Widodo, Priyantoro
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

Keutamaan Kristus di dalam Pola Hubungan Anak dan Orangtua Berdasarkan Alkitab di dalam Kolose 3:20-21 Surna, Suriawan; Widodo, Priyantoro
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (359.108 KB)

Abstract

The pastoral letter of the apostle Paul to the Colossians, especially in Colossians 3:20-21, forms the basic pattern of relationships between Christian children and parents. The pattern based on God's word becomes a natural means of evangelizing Christian parents to their children. In addition, this pattern directs parents and their children to have a foundation in their relationship that puts the Lord Jesus Christ first. A relationship that puts Christ first creates a strong bond for every parent with their child of all ages. And lastly, this pattern of relationships makes children have the character of Christ who is able to face the modern world with its various understandings and teachings.AbstrakSurat pengembalaan rasul Paulus kepada jemaat di Kolose khususnya di dalam Kolose 3:20-21 merupakan pembentuk pola hubungan dasar antara anak dan orang tua Kristen. Pola yang berdasarkan firman Allah tersebut menjadi sarana penginjilan orang tua Kristen kepada anak mereka yang berlangsung alami. Selain itu pola tersebut mengarahkan orang tua beserta anak mereka memiliki fondasi di dalam hubungan mereka yang mengutamakan Tuhan Yesus Kristus. Hubungan yang mengutamakan Kristus menjadi ikatan yang kuat bagi setiap orang tua dengan anak-anak mereka di semua rentang usia mereka. Dan yang terakhir pola hubungan yang tersebut menjadikan anak anak memiliki karakter Kristus yang mampu menghadapi dunia modern dengan berbagai paham dan pengajarannya.
Tinjauan Etis Kristiani Terhadap Buzzer dalam Media Sosial Arifianto, Yonatan Alex; Widodo, Priyantoro
Veritas Lux Mea (Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen) Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kanaan Nusantara

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.667 KB)

Abstract

The existence of cyber warfare using buzzers is very busy in the world of politics, so the author examines it so that it can be a lesson for believers to have self-integrity in actualizing their lives when using social media. Using descriptive qualitative methods with a literature study approach, it can be concluded that Christian ethical studies of buzzers in social media that are increasingly widespread need to be watched out for because they are very detrimental to the nation and state. Therefore, all elements of society can understand the concept of buzzer terms, social media and Christian ethics. So that the scope of the buzzer in social media related to problems can be minimized. The growing role of social media in political contestation also triggers a change from a deviant role from the essence of the meaning of buzzer. For this reason, every individual can interpret that the buzzer in Christian ethics is not justified if it becomes a mouthpiece for crime, especially to divide the nation's children. For this reason, the attitude of believers needs to be considered in using Social media in all Market Places.AbstrakAdanya perang ciber menggunakan buzzer sangat ramai dalam dunia perpolitikan maka penulis mengkaji supaya menjadi pembelajaran bagi orang percaya untuk memiliki integritas diri dalam mengaktualisasikan hidupnya saat bermedia sosial. Menggunakan metode kualitatif deskritif dengan pendekatan studi literature maka Dapat disimpulkan bahwa kajian etis Kristiani terhadap buzzer dalam media sosial yang semakin marak ini sangat perlu diwaspadai karena hal tersebut sangat merugikan bangsa dan negara. Oleh sebab itu seleuruh elemen lapisan masyarakat dapat memahami konsep dari terminologi istilah buzzer, media sosial dan etis Kristiani. Sehingga adanya ruang lingkup buzzer dalam media sosial berkaitan dengan problematika dapat di minimalisir. Peran bertumbuhnya media sosial aalam kontestasi politik juga memicu perubahan dari peran menyimpang dari esensi makna buzzer. Untuk itu setiap pribadi dapat memaknai bahwa buzzer dalam tinjuan etis Kristiani memang tidak dibenarkan bila hal itu menjadi corong kejahatan gterlebih pemecah belah anak bangsa. Untuk itu selanjutnya adanya sikap orang percaya perlu diperhatikan dalam menggunakan media Sosial di seluruh Market Places.