Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

PEMANFATAN TUMBUHAN SOLITI (WRIGHTIA ABOREA) SEBAGAI PENGOBATAN HERBAL TRADISIONAL PADA MASYARAKAT SUKU MUNA Wilda Ningsi, Wa OdeEnis; Aso, La; Topo Jers, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 3, No 2 (2018): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (562.547 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v3i2.6636

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan apa saja pemanfaatan dan dampak pengobatan tradisional dengan memanfaatkan tanaman soliti (Wrightia arborea) pada suku Muna di Kabupaten Kabhangka. Teori yang digunakan sebagai analisis dalam penelitian ini adalah teori tentang penyakit dan sistem perawatan kesehatan (ethnomedicine) oleh Foster Anderson (1986) dan teori pengambilan keputusan oleh Fabrega (1973). Metode yang digunakan adalah metode etnografi dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Data dikumpulkan melalui observasi, wawancara mendalam dan teknik dokumentasi dengan informan yang terkait dengan pemanfaatan solitiplant sebagai obat herbal tradisional Munatribe. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman soliti digunakan oleh masyarakat Muna sebagai obat tradisional untuk menyembuhkan berbagai penyakit seperti katarak, darah kotor, batuk, dan menghentikan pendarahan bagi wanita yang baru saja melahirkan. Bagian tanaman solita yang digunakan oleh suku Muna adalah daun, kulit kayu dan juga getah. Dampak yang dirasakan oleh masyarakat Muna setelah perawatan dengan solitiis herbal relatif lebih murah, memiliki risiko efek samping yang lebih sedikit, dapat digunakan sebagai pengobatan alternatif, dan dapat dibudidayakan oleh masyarakat.Kata kunci: Obat tradisional, suku Muna, tanaman Soliti (Wrightia arborea).
TRADISI MESAMBAKAY PADA KOMUNITAS ADAT TOLAKI-MEKONGGA (Studi Etnografi di Kabupaten Kolaka) diah, mohammad; Bahtiar, Bahtiar; Topo Jers, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 6, No 1 (2021): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (721.221 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v6i1.15197

Abstract

The research questions of this research are as follows: (1) How is the process of implementing mesambakay in Tolaki-Mekongga indigenous community in Kolaka Regency? (2) What is the symbolic meaning of mesambakay in the Tolaki-Mekongga customary community in Kolaka Regency? The objectives of this research are to: (1) know and explain the mesambakay process in Tolaki-Mekongga customary community in Kolaka Regency, (2) explain the symbolic meaning of mesambakay in the Tolaki-Mekongga customary community in Kolaka Regency. This research method uses ethnographic method with a qualitative approach as a research procedure that produces descriptive data in the form of written or oral explanations of people and observable behavior. The data analysis technique used in this study is in accordance with the statement expressed by Miles and Huberman (2009: 16-20) which states that data analysis activities in qualitative research consist of three stages carried out simultaneously, namely Data Reduction, Data Presentation and Conclusion. The results of this study indicate that: (1) The process of implementing the mesambakay ritual in the Tolaki-Mekongga customary community in Kolaka District shows a tradition that is continuously carried out by the people of Kolaka Regency, especially in Wundulako District. In practice, it turns out that the mesambakay ritual depicts a tradition of "asking God for prayer" for the first child (iliwua) aged 40 days to the age of 2 years to be given strength, health and a better life. (2) The symbolic meaning of mesambakay in the Tolaki-Mekongga customary community in Kolaka Regency shows the existence of human interaction, interaction with the surrounding environment and interaction with God, so that the meaning comes from several symbols of tools and materials used in mesambakay rituals such as bamboo ( kowuna), a food container (siwole), a headband (kinawo), leaves (laughter), a coconut shell (ullo), and a pair of chickens (omanu). Thus, it can be concluded that the Mesambakay Tradition in the Tolaki-Mekongga indigenous community (Ethnographic Study in Wundulako Subdistrict, Kolaka Regency) is continuously carried out and has become one of the traditions in strengthening the ties of friendship between communities in Kolaka Regency.Key words: Mesambakay tradition, Tolaki-Mekongga indigenous community
PERGESERAN IDENTITAS SUKU MUNA KE IDENTITAS ETNIS BUGIS DI KELURAHAN ALOLAMA KECAMATAN MANDONGA KOTA KENDARI Ibrahim, Maulana; Suardika, I Ketut; Topo Jers, La Ode
Jurnal Penelitian Budaya Vol 5, No 2 (2020): Jurnal Penelitian Budaya
Publisher : Universitas Halu Oleo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (114.053 KB) | DOI: 10.33772/jpeb.v5i2.14911

Abstract

Abstrak: Identitas merupakan suatu konstruksi sosial budaya. Identitas seseorangataupun kelompok bisa rentan terhadap setiap perubahan atau pergeseran nilaikebudayaan, seperti adanya kelompok dominasi, minoritas, kesamaan ataukemiripan nilai budaya (orientasi nilai budaya), faktor sosial ekonomi (orientasiekonomi), maupun faktor kawin-mawin (Genoligis). Kehidupan etnis Muna diAlolama mengalami pergeseran nilai budaya yang diakibatkan oleh beberapafaktor kondisi sosial. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktorfaktorpenyebab pergeseran identitas etnis Muna ke identitas Bugis di KelurahanAlolama Kecamatan Mandonga Kota Kendari. Penelitian ini menggunakanpendekatan etnografi dengan metode kualitatif yakni data dikumpulkan melaluiobservasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil penelitian ini, menunjukkanbahwa Etnis Muna di Kelurahan Alolama Kecamatan Mandonga Kota Kendarilebih cenderung dianggap sebagai orang Bugis dan lebih mengusai bahasa daerahBugis dari pada bahasa daerah Muna. Sebagian dari mereka, sekalipun denganmenggunakan bahasa daerah Muna namun dalam penggunaan bahasa atau dialekpengucapannya sangat menyerupai dialek orang Bugis pada umumnya. Prosesperubahan identitas etnis Muna ke identitas orang Bugis di Kelurahan AlolamaKecamatan Mandonga Kota Kendari disebabakan oleh beberapa faktor, diantaranya adalah: (a) Kemiripan Nilai budaya (Orientasi Nilai Budaya) (b)Terjadinya kawin mawin (Genologis) (c) Faktor Sosial Ekonomi (Orientasiekonomi). dan (d) Faktor pergeseran identitas budaya tersebut terjadi secaraevolusi atau puluhan tahun lamanya.Kata kunci: Pergeseran, Identitas, suku Muna suku Bugis