik berat ranpur terletak disekitar 1,25 m dari garis dasar, meski kondisi ranpur oleng ± 60o, lengan stabilitas ranpur masih mencapi nilai optimum aman. Namun demikian dengan bobot penuh 10,5 ton, untuk ranpur dapat melaju di air pada kecepatan 9 km/jam, diprediksi ranpur memerlukan daya penggerak cukup besar ± 1600 HP. Dengan tenaga penggerak ranpur-AAPC terpasang hanya sebesar 215 HP, maka kecepatan operasi di air dinilai tidak akan dapat terpenuhi. Untuk itu bobot, bentuk dan kecepatan operasi ranpur perlu ditinjau kembali. Secara umum unjuk kerja hidrodinamika pengembangan awal desain ranpur-AAPC untuk misi ampibi cukup baik.
EVALUASI DESAIN KAPAL PATROLI - OPV BERBASIS RCS UNTUK MENGURANGI PANTAUAN RADAR LAWAN Wahdiyat, Aditya Inzani; Samudro, Samudro; Zulkifi, Adrian
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 13, No 3 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (808.996 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v13i3.3101

Abstract

Sebagai negara kepulauan Indonesia memerlukan armada kapal perang nasional yang kuat untuk mejaga kedaulatan NKRI, mengamankan serta melindungi seluruh wilayah yurisdiksi perairan Indonesia. Ditinjau aspek geografi strategis, wilayah perairan Indonesia terbuka dikelilingi perairan internasional, berpotensi rawan konflik dan ancaman dari luar. Karenanya diperlukan sarana kapal-kapal perang yang berfungsi sebagai kapal patrol lepas pantai dari berbagai ukuran sesuai misi dan penugasan operasi perang maupun patroli. Kapal perang atau kapal patroli sebagai kapal permukaan perlu memiliki karakteristik disain lambung khusus untuk penyamaran, tidak mudah dipantau radar musuh saat beroperasi. Untuk itu pada paper ini dilakukan kajian evaluasi desain kapal perang atau kapal patroli menggunakan prediksi nilai Radar Cross Section (RCS) lambung kapal. Pada penilaian RCS digunakan metode Shooting and Bouncing Ray (SBR) berdasarkan pendekatan Geometrics optics, memanfaatkan propagasi cahaya sebagai gelombang elektromagnetik lurus, dianalisa kekuatan arus serta dihitung besar dan arah pantulannya.  Semakin besar nilai RCS suatu objek bangunan kapal, akan semakin mudah kapal diditeksi radar musuh. Hasil kajian penilaian RCS pada desain kapal KC-OPV60 dibandingkan nilai standar kapal ukuran 60 m menunjukan nilai RCS masih setara dan memenuhi ketentuan. Dengan lebih memperkecil penilaian RCS disain kapal, diharapkan kapal perang/ kapal patroli akan mampu beroperasi secara optimal dalam menjalankan misi operasi secara aman tanpa terdeteksi radar.
PERANCANGAN DAYA GERAK PERAHU RAWA BERBASIS PROPULSI UDARA GUNA MENINGKATKAN KINERJA WAHANA PATROLI TNI AL Paripurna, A.; Samudro, Samudro; Suwahyu, Suwahyu; Kharis, Rinal; Suyanto, H.
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol. 13 No. 1 (2019): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : Deputi TIRBR-BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (962.538 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v13i1.3097

Abstract

Perahu Rawa (swamp boat) sebagai wahana taktis patroli militer TNI-AL dapat digunakan di rawa-rawa, perairan dangkal maupun sungai pedalaman. Perahu dirancang berbahan aluminium alloy dengan struktur lambung dasar rata (bottom flat) dilengkapi sistem propulsi berbaling-baling udara sehingga mampu melaju dan olah gerak dengan kecepatan tinggi. Sebagai wahana operasi patroli militer, kinerja perahu rawa perlu ditingkatkan melalui optimasi daya gerak sistem propulsi berbasis perhitungan hidro-aero dinamika dalam rancang bangun perahu rawa. Dalam studi ini dihasilkan rancangan perahu rawa berukuran 5,8 m dengan bobot 2 Ton, mampu berkecepatan 50 Knot, dengan hambatan air 6198,34 N sehingga membutuhkan tenaga dorong 267,5 HP. Dari evaluasi perbandingan dalam perhitungan daya dorong berbasis perhitungan hidrodinamika dan berbasis perhitungan serodinsmiks memakai baling-baling udara (engine propeller thrust) pada efisiensi 80%, untuk mencapai kecepatan 50 knot pada kondisi hambatan air 6198,34 N membutuhkan tenaga dorong  (thrust) 8921,92 N setara daya dorong 238, 1 HP. Karenanya untuk mengoptimalkan daya dorong sistem propulsi sebagai penggerak perahu pada kecepatan lebih dari 20 Knot yang disyaratkan, digunakan mesin diesel dengan tenaga 275 HP/2500-3000 RPM dilengkapi baling-baling udara berbahan komposit diameter 78”. Hasil pengujian berlayar perahu rawa di lapangan menunjukan hasil peningkatan kinerja kecepatan operasi 50%, dicapai pada pada putaran bali-baling 2362,5 RPM dengan prestasi kecepatan perahu rawa hingga 30 knot.
DESAIN KARAKTERISTIK KAPAL MARKAS UNTUK OPERASI PENGAMANAN PERAIRAN PERBATASAN DAN DUKUNGAN PENANGANAN PASCA BENCANA ALAM PADA MASYARAKAT PULAU TERLUAR Samudro, Samudro; Kadir, Abdul
Majalah Ilmiah Pengkajian Industri Vol 10, No 3 (2016): Majalah Ilmiah Pengkajian Industri
Publisher : BPPT

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (451.778 KB) | DOI: 10.29122/mipi.v10i3.1630

Abstract

Ditinjau dari segi kedaulatan dan pertahanan-keamanan nasional, keberadaan pulau-pulau terluar di perairan perbatasan di bagian utara Sulawesi Utara mempunyai arti strategis bagi Indonesia dan layak untuk diamankan. Di sisi lain. wilayah geografis Sulawesi Utara dengan beberapa gunung berapi dan perairan terbuka  menghadap ke samudra Pasifik, rawan terjadi bencana alam gempa dan Tsunami.  Secara konseptual strategis perlu dikaji kebutuhan sarana dukung transportasi - kapal untuk pengamanan pulau-pulau terluar serta untuk kesiagaan penanganan bencana alam bagi masyarakat wilayah perairan perbatasan. Karenanya pada kajian ini dilakukan studi disain prototip kapal markas yang dilengkapi bulbous-bow untuk mampu beroperasi sesuai karakteristik pada perairan perbatasan bergelombang tinggi, serta berfungsi sebagai sarana dukung operasional patroli pengamanan perairan perbatasan dan penanganan pasca bencana alam. Desain kapal markas panjang 66 m dengan daya 2x155 HP, kecepatan dinas 12,5 Knot telah diuji model di laboratorium hidrodinamika untuk kemampuan ship powering, maneuvring dan sea-keeping dengan hasil memenuhi ketentuan persyaratan  IMO
RANCANGAN KONSEPTUAL GANDA KAPAL MARKAS UNTUK DUKUNGAN PENGAMANAN PULAU-PULAU TERLUAR - PERAIRAN PERBATASAN NKRI (TINJAUAN UNTUK WILAYAH PERAIRAN PULAU MARORE DAN MIANGAS) Samudro, Samudro; Kadir, Abdul
Warta Penelitian Perhubungan Vol 26, No 1 (2014): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.465 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v26i1.864

Abstract

Pulau-pulau terluar pada perairan perbatasan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) memiliki nilai strategis ditinjau dari segi pertahanan dan keamanan (Hankam). Dari 92 pulau yang berbatasan dengan 10 negara tetangga terdapat 12 pulau yang berpotensi menimbulkan konflik klaim dengan negara lain, termasuk pulau Marore dan Miangas di bagian utara laut Sulawesi. Kondisi sosial ekonomi masyarakat setempat sulit berkembang, memerlukan dukungan logistik dan kesehatan. Upaya dukungan pengamanan pulaupulau terluar pada wilayah perairan ini terkendala utama pada penyediaan sarana transportasi laut pendukung yang mampu beroperasi pada kondisi cuaca ekstrim-gelombang tinggi. Pada kajian ini dirancang konsep pemanfaatan teknolgi rancang bangun kapal markas berkemampuan operasional untuk perairan yang sulit, berfungsi ganda sebagai sarana bantu operasional patroli militer perbatasan serta untuk dukungan logistik dan kesehatan masyarakat. Kata Kunci : pengamanan pulau terluar, perairan ekstrim, desain kapal markas
ANALISA DAN EVALUASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK OLAH-GERAK (MANEUVER) KAPAL Jamaludin, Andi; Samudro, Samudro
Warta Penelitian Perhubungan Vol 23, No 1 (2011): Warta Penelitian Perhubungan
Publisher : Sekretariat Badan Penelitian dan Pengembangan Perhubungan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1406.792 KB) | DOI: 10.25104/warlit.v23i1.1048

Abstract

The past decade has witnessed a rapid grawth of interest in the development of fast catamaran for various applications. The paper describes the study of interference resistance components on demihull separation. Catamarans or twin-hull vessels may be formed either by connecting two symmetrical demihulls or by splitting a mono hull into two halves to form two asymmetric demihulls. The slenderbody method in Hull Speed- Maxsurf Program was used for predicting the resistance components. The method assumes that the ship's beam is small compared to its length. Effect of resistance interference components on catamaran hull separations are explained and discussed with some work from other published data, which shows good agreement.Keywords : Turning circle, zig-zag, ship, trim, speed.